Media dan Bencana

Tentang Media dan Bencana, satu bulan lagi menjelang coblos pemilihan Presiden dilaksanakan. Bulan awal, tanggal awal tahun ini, tensi meningkat, salah satu faktornya adalah kasus relawan Tim Pemenangan Ganjar – Mahfud di Boyolali yang diduga dikeroyok oleh Aparat. Anda bisa menambah daftar panjang kasus pengeroyokan ini dengan kehendak keyakinan anda sendiri. Anda bisa mencetak nama-nama panjang yang terlibat, seperti misalnya, karena Ganjar memiliki visi anti-korupsi kuat, akhirnya Sambo dari penjara mengirim pasukan satu batalyon menggagalkan kampanye Ganjar.

Sangat mungkin anda mencatat kejadian itu. Jauh sebelum anda mencatat pun, percayalah sudah ada yang menulis lebih dulu. Tentu dengan imajinasi yang berbeda dengan anda. Orang lain, dalam kasus pengeroyokan relawan itu, boleh jadi menganggap ini ulah relawan Pasangan Calon 01. Seperti tragedi terbunuhnya Ametung di tangan Ken Arok. Prabowo adalah Ametung yang ingin dikudeta Arok, siapa Arok sebenarnya tidak penting. Tetapi Prabowo sebagai bagian dari kuasa di istana mencegah lebih cepat, dengan cara mengirim punggawa kerajaan mengaggalkan si relawan itu.

Sungguh itu layak maksud media, dan mungkin layak dipercaya. Buka gawai, masuk ke X, dan lihat lampiran laman trending. Dunia seolah terasa luas, dan anda melihat, betapa banyak orang-orang menggambar citra idola mereka sendiri. Sementara yang luput dari hidup, anda lupa, kucing yang baru lahir di sela meja belajar dan lemari anda. Keesokannya, kucing itu tewas kelaparan dan anda menangis. Tetapi anda tidak menangisi kucing itu, yang anda tangisi adalah, kritik pasangan calon lain terhadap Prabowo yang mengiris-iris hati, dan anda sebagai pendukung merasa tidak tega. Padahal minggu lalu, laman trending berisi luka yang lebih menyayat karena bom di Gaza, mungkin?.

Kelahiran manusia merupakan kelahiran tragedi sekaligus. Adanya peperangan, mensyaratkan adanya damai, pun begitu sebaliknya. Hanya dalam dunia modern, dunia kehilangan natural. Manusia dengan dunia yang seolah rasional, merasa dekat dengan rasionalitas. Segala yang mistik hilang. Yang misterius, yang esok hari, dibuat terasa dekat dan mampu dijamah dengan kepastian. Tragedi, kata Nietzsche, tapi bagi penulis lain seperti Dr. Mondry, kelahiran bencana yang berasal dari rahim media ditelaah secara praksis.

Media dan Bencana, sebuah telaah konsep dan cetak biru model pemberitaan media. Masih kembali dalam tragedi kucing anda yang mati kesepian, karena anda lebih memilih menangisi emosi yang tak jelas muaranya pada debat capres. Amibl jeda sejenak, pikirkan mana yang lebih penting menangisi Calon Presiden atau kucing anda. Kucing itu, adalah sahabat yang menemani kesepain anda selama anda menyelesaikan urusan kerja. Kematian kucing adalah bencana, tapi tidak tangisan Calon Presiden. Karena media mempengaruhi anda, media membuat diri anda jauh pada diri sendiri. Media menghabiskan energi anda dengan alasan menangis yang sama sekali tidak memiliki pengaruh besar untuk anda. Guna meneliti lebih baik, mengapa itu bisa terjadi, sila pelajari catatan Mondry.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here