Siapa, sih, Al-Khansa itu?

Penyair wanita terbaik dalam literatur sastra Arab yang santer disebut Al-Khansa memiliki nama asli Tumadir binti Amru bin al-Harth bin al-Sharid al-Sulamiyah. Al-Khansa terlahir dari keluarga kaya di Najed, Mekah pada tahun 575 M. Beliau adalah penyair Arab abad ketujuh. Al-Khansa dikenal sebagai seorang wanita cantik nan pandai dari kalangan bangsa Arab. Beliau dibesarkan di bagian utara Hijaz setelah melewati daerah Najed. Al-Khansa mempunyai dua saudara laki-laki, yaitu Muawiyah dan Shakhr. Al-Khansa menikah dengan seorang pria kaya raya dan mulia di kalangannya. Setelah menikah, beliau dikaruniai empat orang anak laki-laki. Nama-nama putra Al-Khansa, yakni Yazid, Muʿawiyah, ʿAmr, dan ʿAmrah.

Cemerlang Sebagai Penyair

Rasulullah pernah meminta kepada Al-Khansa untuk bersyair, maka beliau bersyair, lantas Rasulullah menyahut, “Wahai Khansa dan hari-hariku di tangan-Nya.”

Ketika Adi bin Hatim datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam, dia berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam, sesungguhnya di tengah-tengah kami ada orang yang paling ahli dalam syair, ada juga orang yang paling dermawan di antara manusia, dan orang yang paling ahli dalam menunggang kuda.” Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam lantas bersabda, “Siapakah nama mereka?” Adi bin Hatim berkata, “Adapun orang yang paling ahli bersyair adalah al-Qais bin Hajar, sedangkan yang paling dermawan adalah Hatim bin Sa’ad (yakni bapaknya Adi), adapun yang paling ahli dalam berkuda adalah Amru bin Ma’di Karib.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak benar apa yang kamu katakan wahai Adi, sedangkan orang yang paling ahli dalam syair adalah Khansa’ binti Amru. Adapun orang yang paling dermawan adalah Muhammad (yakni Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam), sedangkan orang yang paling ahli berkuda adalah Ali bin Abu Thalib.”

Beberapa syair telah terlantun dari lisan Al-Khansa pada saat kematian saudaranya-Shakhr-di masa jahiliyah. Al-Khansa meratap dengan ratapan yang menyedihkan, yang akhirnya syair tersebut menjadi syair yang paling terkenal dalam hal syair duka cita. Salah satu syair yang bagus karya Al-Khansa adalah sebagai berikut:

Menangislah dengan kedua matamu atau sebelah mata
Apakah aku akan kesepian karena tiada lagi penghuni di dalam rumah
Selain itu, syair beliau yang tak kalah bagus adalah:
Kedua mataku menangis dan tiada akan membeku
Bagaimana mata tidak menangis untuk Shakhr yang mulia
Bagaimana mata tidak menangis untuk sang pemberani
Bagaimana mata tidak menangis untuk seorang pemuda yang luhur

Ibunda Para Syuhada 

Sebaik-baik kisah tentang keridhaan seorang ibu ada pada keluarga Al-Khansa—sosok sahabat Rasulullah yang ikhlas mempersembahkan keempat putranya sebagai syuhada. Sebab keridhaannya itulah sosok Al-Khansa mendapat gelar sebagai “Ibunda Para Syuhada”. Tiadalah anak-anaknya bersemangat menjemput syahid jika bukan karena didikan Al-Khansa.

Al-Khansa memiliki kedudukan dan prestasi jihad yang mengagumkan dalam kontribusinya bagi Islam dan membela kebenaran. Beliau turut menyertai peperangan-peperangan bersama kaum muslimin dan menyertai pasukan mereka yang memperoleh kemenangan. Ketika Mutsanna bin Haritsah asy-Syaibani berangkat ke Qadisiyah di masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, Al-Khansa berangkat bersama keempat putranya untuk menyertai pasukan tersebut.

Sebelum peperangan dimulai, terjadi perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa. Keempat putranya saling memperebutkan kesempatan untuk turut berperang melawan tentara Persia. Mereka juga berdebat tentang siapa yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Satu sama lain saling tunjuk menunjuk untuk tinggal di rumah bersama ibunya. Keempatnya memiliki keinginan besar untuk melawan musuh. Pertengkaran itu pun terdengar oleh Al-Khansa dan mengumpulkan semua anak-anaknya.

Maka, inilah wasiat Al-Khansa untuk para putranya. 

“Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian telah masuk Islam dengan ketaatan dan kalian telah berhijrah dengan suka rela. Demi Allah, yang tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Dia, sesungguhnya kalian adalah putra-putra dari seorang wanita yang tidak pernah berkhianat kepada ayah kalian. Kalian juga tidak pernah memerlukan paman kalian, tidak pernah merusak kehormatan kalian dan tidak pula berubah nasab kalian. Kalian mengetahui apa yang telah Allah janjikan bagi kaum muslimin berupa pahala yang agung bagi yang memerangi orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik daripada negeri yang fana.”

Keempat putra Al-Khansa pun bergegas menuju medan perang. Mereka saling berjuang melawan musuh-musuh Allah dan berhasil membunuh banyak pasukan Persia. Namun, pada akhirnya syahid datang dan menjemput mereka.

Al-Khansa pun mendengar syahid keempat putranya. Namun, bukanlah air mata yang mengalir deras dari kedua matanya, melainkan pancaran tanda syukur. Al-Khansa berkata “Alhamdulillah, yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah, segera menjemputku dan mempertemukan aku dengan mereka dalam naungan rahmat-Nya di Firdaus-Nya yang luas.”

Keikhlasan dan keridhaan Al-Khansa sebagai seorang ibu yang mengandung anak-anaknya selama sembilan bulan tak tertandingi nilainya. Doa yang beliau panjatkan agar kelak dipertemukan dengan keempat putra yang syuhada datang. Al-Khansa wafat pada masa permulaan Khalifah Utsman bin Affan RA, tepatnya pada tahun 24 Hijriyah.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here