al-jahiz

Nama lengkapnya adalah Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Bashri, yang bermakna “mata bundar seperti ikan”. Al-Jahiz adalah ilmuan Muslim yang lahir pada tahun 169 H/ 776 M di Basrah, Irak, pada awal zaman islam sebagai pusat intelektual, bersama kota saingannya, Kufah. Beliau adalah tokoh dan ilmuan yang berjasa dalam menyumbangkan pemikiran dan kreatifitasnya dalam membentuk peradaban muslim.

Al- Jahiz Dalam sebuah bukunya mengatakan bahwa ia bangsa Arab dari suku Kinanah, dan merupakan cucu seorang budak berkulit hitam. Kehidupan awal al-Jahiz tidaklah banyak diketahui, hanya saja terdapat informasi yang mengatakan bahwasannya ia berasal dari keluarga yang miskin, Ayahnya sudah meninggal saat beliau masih bayi. Sehingga Al-Jahiz hidup berdua dengan ibunya dan sehari-hari ia membantu ibunya berjualan ikan disekitar kanal kota Baghdad. 

Meskipun Al-Jahiz seorang anak miskin. Namun, ia adalah anak yang rajin dan cerdas. Kesulitan keuangan yang dihadapinya tidaklah menghentikan semangatnya untuk terus mencari ilmu pengetahuan, ia memiliki kegemaran membaca buku di malam hari dan bahkan ia menyewa koran dan juga pamfllet, sehingga membuatnya mengetahui berbagai ilmu pengetahuan (Ahmad:2022). Ia dikenal sebagai yang yang suka belajar sejak usia dini.

Dan gelar al-Jahiz diberikan dari teman-temannya, yaitu karena ia memiliki bentuk mata yang besar atau melotot, sampai dijuluki dengan “Si Mata Melotot” atau dalam bahasa setempat di sebut “Jahiz” yang kemudian di kenal dengan nama Al-Jahiz. Meskipun terlahir dengan keterbatasan dan kondisi keuangan kurang baik. Hal ini tidak membuat AL-Jahiz patah semangat, ia terus mencari ilmu pengetahuan. Al-Jahiz belajar bahasa arab kepada beberapa penyair terkenal seperti Al-Asma’I, Abu Zayd, dan Abu Ubuyda. Hasilnya, kemampuannya dalam berbahasa meningkat pesat dalam waktu singkat dan juga mahir berbahasa Arab, sehingga mendukungNYA untuk belajar hal lain yang belum dipelajari (Hasuki:16)

Semua pembelajaran ia ikuti dengan semangat dan penuh rasa ingin tahu, selain itu ia juga sering berkunjung ke Masjid Besar Basrah dan belajar disana, Al- Jahiz belajar dengan cara berkumpul dengan para ilmuwan dari masjid ke masjid di Basra. Ia gemar membahas berbagai subjek ilmu pengetahuan dan rajin menghadiri berbagai kuliah yang Al-Jahiz belajar dengan cara berkumpul dengan para ilmuwan dari masjid ke masjid di Basra. Ia gemar membahas berbagai subjek ilmu pengetahuan dan rajin menghadiri berbagai kuliah yang dilakukan oleh orang-orang paling terpelajar dalam bidang literatur, leksikografi, dan puisi. 

Al-Jahiz merasakan ilmu masih kurang jika dia hanya berdiri diri di kampung halamnya,sehingga iapun memutuskan untuk merantau ke berbagai temapt , seperti Damaskus, Baghdad, Beirut dan Samara. Lalu memutuskan untuk  melanjutkan dan menempuh masa pendidikanya selama 25 tahun. Disana ia mempelajari ilmu Al-qur’an, hadits dan juga belajar banyak tentang ilmu sastra arab seperti puisi, prosa, filologi, sejarah bangsa arab pra islam. Selain itu, al- Jahiz membaca buku-bukunya Aristotoles, seorang filsafat Yunani yang telah diterjemahkan. 

Pada era tersebut, Kekhalifahan Abbasiyah mencapai puncak keemasannya dengan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan pendidikan yang pesat. Buku-buku dan perpustakaan tersebar luas di seluruh wilayah kekhalifahan, menyediakan akses mudah bagi para pelajar untuk memperdalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Salah seorang tokoh penting, Al-Jahiz, menulis artikel tentang lembaga-lembaga dalam kekhalifahan, yang kemudian membuka jalan bagi karirnya sebagai seorang penulis yang diaku. Dengan kemampuannya Al-Jahiz dijadikan sebgai orang kepercayaan dari beberapa khalifah pada masa Daulah Abbasiyah (Majid:2020).

