Secangkir Rindu Untuk Kotaku

Bagi saya pribadi, “Secangkir Rindu Untuk Kotaku” semakin layak didengarkan karena diiringi oleh alunan musik yang meneduhkan telinga.

Bagi sebagian orang di luar Jawa Timur, mungkin belum pernah mendengar sedikit pun mengenai Bondowoso. Atau justru ini kali pertama (melalui tulisan ini) baru mengetahui ada daerah di nyaris paling ujung timur Pulau Jawa bernama Bondowoso.

Namun bagi sebagian orang yang sudah mengetahui Bondowoso, yang terlintas di benaknya ketika mendengar Bondowoso mungkin adalah tape. Dan bagi saya sendiri yang merupakan seorang perantau di Jember, yang terlintas ketika mendengar Bondowoso tidak hanya tape.

Ketika mendengar Bondowoso, saat ini yang terlintas di pikiran adalah Surma. Makanan ini memang sekilas mirip seperti Kebab, namun sejatinya ada perbedaan antara Surma dan Kebab. Yang membedakan adalah, jika Kebab isian utamanya adalah daging sapi, Surma berisi telur dan dilengkapi oleh selada, tomat, timun, saus serta dibungkus oleh lapisan yang terbuat dari tepung, kemudian digoreng. Harga Surma relatif murah. Yang biasa hanya Rp. 6.000 sedangkan yang spesial Rp. 8.000.

Selain Surma, yang terlintas di pikiran saya ketika mendengar nama Bondowoso adalah Estetiga. Sebuah band lokal yang berisi sekumpulan anak muda asli Bondowoso yang dengan bangga mengemas kotanya melalui karya, khususnya lagu.

Bahkan saya bisa mengetahui Surma karena beberapa waktu yang lalu ada keperluan dengan pendiri Estetiga, yaitu Lutvan Hawari. Sejak saat itu, saya langsung jatuh hati dengan makanan khas Bondowoso bernama Surma tersebut.

Kembali ke Estetiga. Rasanya sejak mengenal Estetiga, saya merasa jadi lebih mengenal Bondowoso hingga beranggapan bahwa Bondowoso adalah Estetiga, Estetiga adalah Bondowoso. Bagaimana tidak, melalui single perdananya yang terbingkai dalam video klip dan telah dirilis 2019 silam berjudul “Secangkir Rindu Untuk Kotaku”, saya merasa diajak berkeliling kota untuk jauh lebih mengenal Bondowoso.

Bagi saya yang tinggal jauh dari Bondowoso dan hanya sebentar merantau di Jember (karena pandemi), “Secangkir Rindu Untuk Kotaku” berhasil mempersembahkan Bondowoso sebagai daerah yang unik nan menarik.

Nama Estetiga sendiri sejatinya merupakan plesetan dari “Estetika” yang berarti keindahan. Sedangkan “tiga” yang dimaksud di dalam Estetiga bermakna bahwa ada tiga orang inti yang menciptakan musik serta lirik dalam proses kreatif Estetiga.

Lirik yang ada dalam “Secangkir Rindu Untuk Kotaku” selain bercerita tentang kerinduan mendalam Lutvan Hawari terhadap tanah tumbuh kembangnya (Bondowoso) kala merantau di Jogjakarta, juga menyajikan beberapa ikon yang dimiliki oleh Bondowoso itu sendiri. Seperti JL. Diponegoro Kotakulon-Bondowoso, biji kopi dari hamparan Gunung Ijen dan rokok lokal bernama Gagak Hitam.

Kerinduan Lutvan Hawari terhadap Bondowoso tampak sangat terasa dan telah tertuang pada bagian reff lagu “Secangkir Rindu Untuk Kotaku” yang berbunyi “Lama aku tak pulang, ke kota 1000 kenangan. Rindu tak pernah hilang. Ingin selalu datang, kembali, kesini.” Dari reff tersebut tampak jelas Lutvan Hawari sangat ingin selalu datang kembali ke Bondowoso dan menyatakan bahwa rindunya terhadap Bondowoso tak pernah hilang apabila belum pulang.

Bagi saya pribadi, “Secangkir Rindu Untuk Kotaku” semakin layak didengarkan karena diiringi oleh alunan musik yang meneduhkan telinga. Mendayu mengalun mengajak setiap pendengar untuk merasakan suasana Bondowoso yang relatif damai karena tidak macet dan jalannya lengang.

Perpaduan musik yang begitu apik dengan lirik yang menarik berhasil memantik setiap memori saya terhadap Bondowoso. Tetapi, meskipun sebelumnya kamu belum pernah mengunjungi Bondowoso sama sekali, kamu akan tetap bisa diajak berkeliling Bondowoso hanya dengan menyaksikan video klip “Secangkir Rindu Untuk Kotaku” di kanal Youtube milik Estetiga.

Dalam video berdurasi 4 menit 59 detik tersebut, terdapat beberapa lokasi di Bondowoso, di antaranya adalah Alun-alun Bondowoso, rumah salah satu anggota Estetiga di Jalan Mawar, Gerbong Maut, Kebun Kopi Kluncing dan Museum Kereta Api.

Dalam penuturan Izra selaku sutradara, video klip “Secangkir Rindu Untuk Kotaku” memakan waktu kurang lebih satu bulan dan diciptakan tanpa bantuan sponsor sepeser pun. Semua murni dikerjakan dengan dana pribadi dan didukung oleh kehebatan batin yang kuat dari Estetiga demi persembahan mereka untuk kota tercinta, Bondowoso.


Dengarkan lagu Secangkir Rindu Untuk Kotaku di sini.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here