Identitas Buku

Judul Buku      : Kiri Islam: Antara Modernisme dan Posmodernisme (Telaah Kritis Pemikiran Hassan Hanafi)

Penulis                         : Kazuo Shimogaki

ISBN                           : 978-979-8966-01-9

Penerbit                       : LKis

Tahun Terbit                : 2012

Jumlah Halaman          : 210


Barat merupakan istilah yang disematkan untuk bangsa yang maju, superior, dan yang sekarang mendominasi bahkan menghegemoni bangsa-bangsa lain—tidak terkecuali bangsa Timur-Islam—yang kini masih kita rasakan. Barat yang menjelma menjadi “bagian tidak terpisahkan” dari kita melalui kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi, membuat kita menjadi lahan basah Barat dalam mendominasi setiap aktivitas kita. Misalnya dengan gawai di telapak tangan kita melalui platform-platform yang membuat kita malas dan malas.

Menjadi fakta historis bahwa kemajuan bangsa Barat khususnya Eropa dan Amerika berangkat dari eksplorasi, liberalisasi pemikiran, dan tentunya rasa ingin tahu dalam mencari kebenaran sains maupun ilmu pengetahuan sedari abad ke-16 silam. Padahal, sebelum abad pencerahan (renaissance) di Eropa, umat Islam—melalui khalifah Abbasiyah, memiliki perpustakaan besar (baitul hikmah, house of wisdom) yang memiliki pengaruh luar biasa dan menjadi episentrum segala ilmu pengetahuan pada massa itu—yang membuat umat Islam terdepan dibanding bangsa Barat yang masih terbelenggu doktrin-doktrin gereja.

Lalu sekarang? Ya, bangsa Timur wabil khusus umat Islam, malah mengalami apa yang dialami bangsa Eropa selama lima belas abad lalu dengan dark agenya. Nah, tentunya umat Islam harus segera bangkit dan secepatnya “merapikan tempat tidur”.

Wacana kebangkitan Islam ini, digaungkan oleh Hassan Hanafi (filsuf hukum Islam, alumnus Sorbonne University, dan guru besar pada Fakultas Filsafat Universitas Kairo) melalui Kiri Islam yang ditulis oleh Kazuo Shimogaki dari Institute of Middle East Studies International University Jepang. Kiri Islam atau Madza Ya’ni al-Yasar al-Islami, merupakan jurnal yang terbit di Kairo, Mesir pada Januari 1981. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memberikan kata pengantar untuk buku terbitan LKis ini.

Gus Dur menyatakan, bahwa melalui Kiri Islam, Hassan Hanafi mengacu pada sebuah analisis kelas yang mendominasi sosialisme sebagai paham, termasuk jenis-jenis sosialisme yang tidak Marxisme-Leninisme. Pilihan Hassan Hanafi jatuh pada sosialisme yang bertumpu kepada Marxisme-Leninisme yang dimodifikasi, seperti sosialisme Arab-Islam (hlm. xiii). Kita tahu, bahwa modifikasi paham-paham: nasionalisme, sosialisme, dan komunisme dijadikan perlawanan bangsa Arab di era penjajahan bangsa Barat pada 1960-an dengan Islam sebagai esensi atau titik pijakannya.

Berangkat dari pengantar Gus Dur, kita dapat paham bahwa Kiri Islam adalah semacam “serangan balasan” untuk Barat yang kapitalis dalam mengkolonialisasi Islam, dengan lawan tandingannya yaitu isme-isme Kiri. Mengingat, Kiri diartikan sebagai partai yang cenderung radikal, sosialis, “anarkis”, reformis, progresif, dan liberal. Dengan kata lain, Kiri selalu menginginkan sesuatu yang bernama kemajuan (progres), yang memberikan inspirasi bagi keunggulan manusia atas sesuatu yang bernama “takdir sosial” (hlm. 6). Sedangkan Islam adalah Rahmatan Lil Alamin, yaitu anugerah atau rahmat untuk semesta alam berserta isinya. Jadi, secara gamblang Kiri Islam adalah bergandengantangannya isme-isme Kiri yang pada esensinya adalah universalitas Islam itu sendiri.

Lebih lanjut, Hassan Hanafi menjelaskan bahwa Kiri Islam merupakan penyempurnaan agenda modern Islam yang mengungkapkan realitas dan tendensi sosial politik kaum Muslimin. Menurut Hassan Hanafi, agendanya ini memiliki keterkaitan dengan agenda Islam Jamaluddin al-Afghani, yaitu melawan kolonialisme dan keterbelakangan, menyerukan kebebasan dan keadilan sosial, serta mempersatukan kaum Muslimin ke dalam blok Timur maupun blok Islam.

Kiri Islam memiliki keberpihakan dan menyuarakan “mayoritas yang diam” di antara umat Islam, membela kepentingan umat manusia, mengambil hak-hak orang miskin dari orang kaya, memperkuat orang-orang yang lemah, dan menjadikan manusia sama-setara bagaikan gerigi sisir, tak ada perbedaan antara orang Arab maupun Islam dan orang ‘ajam kecuali atas dasar amal dan ketakwaannya (hlm. 109-110). Jelas! Bahwa, Hassan Hanafi mengajak umat Islam seantero jagat, juga umat Islam Indonesia untuk bersatu-padu. Utamanya, dalam menyikapi dan menandingi kolonialisme (bahkan neo-kolonialisme) bangsa Barat.

Kiri Islam untuk Generasi Muda Islam Indonesia

Mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Memang, secara kuantitas kita menang dibandingkan Arab Saudi sekalipun. Namun, bagaimana dengan kualitasnya? Inilah problem utama bagi umat Islam di Indonesia—yang masih meperdebatkan dan saling mengklaim bahwa kelompoknya paling benar, sehingga membuat kita jumud bahkan semakin mundur—padahal, ihwal itu tiada lah penting. Dan, hanya membuang waktu dan “dalil” belaka.

Maka, menyikapi masalah besar di atas, generasi muda Islam Indonesia harus menjadi promotor agar persoalan sekelingking semacam di atas, tidak mencabik-cabik umat Islam Indonesia. Padahal, bangsa Barat berdebat bagaimana mereka mendarat di Bulan dan Artificial Intelligence (AI). Lah kita?

Hassan Hanafi dengan hajat Kiri Islam ini, haruslah diapresiasi dan menjadi santapan wajib bagi generasi muda, khususnya muda-mudi yang menempuh studi di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di seluruh Indonesia. Karena, agenda Kiri Islam ini bagaikan secercah cahaya yang masuk ke dalam celah-celah genteng yang menandakan sinar cerah harapan kemajuan dan persatuan umat Islam dan hadir untuk mengakhiri kegelapan yang disebabkan oleh modernitas dan superioritas bangsa Barat.

Begitulah, semoga apa yang diagendakan Hassan Hanafi dengan Kiri Islam-nya, dapat menjadi “vaksin” bagi generasi muda Islam Indonesia untuk “memikirkan” nasib umat Islam di seluruh dunia yang terkungkung bangsa Barat. Demikian bilamana ada benarnya.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here