luthfi J kurniawan

Di suatu senja pada bulan November lalu, kami melaju pelan di jalan tol rute Solo ke Surabaya yang sudah mulai bergelombang dan banyak tambalan perbaikan di sana-sini, padahal jalan tol ini digunakan tak kurang dari sepuluh tahun. Dalam perjalanan ini kami ditemani lagu dangdut yang populer tahun 80-an. Suara biduannya terdengar lirih dan suara bas kendangnya sangat terasa di telinga.

Perjalanan dengan mobil penuh penumpang ini kemudian harus berhenti di salah satu rest area yang cukup besar, kesempatan bagi para “penumpang” untuk ke kamar mandi sekaligus untuk mengisi bahan bakar mobil. Saat antri untuk mengisi bahan bakar, mata ini tertuju ke stasiun tempat pengisian daya mobil listrik. Lalu sejurus kemudian saya turun dari mobil untuk mengurangi rasa penasaran sudah banyak stasiun pengisian daya untuk mobil listrik di sana. Salah seorang petugas bercerita bahwa di sepanjang perjalanan tol antara Solo hingga Surabaya, di beberapa rest area telah tersedia stasiun pengisi daya untuk mobil listrik.

Pada bulan yang lalu saat saya ke Jakarta dan menginap di salah satu hotel yang terletak di tengah kota juga terlihat stasiun pengisian daya mobil listrik. Ketika saya bertanya kepada satpam yang menjaga di pintu masuk hotel, katanya memang di Jakarta telah banyak stasiun pengisi bahan bakar mobil listrik, bukan hanya di hotel namun di SPBU dan di tempat public juga telah tersedia.

Selain mobil listrik, saat ini dunia digital juga telah merangsek ke dalam setiap laku kehidupan kita. Dunia digital juga tidak bisa dilepaskan dengan urusan pengisian daya. Sebagai contoh, saat kita menggunakan handphone (HP) kita selalu merasa khawatir dengan keadaan daya baterai HP. Jangan-jangan di tengah jalan dayanya habis, sehingga untuk mengantisipasi itu maka kemana pun kita pergi kita selalu membawa charge HP. Kita seolah bergantung pada benda yang diberinama charge oleh pabrikannya itu.

Bahkan jika kita lupa membawa charge, muncul perasaan was-was yang tidak bisa dihindari. Meski kita telah jauh dari rumah atau kantor dan lupa membawa charge, beberapa dari kita akan kembali untuk mengambilnya. Sungguh kita seolah telah tergantung kepada benda itu. Padahal saat menggunakan HP sehari-hari tidaklah semua tentang urusan penting, entah urusan pekerjaan maupun urusan keluarga, paling-paling kita membuka HP setiap saat yaitu saat melihat pesan atau sekadar membuka media sosial. Itulah kira-kira yang terjadi pada sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini. Wallahua’lam.

Mobil listrik dan HP adalah sekadar contoh. Contoh yang lain, beberapa waktu yang lalu sempat ramai tentang bahan bakar untuk kompor yaitu gas elpiji yang akan dinaikkan harganya oleh pemerintah, tentu saja ini memberatkan warga negara. Dengan rencana kenaikan harga gas elpiji, tak heran jagat media sosial seketika menjadi riuh dengan nada-nada negatif terhadap pemerintah. Selain keriuhan tentang harga, banyak juga tawaran alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti energi kompor di dapur yaitu kompor listrik. Selang waktu kemudian ramailah analisis tentang pengeluaran biaya dapur kalau menggunakan kompor listrik dan menggunakan gas elpiji. Dalam banyak hitungan, menggunakan kompor listrik akan banyak menghemat karena hitungan harganya lebih murah dibandingkan dengan menggunakan gas elpiji. Tentu biaya ini di luar pengadaan kompor listriknya bagi yang belum memilikinya.

Dari sepenggal cerita di atas, ternyata kehidupan manusia modern sangat tidak bisa dilepaskan dari listrik. Seolah kehidupan saat ini tanpa sengaja telah terbawa pada suatu kondisi yang tak bisa dihindari untuk tidak menggunakan daya listrik. Urusan di dalam rumah membutuhkan listrik, urusan di kantor membutuhkan listrik dan segala hal di tempat-tempat publik, listrik menjadi sangatlah dibutuhkan. Tak bisa dilepaskan.

Tanpa listrik seolah manusia tidak akan berdaya. Dengan adanya listrik maka elektrifikasi yang telah terpasang di rumah, di kantor, di tempat publik akan berfungsi sebagaimana mestinya. Elektrifikasi dalam kehidupan saat ini telah berubah menjadi bagian dari nafas manusia modern. Bahkan tidak sedikit orang yang memikirkan proses elektrifikasi agar dapat membantu kehidupan manusia dengan lebih mudah.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here