Harun Santoso, teman saya, sebelum meninggal pada Agustus 2021 lalu, mengirim pesan:“Emang bener ya, sebelum kita mati harus baca To Kill A Mockingbird? Lu kan seneng baca novel, kebetulan gua baru-baru ini aja seneng Tere Liye, kali aja lu tau alesannya.”
“Baca dulu deh, beli, keknya di olshop sekarang udah banyak,” jawab saya, “minimal nonton filmnya deh, sempet menang Oscar kok.”
Sampai waktu kematiannya, Harun belum juga sempat menonton atau membaca karya Harper Lee yang terbit sejak tahun 1960 ini. Harun teman SMA saya, semasa bulan-bulan akhir kehidupannya, saya hanya berinterkasi dengannya melalui Whatsapp. Seminggu setelah kematiannya, Harun mendatangi saya di dalam mimpi singkat ketika tidur siang. Harun ingin meminjam buku itu dan membuat saya sontak terbangun. Hari berikutnya, kejadian yang sama menimpa saya dan sama singkatnya dia hanya berkata, “di surga gak ada Mockingbird”. Semoga Tuhan mengerti keinginan Harun di alam sana.
Ada beberapa jawaban yang ingin saya tulis untuk menyelesaikan urusan Harun di dunia agar ia tidak mendatangi saya di mimpi untuk kesekian kalinya. Berikut 3 alasan mengapa Harun (dan anda sekalian), harus membaca karya ini sebelum mati.
Atticus yang teguh memegang kepercayaan bahwa hukum harus adil
Tom Robinson seorang Pria Kulit Hitam –dalam kisah ini, istilah yang dipakai adalah Negro – sering membantu tetangganya dalam pekerjaan domestik. Salah satu rumah yang sering dibantu olehnya adalah rumah Robert Ewell, yang memiliki anak bernama Mayella Ewel sebagai tertuduh korban pemerkosaan yang dilakukan oleh Tom Robinson.
Kejadian pemerkosaan belum jelas, namun kasus lebih dulu dilaporkan kepada hakim John Taylor. Suatu malam, saat Atticus, bapak dari Scout dan Finch, si tokoh utama sedang duduk dihalaman rumahnya, dihampiri oleh John Taylor, hakim kota Maycomb. Tolong tangani kasus ini, saya percaya kepada anda, kata si hakim.
Sebagai seorang pengacara, nama Atticus terbilang mentereng integritasnya di Kota Maycomb. Ada banyak kasus perkara yang dikerjakan olehnya secara jujur. Integritas dan kejujurannya juga terlihat dari cara para tetangganya bersikap menghormati Atticus dan keluarganya. Meskipun kejujuran selalu pahit. Akibat integritas yang ada dalam pribadi Atticus, Scout yang baru memasuki sekolah sempat diejek oleh temannya sebagai keluarga pecinta Negro. Ini membuat Scout tidak terima sebab harga diri ayahnya dilecehkan, sehingga Scout harus bertengkar dengan temannya dan dihukum oleh gurunya.
Cemooh sebagai keluarga pecinta kulit hitam juga didapat oleh Atticus, seperti dalam adegan ketika Ewel sebagaia pelapor tuduhan pemerkosaan melihat Atticus mendatangi rumah keluarga Tom dan melemparkan cudah ke wajahnya.
Namun berbagai diskriminasi itu dihadapi oleh Atticus dengan tenang. Apa yang ia lakukan tetap fokus pada menyusun macam ragam fakta dan kemungkinan rekontruksi kejadian. Bahkan sampai di ruang persidangan, pepat ruangan diisi penuh oleh peserta dari pihak Ewel.
Lawan pengacara Atticus, Mr. Gilmer, dipenuhi ekspresi emosional, tetapi ini tidak memengaruhi sikap Atticus. Dengan tenang ia memberikan kesempatan kepada Mayla dan Tom menjawab serangkaian pertanyaan yang memiliki kaitannya dengan fakta kejadian.
Kendati keputusan Juri akhirnya tetap memihak Tom sebagai pihak yang bersalah dan mengaggapnya melakukan pemerkosaan Ewel, integritas Atticus yang memercayai Tom tidak hanya berhenti di persidangan. Saat Tom digiring menuju sel, di pintu keluar persidangan, Atticus berusaha meyakinkan Tom bahwa ia akan mencari jalan keluar dan memintanya tetap tabah. Meskipun akhir dari kasus ini berakhir tragis dengan adegan Tom yang bunuh diri dan menjadi beban moral bagi Atticus.
Atticus yang mendengar berita bunuh diri Tom merasa terpukul dan mengunjungi kembali rumah keluarga Tom dan menyampaikan permohonan maafnya. Atticus merasa putus asa. Saat sampai di rumah, Scout melihat sosok sang ayah yang penuh integritas itu juga merasa bersalah. Hingga akhirnya tetangga Atticus, Maudie Atkinson menasehati Scout, “ada beberapa pekerjaan di dunia ini yang sangat pahit untuk diambil, dan jarang ada seseorang yang ingin melakukannya, salah satunya adalah pekerjaan bapakmu, “ Kata Maudie.
Sosok Ayah sekaligus sahabat dari Atticus kepada Scout dan Finch
Sebagai Ayah yang single fighter, Atticus tidak kewalahan mengurus kedua anaknya. Istri Atticus sudah lama meninggal. Scout dan Finch yang masih berada di Sekolah Dasar sepenuhnya tumbuh berada di samping Atticus. Di tengah pekerjaannya yang rumit, Atticus selalu menyempatkan dirinya sebagai Ayah yang baik. Misalnya, setiap malam menjelang tidur, Atticus selalu berada di atas ranjang Scout dan menemaninya membaca buku sekaligus berbincang tentang tokoh-tokoh yang hadir dalam buku-buku tersebut. Hal ini berdampak besar terhadap cara pandang Scout.
