Berburu atau Terburu-buru
Berburu atau Terburu-buru

Apa yang ada di benak kalian saat orang berbicara hutan Kalimantan? Bayanganya pasti budaya, hutan, kawasan purba, flora dan fauna serta kearifan lokalnya dan masyarakatnya khususnya suku Dayak. Ya masyarakat suku Dayak salah satu suku yang hidupnya berdampingan dengan hutan dan 90% kebutuhannya dari hutan. Seperti super market dan toko bangunan, hutan itu bagi mereka. Tapi kali ini saya ingin bercerita tentang kearifan lokal mereka tentang berburu. Ya, berburu menjadi aktifitas mereka untuk menghasilkan makanan yang begizi.

Berburu atau Terburu-buru
Berburu atau Terburu-buru

Berburu menjadi hal menarik yang pernah saya lihat, saat saya berkunjung ke salah satu daerah di Kalimantan timur, tepatnya di Kab. Berau ternyata masih banyak masyarakat suku Dayak yang berburu dengan alat tradisional mereka. Berburu dengan tombak dan sumpit, racikan racun di buat sederhana dari hutan dan mematikan.

Berburu atau Terburu-buru
Berburu atau Terburu-buru

Namun ternyata berburu tidak hanya dengan ‘senjata’ andalan. “Berburu di hutan itu bukan cuma soal sumpit atau tombak. Anjing itu sahabat terbaik kami. Mereka ini mata dan telinga kami di rimba.”  Pungkas Joni, pemuda Basap yang gemar berburu.  Joni adalah pemuda salah satu pemuda Dayak basap yang hoby berburu. Berburu baginya seperti olahraga di gym, atau bahkan berlari yang saat ini ramai dilakukan (Trail Run).

Tombak, sepatu dan anjing yang selalu menemaninya ke dalam hutan untuk mencari lauk bergizi yang akan dinikmati Bersama keluarganya. Bahkan ia akan memanggil anjingnya engan siulan yang khas. Begitu siul itu berbunyi tak lama anjing-anjingnya datang dan mengikutinya berjalan.

- Poster Iklan -
Berburu atau Terburu-buru
Berburu atau Terburu-buru

Joni juga menceritakan bahwa Ketika ia berburu menggunakan anjing, ia akan lebih mudah untuk menemukan hewan buruannya. Karena anjing akan berlari duluan saat di dalam hutan, mengendus bau babi dan hewan kaki empat lainnya. Selain itu joni juga akan melihat tanda-tanda jejak hewan buruannya bahkan ia bisa mengetahui ini jejak lama atau baru dan kemana arahnya hewan itu pergi.

“Anjing akan memberikan tanda saat ia menemukan buruannya “ pungkas joni. Kalau anjing sudah menggonggong Panjang, suaranya keatas dan semangat, itu tandanya mereka lagi tahan babi hutan,” lanjut Joni sambil menirukan gonggongan anjing pemburu. “Tapi kalau gonggongannya pendek-pendek dan lebih rapat, wah, itu berarti anjing sudah sergap babi, siap-siap saja tombak atau parang”

Pemburu Dayak memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa alam, termasuk ‘bahasa’ gonggongan anjing mereka. Lewat perbedaan intonasi dan ritme gonggongan, mereka dapat membaca situasi di hutan, mengetahui jenis buruan, dan bahkan memperkirakan posisi hewan tersebut. Kerja sama antara manusia dan anjing dalam berburu ini adalah contoh nyata kearifan lokal yang luar biasa, memanfaatkan keunggulan alami masing-masing untuk bertahan hidup di alam liar. Ah, saya cukup kagum dengan caranya memahami suara gonggongan itu.

Nilai dari berburu sebagai sekolah non formal

Begitu dekat dengan hutan menjadikan anak-anak muda Dayak belajar tentang pengetahuan hutan, cara membaca jejak hewan, teknik berburu tradisional, serta etika dan aturan yang berlaku dalam berburu. Tradisi berburu tidak hanya belajar tentang keterampilan bertahan hidup di alam, tetapi juga tentang pentingnya menghormati alam, menjaga keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan.

Berbagi adalah keromantisan masyarakat Dayak.

Hasil buruan bukan milik pribadi, tapi rezeki bersama. Daging rusa, babi hutan, atau kijang, tak hanya mengisi perut keluarga pemburu, tapi juga dibagi rata ke seluruh kampung. Bayangkan aroma daging panggang yang menggoda di udara desa, meberikan kehangatan rumah untuk bisa menyantap makanan bergizi.

Berburu atau Terburu-buru
Berburu atau Terburu-buru

Masih Relevan kah di tengah moderenisasi AI?!!

Di era modern yang penuh tantangan lingkungan, kearifan lokal berburu masyarakat Dayak tetap relevan dan memiliki nilai yang sangat berharga. Di tengah isu kerusakan hutan dan krisis keanekaragaman hayati, tradisi ini menjadi inspirasi dan contoh bagaimana manusia dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan alam. Menjaga tradisi berburu bukan berarti menolak perkembangan zaman, namun lebih kepada mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal yang telah teruji relevan dalam menjaga kelestarian alam dan budaya.

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here