Al-Jahiz adalah seorang ilmuwan terkenal dan diberi gelar sebagai ilmuwan Polimatch atau serba bisa, dikarenakan banyaknya disiplin ilmu yang ia kuasai. Selanjutnya, ia dikenal sebagai seorang penulis yang memiliki berbagai bidang keilmuan, termasuk Prosa Arab, Sastra Arab, Biologi, Zoologi, Sejarah, Filsafat Islam Awal, Psikologi Islam, Teologi, serta Polemik dalam Politik-Agama. Selama lebih dari 25 tahun, ia telah mengumpulkan pengetahuan yang luas tentang sejarah Arab dan Persia sebelum masa Islam, dan dengan tekun mempelajari Al-Qur’an dan Hadis.

Al-Jahiz belajar dengan cara berkumpul dengan para ilmuwan dari masjid ke masjid di Basra. Ia gemar membahas berbagai subjek ilmu pengetahuan dan rajin menghadiri berbagai kuliah yang dilakukan oleh orang-orang paling terpelajar dalam bidang literatur, leksikografi, dan puisi. Di wilayah Basrah, Al-Jahiz menulis sebuah artikel yang membahas tentang institusi kekhalifahan. Dan hal ini yang kemudian menjadikan awal karirnya sebagai penulis dan dianggap sebagai salah satu penulis yang paling dikenal sepanjang masa

Al Jahiz adalah sosok yang pekerja keras, walaupun dirinya mengalami cacat mata beliau sangat senang membaca, menulis, dan meneliti. Dirinya juga peduli pada  lingkungannya  tercermin dari  karya  yang  dihasilkan  dan  penemuan  yang beliau  temukan.  Karya-karyanya ini  telah  mencapai  ratusan  ada  beberapa pendapat yang berbeda mengatakan karya yang beliau hasilkan ada 128, 170, dan 360.  Dari karya  dan  penemuan  Al  Jahiz  banyak  yang  diterbitkan  oleh  penerbit, diteliti lebih dalam lagi oleh peneliti generasi berikutnya, dan hingga saat ini masih digunakan  sebagai  rujukan  ilmu  pengetahuan.  Karya-karya  tersebut  kemudian diterbitkan oleh  banyak penerbit dan  dikaji  serta diteliti oleh para  peneliti dan penulis lainnya hingga mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan saat itu. 

Al-Jahiz dikenal sebagai seorang yang pekerja keras, meskipun mengalami cacat mata, dia memiliki semangat besar dalam membaca, menulis, dan meneliti. Selain itu, ketulusan perhatiannya terhadap lingkungan tercermin dalam beragam karyanya dan penemuan-penemuan yang berhasil dia temukan. Karya-karyanya ini jumlahnya sangat beragam, dengan beberapa pendapat menyebutkan bahwa beliau menghasilkan 128, 170, atau bahkan 360 karya. Sejumlah karya dan penemuan Al-Jahiz telah diterbitkan oleh penerbit dan diperdalam lagi oleh peneliti generasi berikutnya. Sampai saat ini, karyanya masih menjadi acuan penting dalam ilmu pengetahuan.  Karya-karya  tersebut  kemudian diterbitkan oleh  banyak penerbit dan  dikaji  serta diteliti oleh para  peneliti dan penulis lainnya hingga mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan saat itu. 

Al-Jahiz dianggap sebagai salah satu penulis yang paling dikenal sepanjang masa, karena diyakini semasa hidupnya ia telah menulis sekitar 360 buku, dari seluruh lapisan ilmu pengetahuan. Karya terkemuka Al-Jahiz adalah Kitab al- Hayawan, atau ‘Buku tentang Binatang’ yakni sebuah antologi anekdot-anekdot binatang – yang menyajikan kisah fiksi dan non-fiksi, terdiri dari tujuh volume anekdot, deskripsi sajak, dan perumpamaan dari 350 spesies hewan. Karyanya yang lain yang juga sangat populer adalah Kitab al- Bukhala ‘Book of Misers’ berisi sekumpulan cerita tentang keserakahan, bersifat lucu dan menyindir. Kemudian terdapat Kitab al-Bayan wa al-Tabyin, yang secara harfiah berarti “Fasih dan Penjelasan” – sebuah karya yang menggabungkan kefasihan dan keindahan bahasa, menyatukan seni keheningan dan keindahan puisi. Buku ini dianggap salah satu karya teori dan kritik sastra Arab paling awal, . Adapula Kitab al-Jawari wal Moufakharat Ghilman yakni buku pujian-pujian dari selir dan kasim, yang merupakan buku nakal dari sensualitas.

Selama hidupnya Al- Jahiz sudah menghasilkan banyakkarya yang bermanfaat bagi peradaban umat manusia, penelitian dan penemuan-penemuan terhenti karena ia menderita kelumpuhan total pada satu sisi sisi tubuh (helmiplega). Sehingga ia memutuskan pensiun dan kembali ke Basrah. Pada bulan desember tahun 869 Al-Jahiz mengalami cedera akibat tertindih rak bukunya dan wafat saaat usianya 93 tahun.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here