Latatu Nandemar

Dasman senang bukan kepalang. Hari ini dia merasa seolah seluruh keberuntungan yang ada di alam semesta sedang terkumpul terpusat hanya pada dirinya.

Awalnya, seperti biasa. Pagi itu bubur ayam jualannya habis tandas tak ada sisa sebelum waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Dan, seperti biasa juga, Dasman pulang ke rumahnya untuk beristirahat, yang beberapa meter di belakang rumah sederhana itu ada sungai deras  mengalir mengeluarkan suara aliran air yang meneduhkan untuk beristirahat hingga siang.

Dilanjutkan dengan memberi makan beberapa ekor ayam kampung peliharaannya dan kemudian berangkat ke pasar Bongkos, pasar tradisional yang kumuh namun menyediakan barang dengan harga terjangkau, untuk berbelanja kebutuhan jualan bubur ayam yang akan dijual keesokan harinya.

Dasman memang selalu mengharuskan dirinya yang berbelanja ke pasar, tidak istrinya. Karena memang selain berbelanja, dia juga punya rutinitas lain yang selalu ia rahasiakan kepada istrinya yang sebenarnya sudah tahu kelakuannya itu, yakni melihat nomor togel yang keluar hari itu.

Di tengah-tengah gempuran digitalisasi yang juga merambah pada dunia judi menjadi judi online, Dasman sangat senang masih ada agen judi togel offline yang disediakan untuk para penjudi kelas teri yang sangat gagap dengan teknologi seperti dirinya itu. Karena Dasman sangat tidak paham apa itu yang namanya judi slot yang mengandalkan android ataupun internet.

Dan ternyata, angka yang dia pasang keluar semua. Enam angka. Itu artinya Dasman memenangkan taruhan sebesar tiga ratus lima puluh juta rupiah kurang lima puluh ribu karena memang dia memasang taruhan dengan jumlah yang lumayan besar pada tempo hari itu. Dia tidak punya alasan untuk tidak merasa senang hingga lupa daratan hari ini. Termasuk kurangnya nominal lima puluh ribu rupiah yang menghambat penggenap angka tiga ratus lima puluh juta itu, tidak dijadikan permasalahan olehnya.

Berulangkali dia lihat angka yang tertera, “Yah! benar. Ini adalah angka yang aku pasang!” Kertas kupon undiannya sendiri memang tidak dia bawa. Itu sudah menjadi kebiasaannya. Dia simpan di suatu tempat yang hanya dia yang tahu keberadaannya. Tidak istrinya, tidak juga satu anaknya yang masih duduk di bangku kelas empat SD. Tetapi Dasman ingat betul dengan deretan angka yang sudah dia pasang itu.

Dasman tak mempedulikan tatapan Koyod, panggilan akrab para penjudi togel untuk lelaki bujang tua penjaga kios bobrok yang dijadikan tempat agen judi di pojokan pasar Bongkos itu.

“Jadi, mana kertas kuponnya? Sepertinya kau menang dengan angka banyak hari ini, Sim. Sini tukarkan! Dan jangan lupa, sedikit uang rokok untukku!” Koyod yang memang sudah akrab dengan ekspresi-ekspresi kemenangan para pemain judi togel ini tak mungkin salah mengartikan ekspresi Dasman di hadapannya itu.

“Sabar! Barapa pun rokok yang kau inginkan, pasti kuberi. Kalau perlu kuberi dengan satu kebun daun tembakaunya juga! Tapi sekarang aku harus pulang dulu mengambil kertas kuponnya.” Selepas berkata seperti itu Dasman berbalik dan pulang dengan membawa segunung kegembiraan.

Dalam perjalanan pulang Dasman terus-terusan tersenyum sendiri tanpa henti. Kepalanya sudah sangat dipenuhi rencana yang akan mengubah hidupnya. Dia melangkah seperti melayang karena dipenuhi hawa senang bukan kepalang.

“Pertama, aku akan membayar lunas sekaligus hutangku di enam bank keliling yang terus menagih itu.” Dasman mulai menyusun rencana. “Lalu aku akan mengganti gerobak jualanku yang sudah butut itu dengan gerobak kualitas paling baik.” Sambil cekikikan sendiri Dasman menyusun rencana kedua. “Oh, iya… aku akan membuat kaget istriku di rumah nanti dengan gerobak tua itu. Akan aku kerjai dia setibanya di sana.” Dasman sudah tidak kuat lagi ingin membuat kejutan terhadap istrinya itu.

“Ternyata hasil mimpi itu membawa keberuntungan.” Beberapa malam sebelumnya Dasman memang bermimpi. Mimpi mengukur jalan raya sepanjang 5.715 M. Dia mendapatkan empat angka tersebut dan ketika bangun dia langsung mencatat nya di secarik kertas kardus bekas bungkus obat nyamuk bakar secara tergesa-gesa. Khawatir jika telat, angka-angka itu bisa menguap dalam ingatannya.

