Vegetarisme adalah gaya hidup yang membatasi atau menghindari konsumsi makanan hewani dan turunannya. Orang yang menganut gaya hidup vegetarisme disebut vegetarian.
Dikarenakan cara ini merupakan gaya hidup yang cenderung tidak umum dan inkonvensional, vegetarisme kerap menimbulkan mitos dan kesalahpahaman di masyarakat. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa mitos yang ramai berkembang tentang vegetarian dan vegetarisme.
- Gaya hidup vegetarisme dapat menjamin penurunan berat badan
Banyak orang sering kali menganggap gaya hidup vegetarisme sebagai “jalan pintas” untuk menurunkan berat badan. Para vegetarian memang membatasi konsumsi makanan atau produk hewani, namun tidak semua pola makan vegetarian menyehatkan.
Penganut vegetarisme tetap bisa mengonsumsi ribuan kalori setiap harinya tanpa memakan produk hewani. Vegetarian yang tidak mengonsumsi produk hewani, namun selalu ngemil keripik kentang atau snack sejenis.
Tentunya tidak akan mendapatkan penurunan berat badan yang mereka inginkan. Kunci untuk menurunkan berat badan adalah diet yang sehat dan olahraga teratur, bukan pembatasan konsumsi produk hewani.
- Orang vegetarian akan kekurangan asupan protein
Protein merupakan salah satu zat gizi penting yang berperan menyusun organ tubuh, membentuk antibodi, hingga menyimpan energi bagi tubuh. Orang-orang umumnya mendapatkan protein dari produk hewani seperti daging, ikan, dan ayam.
Akan tetapi, para vegetarian membatasi asupan jenis makanan tersebut. Hal ini menimbulkan mitos bahwa para penganut gaya hidup vegetarisme tidak bisa mendapatkan kadar protein yang cukup bagi tubuh mereka.
Padahal, pola makan vegetarian yang disusun dengan baik tetap dapat memenuhi semua nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Di dunia makanan, protein tidak hanya didapatkan dari produk hewani, tapi juga produk nabati.
Bagi orang yang menjalani pola makan lacto-oco-vegetarian, produk susu dan telur yang mereka konsumsi sebenarnya sudah mengandung protein tinggi. Para vegetarian juga memiliki berbagai pilihan makanan yang mengandung protein, termasuk seitan, tahu, buncis, kacang-kacangan, spirulina, quinoa, dan oat. Bahkan, beberapa sayuran dan buah-buahan juga diketahui mengandung protein, meskipun dengan kadar yang lebih rendah, di antaranya bayam, brokoli, kentang, kacang polong, ubi jalar, jambu biji, mulberry, blackberry, dan pisang.
- Kandungan gula yang terdapat dalam buah-buahan berbahaya untuk kesehatan
Pola makan orang-orang yang menganut gaya hidup vegetarisme didominasi oleh sayuran dan buah-buahan. Memakan sayuran dan buah-buahan dapat melengkapi kebutuhan tubuh atas serat, mineral, dan vitamin.
Dalam buah-buahan juga terkandung gula alami dalam bentuk fruktosa, yang merupakan salah satu jenis karbohidrat. Mengonsumsi fruktosa tidak akan membuat gula darah melonjak secara tiba-tiba, lantaran tubuh manusia mencerna fruktosa lebih lambat daripada gula biasa. Oleh karena itu, mengonsumsi gula yang terkandung dalam buah-buahan lebih dianjurkan daripada mengonsumsi gula dari kue, sirup, minuman kemasan, atau makanan-makanan manis lainnya.
- Orang vegetarian akan sulit membentuk otot tubuh
Mitos ini masih erat berkaitan dengan poin ke-2, yaitu tentang asupan protein yang diperoleh para penganut vegetarisme. Banyak orang berpikir para vegetarian akan sulit, atau bahkan mustahil, membentuk otot tubuh mereka karena kekurangan protein.
Faktanya, banyak makanan vegetarian menyediakan protein sebanyak daging dan bahkan mengandung tambahan vitamin, mineral, dan antioksidan. Dengan menyeimbangkan pola makan dengan waktu olahraga, kamu bisa memaksimalkan pertumbuhan otot meskipun menjalani gaya hidup vegetarian.
- Konsumsi kedelai dapat meningkatkan resiko kanker payudara
Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati yang mengandung kesembilan asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Menurut riset, para vegetarian tidak perlu mendampingkan kedelai bersama makanan pelengkap lain agar dapat mencernanya secara efektif. Hal ini menjadikan kedelai sebagai menu makanan andalan para penganut vegetarisme.
Mitos bahwa kedelai bisa meningkatkan resiko kanker payudara kemungkinan datang dari fakta bahwa hewan pengerat yang menerima senyawa kedelai yang disebut isoflavon dalam jumlah besar akan lebih mungkin mengalami kanker payudara. Akan tetapi, tubuh manusia memproses kedelai dengan cara yang berbeda dari hewan tersebut.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada Februari 2020 lalu tidak menemukan hubungan yang jelas antara resiko kanker payudara dengan asupan kedelai. Konsumsi suplemen kedelai mungkin bisa meningkatkan resiko kanker payudara bagi sebagian wanita, namun resiko tinggi tersebut hanya terbatas bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit keluarga.
American Cancer Society akhirnya menyimpulkan bahwa kedelai tidak menunjukkan bahaya apa pun pada manusia. Bahkan, manfaat kesehatan yang didapatkan dari asupan kedelai lebih besar daripada potensi resiko penyakit yang mungkin disebabkannya.
Itulah beberapa mitos tentang vegetarian dan gaya hidup vegetarisme yang banyak beredar di masyarakat. Jangan biarkan mitos-mitos ini menghalangi niatmu untuk mencoba pola makan vegetarian, ya! Kalau direncanakan dengan baik, gaya hidup ini bisa meningkatkan kesehatan atau membantumu meraih berat badan yang kamu inginkan.