Reog
Sumber foto: nusantarapedia.net

Kesenian Reog Ponorogo tak hanya menyoal seni-budaya saja, tetapi juga turut mengangkat ekonomi masyarakat di wilayah Kabupaten Ponorogo. Melalui komodifikasi kesenian Reog berupa cendera mata yang mempunyai daya tawar ekonomi.

Kekinian sumber ekonomi tidak melulu dari sumber daya alam. Seni dan budaya juga bisa jadi potensi ekonomi bagi masyarakat. Terlebih di Indonesia dengan ragam seni dan budayanya tentu menjadi keistimewaan tersendiri. Namun demikian, belulm banyak masyarakat Indonesia yang menyadari dan memanfaatkan potensi seni dan budaya.

Kata budaya acap diperbincangkan masyarakat Indonesia yang dikenal dengan kekayaan kearifan lokalnya. Jika ditanya apa arti budaya, bisa jadi hal sulit bagi masyarakat untuk menguraikan dengan kata yang indah dan lengkap. Akan tetapi, masyarakat memahami tanpa sadar, sebab merekalah objek sekaligus subjek dari budaya itu sendiri.

Lalu, apa sih budaya itu? Budaya adalah adat atau kebiasaan suatu kelompok masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Suatu budaya terbentuk melalui proses panjang hingga dinilai baik bagi kelompok sehingga disepakati. Maka dari itu, seluruh anggota masyarakat dididik untuk mematuhi budaya yang berlaku.

Budaya mempunyai arti yang luas dengan beragam jenisya, salah satunya adalah kesenian tari. Indonesia sendiri memiliki lebih dari 3.000 tarian yang tersebar dari ujung Sabang sampai Merauke. Jumlah yang sangat fantastis bukan?

Bisa dibilang seni tari adalah cerminan kepribadian hidup masyarakat setempat. Maka dari itu, biasanya tari akan berisi cerita tentang peperangan, percintaan hingga menceritakan asal suatu daerah.

Selain sebagai representasi kehidupan, seni tari juga bertujuan sebagai hiburan. Itulah mengapa gerakan tari pada umumnya sangat menarik dan indah. Salah satu tarian yang sangat menarik yaitu Reog Ponorogo. Dari namanya orang pasti langsung tahu dari mana asal tarian ini. Yap tarian ini berasal dari Kabupaten Ponorogo.

Di Ponorogo, pertunjukan Reog tidak digelar setiap saat. Pertunjukan Reog hanya digelar pada waktu tertentu seperti acara rutin pagelaran saat bulan Suro, festival, dan acara-acara penting lain seperti perayaan, penyambutan hingga tolak bala.

Komodifikasi budaya adalah tindakan yang menjadikan budaya menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi dan dapat diperjualbelikan tanpa merusak nilai dari budaya yang ada. Sederhananya, budaya dimodifikasi menjadi bentuk lain yang kemudian bisa dijual baik berupa jasa maupun barang.

Bentuk-bentuk komodifikasi dari kesenian Reog ada banyak macamnya. Kata Mulyadi (57), salah seorang pengrajin kesenian Reog, banyak sekali pernak-pernik bernuansa Reog yang dapat ia buat. Cendera mata yang dibuatnya berharga variatif, tergantung bahan, ukuran, dan tingkat kesulitan membuatnya.

Mulyadi menambahkan, pernak-pernik kecil seperti stiker, pin, gantungan kunci hingga baju merupakan cendera mata terlaris, di mana setiap minggunya ia dapat menjual lebih dari 500 buah. Namun pernak-pernik yang berukuran tanggung hingga besar seperti topeng bujang ganong hingga replika topeng Reog sangat sulit dijual. Selain harganya yang tergolong mahal, proses pembuatannya juga rumit.

Di samping mengangkat ekonomi masyarakat lokal, hasil komodifikasi ini juga sekaligus sebagai ajang promosi kesenian Reog Ponorogo melalui kenang-kenangan cendera mata bagi wisatawan yang berasal dari seluruh penjuru negeri. Diharapkan melalui komodifikasi kesenian ini bisa terus mengangkat ekonomi masyarakat sekaligus pelestarian budaya.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here