Tetapi angka itu baru empat, belum enam. Maka untuk melengkapi dua angka berikutnya dia bertanya pada seorang dukun yang sebenarnya buta huruf dan juga buta angka. Dari dukun tersebut Dasman mendapat instruksi untuk mengingat jumlah berapa kali pernah menang dan berapa kali dia gagal memenangkan judi togel itu selama ini. “99 kali dan belum pernah menang sama sekali.” Dasman menjawab dengan suara begitu lirih karena sedikit malu dengan reputasi buruknya sebagai pemain judi togel itu.

Maka, 99 pun diputuskan menjadi angka pelengkap empat angka yang sebelumnya muncul dalam mimpi Dasman. Dan ternyata hasilnya sungguh luar biasa. Enam angka tersebut tepat tanpa satu pun meleset. Kini Dasman akan menjadi orang kaya mendadak dengan menukarkan kupon togel tersebut.

Tak terasa rumah sudah di depan mata. Ingin rasanya dia berteriak agar seluruh orang-orang tahu bahwa dia kini bukan lagi seorang pedagang bubur ayam biasa, tetapi sudah menjelma menjadi seorang penjual bubur yang kaya raya. Tetapi dia menahan keinginan itu. Dia ingin terlebih dahulu menjalankan rencananya untuk membuat istrinya terkejut.

Dasman mendapati istrinya di halaman belakang berteman suara guruh air sungai yang deras tengah memilah gabah dari beras di atas tampah yang akan dijadikan bubur nantinya. “Tak jadi belanja, Pak?” Istrinya bertanya dengan rasa heran melihat suaminya pulang dengan tangan tak membawa apa-apa dan disertai dengan wajah senyum-senyum tidak jelas pula. Dasman tersentak kaget. Rupanya dia telah melupakan barang belanjaan yang tadi sudah dia beli di pasar.

Sepertinya tertinggal di kios agen judi togel tadi. Dan Dasman melupakan semuanya karena rasa senang yang bukan kepalang tadi. Tetapi justru itu bagus. Pulang dengan tangan kosong ini justru akan semakin melengkapi rencananya untuk mengerjai istrinya ini. Istrinya pasti akan sangat keheranan berlipat-lipat setelah melihat apa yang akan dia lakukan sesaat lagi. “Apa istilah anak jaman sekarang disebutnya, ya? Oh, iya. Nge-prank!” Dasman mengingat istilah yang akan dia lakukan terhadap istrinya itu.

Dasman tidak menggubris pertanyaan istrinya yang keheranan melihat tingkah dirinya yang sangat aneh hari itu. Tetapi Dasman malah menghampiri gerobaknya yang terparkir tidak jauh dari posisi duduk istrinya.

Didoronganya gerobak tersebut dengan sekuat tenaga menuju sungai yang tengah deras mengalir di hadapan matanya yang tengah dibutakan rasa senang. Dan, “brakkk!” suara gerobak jatuh menabrak bebatuan sungai tidak hanya mengejutkan ayam-ayam yang tengah mengais-ngais tanah di sana dan seekor biawak yang bersantai di atas sebuah batu besar, tetapi juga tentu saja membuat kaget dan heran istrinya yang sedari awal kedatangan sang suami sudah merasakan ada sesuatu yang aneh.

“Kenapa kau, Pak? Ada apa? Sudah gila kah dirimu, Pak?” Rentetan pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut istrinya hanya dibalas dengan tawa terbahak-bahak oleh Dasman. Dari pertanyaan berubah menjadi makian kepada suaminya itu. Sementara sang suami masih tertawa terbahak sambil melihat kepingan-kepingan gerobak tuanya itu hancur digerus derasnya sungai dan menabrak bebatuan, hingga akhirnya lenyap dari pandangan mata Dasman.

Gerobak tersebut hancur tanpa sisa, tetapi tawa Dasman masih membahana diselingi makian-makian sang istri. “Sudah gila kamu ya, Pak? Bagaimana kita jualan nanti? Bagaimana kita makan nanti?”

Ucapan-ucapan terakhir istrinya itu menyadarkan Dasman, karena dia baru ingat ternyata kertas kupon nomor judi togel yang akan membuatnya kaya mendadak itu dia simpan dalam laci kecil gerobak bubur ayamnya itu. Dan sementara gerobaknya sudah musnah tak bersisa dihancurkan deras sungai.

Dasman akhirnya mengejar mengikuti arus sungai di mana terakhir gerobak tersebut lenyap dari pandangan matanya. Tetapi dia tidak lagi mengeluarkan tawa, melainkan berganti menjadi tangis seperti tangis anak kecil yang permennya jatuh ke tanah ketika akan memakan permen tersebut. Suara tangisnya mengalahkan suara gemuruh sungai yang selama ini sudah begitu akrab dengan telinganya.

***

Dan sejak kejadian itu, keseharian Dasman hanyalah tertawa dan menangis saja di belakang rumahnya sambil melihat sungai di mana gerobaknya lenyap hilang bersama secarik kertas yang seharusnya membuat dirinya kaya mendadak. Sebentar dia tertawa sebentar kemudian dia menangis.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here