Sudrun dan Buku Terbang

Identitas Buku

semilirJudul: Sudrun dan Buku Terbang
Penulis: Alfiandana
Penerbit: Gorga
Tahun Terbit: 2021
Tebal: 114 hlm

 

 


Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang sudah lama dilakukan oleh nenek moyang kita, khususnya cerita anak. Bahkan bercerita dijadikan sebagai kebiasaan atau tradisi oleh para orangtua (dulu) saat sedang bercengkrama dengan anak-anaknya atau sebagai pengantar tidur. 

Di sisi lain, di era modern ini, kebiasaan mendongeng untuk anak oleh sebagian besar orang tua atau guru mulai ditinggalkan. Barangkali salah satu faktornya adalah kurangnya buku cerita yang sesuai perkembangan anak atau mungkin juga karena anak-anak sekarang lebih dekat dengan dunia visual dalam media elektronik yang lebih menarik dibandingkan membaca buku.

Bahkan, Marc Prensky, seorang penulis buku sekaligus konsultan di bidang pendidikan kelahiran di New York, Amerika Serikat, pernah menyebutkan bahwa anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native, yaitu mereka yang sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir. Segalanya serba didukung peralatan canggih, sehingga kekuatan cerita dalam buku-buku kalah bersaing, bahkan sebagiannya telah tergantikan dengan benda-benda elektronik yang memanjakan mata dan telinga.

Namun, mengingat segudang manfaat cerita bagi perkembangan anak di tengah teknologi yang semakin canggih saat ini, di mana sebuah cerita, mampu menjadi alat pemandu yang halus untuk anak-anak, terutama agar terbentuk pola norma dan perilaku yang halus dan baik. Selain pendidikan formal sebagai penunjang perkembangan literasi anak yang dilakukan guru di sekolah, pendidikan informal juga diperlukan untuk perkembangan literasi anak sejak dini. Sudah tentu hal ini tak luput dari peran orang tua selaku pembimbing dan pengajar anak yang sangat vital bagi pembentukan karakter anak. Setidaknya, pendidikan literasi yang dilakukan di sekolah dan di rumah saling mendukung.

Dalam hal ini, buku Sudrun dan Buku Terbang adalah salah satu yang bisa menjadi rekomendasi. Buku ini merupakan prosa anak karya Alfiandana yang diterbitkan oleh Penerbit Gorga pada Februari 2022. Buku setebal 144 halaman ini menyajikan kisah-kisah masa lampau dalam kehidupan umat manusia dengan latar dan konflik yang berbeda. Mulai dari kisah Perang Diponegoro, zaman Paleolitikum, masa Dinasti Han China, dan Perang Aceh. Semuanya tentang sejarah dan setiap ceritanya berisi kisah petualang dari tokoh utama bernama Sudrun ditemani kedua orang sahabatnya, yakni Marjak dan Ti’in.

Muhammad Gufron
Foto: Dokumentasi Penulis

Bagi saya, buku anak berupa fiksi sejarah merupakan alternatif yang cocok untuk menyajikan cerita sejarah dengan menarik sehingga anak-anak tidak mudah bosan jika dibandingkan dengan buku sejarah itu sendiri. Fiksi sejarah dinilai mampu memberikan keleluasaan tertutama memberi ruang imajinasi bagi penulis dan pembaca.  

Pasalnya, mengenalkan sejarah pada anak-anak bisa dibilang cukup menantang. Bercerita tentang sejarah mengharuskan ada alur dan peristiwa panjang yang perlu dijelaskan. Melalui fiksi sejarah dengan penuturan sederhana dan dikemas secara menarik, anak-anak akan dibuat senang dan tertarik belajar sejarah.

Membaca lembar demi lembar cerita Sudrun dan Buku Terbang ini tetap memiliki batasan. Penulis menggabungkan informasi sejarah berbasis data dengan alur cerita yang bersifat subjektif. Apalagi, sejarah adalah cerita nyata tentang peristiwa atau sosok tokoh di masa lalu, dan pelaku sejarah yang diceritakan bukanlah rekaan atau tokoh fiksi.

Misalnya, ketika Sudrun yang diceritakan menjadi salah satu pasukan Diponegoro bernama pasukan Bulkiyo saat melawan para kompeni Belanda. Selain mengenalkan Perang Diponegoro, penulis mengenalkan nama-nama pasukan yang dibentuk oleh Diponegoro, cerita kalahnya pasukan yang kekurangan senjata, sampai cerita marahnya Jenderal Belanda De Kock terhadap Diponegoro.

Di cerita yang lain, Alfiandana membawa pembaca untuk “Mencari Tinta Tertua” yang berlatar di zaman Paleolitikum. Penulis mengisahkan sejarah asal mula ditemukan dan digunakannya tinta di Indonesia, yaitu di Gua Maros. Sejarah mencatat bahwa Gua Maros merupakan gua tertua di dunia. Maros sendiri merupakan sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang bersebelahan dengan kota Makassar. 

“Dari informasi yang aku baca di buku Histo. Seorang peneliti menemukan lukisan gua tertua di dunia ada di Indonesia. Ada di Gua Maros pada zaman purba. Peneliti itu menemukan gambar babi kutil pada dinding gua,” kata Sudrun menjelaskan.

Menyelesaikan buku Sudrun dan Buku Terbang ini seperti menonton film animasi Doraemon yang memiliki pintu kemana saja dan menceritakan sejarah serta kebiasaan dari orang Jepang.

Buku ini mengenalkan sejarah pada anak agar mengetahui kisah-kisah heroik para pahlawan di masa lalu. Anak akan meneladani baik buruk dari kisah tersebut. Melalui cerita atau dongeng, banyak hal tentang kehidupan yang dapat kita (pendongeng) informasikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan moral dan nilai-nilai karakter yang dapat kita tanamkan dalam cerita. 

Jadi, buku ini sangat direkomendasikan untuk digunakan sebagai bahan mendongeng bagi para orang tua atau guru disekolah. Selain raga anak mendapat asupan makanan bergizi, jiwanya juga perlu mendapat asupan cerita-cerita bermakna berupa sejarah. 

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here