Sebelum sehari persidangan Tom dimulai, Atticus berjaga di depan sel karena hakim berkata malam itu juga Ewel dan kawan-kawannya akan membunuh Tom di dalam sel. Selama semalam Atticus berjaga sambil membaca buku di depan sel. Di saat yang bersamaan, Scout, Finch dan Dill menguntitnya. Saat kawanan Ewel datang, Atticus dengan tenang meladeni mereka agar tetap memutuskan perkara di persidangan, sayangnya Ewel tetap ingin memaksa Atticus agar menyingkir dari situ, meskipun Atticus sebenarnya dikenal sebagai penembak jitu terbaik di Kota Maycomb. Di saat yang bersamaan, Scout dan teman-temannya datang, lalu bertanya pada Ewel apa yang ingin ia lakukan. Dengan cerdik, Scout bisa membujuk Ewel pulang dengan cara bercerita tentang sikap anaknya di sekolah dan hutang-hutang yang ia miliiki ke keluarga Cummingham. Dengan ekspresi malu, Ewel terpaksa pulang dari sel dan menunda niat menembak Tom.
Sikap Scout tentu adalah hasil dari interaksi yang baik antara Atticus dan kedua anaknya. Perkelahian yang terjadi antara Scout dan temannya misalnya, meski demi membela nama baik ayahnya justru ditentang oleh Ayahnya. Dengan apik, saat sarapan Atticus berbicara kepada Scout dan Finch. Finch saat itu ingin izin memegang senjata. “Tembak semua Bluejay yang kamu inginkan, kalo bisa pukul dia, tetapi menbunuh Mockingbird adalah dosa. Mockingbird tidak melakukan apa-apa selain bernyanyi untuk kita nikmati. Mereka tidak memakan kebun orang, tidak membangun sarang di kebun jagung. Itulah mengapa membunuh Mockingbuird adalah dosa.”
Inilah alasan anda harus membaca kisah ini. Kepercayaan Atticus terhadap buruknya perlakuan diskrimansi, rasialisme, dan kebohongan tampak dari lelaku hidupnya yang menanamkan nilai pada anak-anaknya secara setara. Bahkan kedua anaknya tidak pernah memanggilnya dengan istilah Ayah. Mereka memanggil Atticus dengan nama Atticus, atau sesekali ketika dialog formal menggunakan istilah, “Sir”.
Melihat bagaimana cara anak-anak memandang kehidupan.
Dunia anak betapapun konyolnya mereka adalah dunia penuh imajinasi. Jika anda memiliki seorang adik atau saudara yang berusia 4-8 tahun, suruhlah mereka menggambar cita-cita mereka. Anda akan menemukan ragam mimpi yang menarik dari diri mereka.
Begitupula kisah yang digambarkan dalam To Kill A Mockingbird. Finch dan Scout sebagai dua kakak beradik benar-benar hidup dalam dunia permainan yang menuntun kita masuk dalam dunia mereka dan menganggap bahwa demikianlah seharusnya dunia anak bekerja.
Salah satu adegan yang menarik adalah kasus Boo Radley. Di sekitar lorong gang rumah Scout dan Finch, nama Boo Radley dikenal sebagai manusia misterius. Rumah mereka bertetangga. Menurut desas-desus setempat, Boo adalah anak nakal yang dikurung dalam rumah kosong, dipasung dan ditelantarkan. Itu hukuman bagi seorang anak nakal. Namun Finch dan Scout juga disertai Dilli yang sering berkunjung ke Maycomb saat musim panas membantah mitos itu dengan cara masuk ke dalam rumah Boo. Meskipun sampai akhir cerita, mereka belum bisa melihat fakta bahwa Boo diperlakukan demikian di rumahnya. Cara yang mereka lakukan bermacam-macam. Mulai dari menyusun strategi membongkar pagar, latihan estafet misi dan lain semacamnya, mereka seperti detektif kecil. Dengan alasan, rasa penasaran mereka harus terjawab.
Kasus lain adalah percakapan antara Finch dan Dill. Dill bercerita kelak ia akan terbang bersama ayahnya yang baru berhasil menjadi pilot untuk berkeliling dunia. Kelak jika ada kesempatan Finch dan Scout akan diajak berkeliling dunia. Meski mereka bertemu hanya semasa musim panas, Finch, Scout dan Dill sering bertukar cerita tentang imajinasi-imajinasi dan dialog unik. Bahkan dialog ini berpengaruh terhadap cara Finch dan Scout membangun dialog bersama Atticus, ayahnya. Sungguh dalam cerita ini, ada banyak cara pandang anak yang akan anda dapatkan.
Kisah ini dilarang beredar sebagai bacaan wajib sekolah di Amerika pada 2017 lalu. Menurut James LaRue, Direktur Kantor Asosiasi Perpustakaan Amerika Untuk Kebebasan Intelektual berkata bahwa buku ini cenderung vulgar. Menggambarkan rasialisme dengan istilah Negro, narasi tentang isu seksualitas dan pemerkosaan dan alasan moral lainnya. Atas dasar itu, buku ini kini tidak lagi dijadikan bacaan wajib. Sebelum kisah ini tidak lagi dicetak ulang, bacalah, agar tidak menyesal dan terbawa mimpi.