hemat uang
https://money.kompas.com/read/2020/10/18/090300626/6-cara-berhemat-yang-salah-kaprah-dan-wajib-dihindari-agar-tak-tekor?page=all

Memasuki bulan Ramadan memang hal yang paling ditunggu-tunggu setiap tahun, khususnya bagi umat Islam. Pasalnya bulan ini hanya satu kali terjadi dalam setahun, itu pun hanya dibatasi 30 hari saja. Meskipun terasa singkat, namun terasa berharganya. Ada yang bilang bahwa hal yang jarang ditemui, itulah yang paling istimewa.

Ramadan itu sangat istimewa. Apalagi makanan di bulan itu tampak jauh lebih sedap dari pada hari-hari biasanya. Es campur, es teler, kolak pisang, bahkan hanya sekadar es tawar saja terlihat sangat menggiurkan di kala buka puasa. Terkadang saya berpikir, mengapa bisa seperti itu? Sungguh mengesankan dan menyenangkan memang bulan Ramadan. Berbagai makanan yang jarang dimakan di hari-hari biasanya, dihidangkan di bulan ini.

Namun, di balik semua kesenangan itu, ada sebuah kerisauan dalam benak saya yang membuat saya berpikir keras. Uang beratus-ratus ribu rupiah tiba-tiba hilang dalam sekejap. Padahal saya rasa baru kemarin mengambil uang di ATM, tiba-tiba uang itu lenyap entah ke mana.

Saya tidak merasa menggunakan uang sebanyak itu, namun ketika saya hitung-hitung kembali, nyatanya memang benar uang itu saya pakai kurang lebih dua minggu ini. Begitulah memang, manusia ketika sudah memegang uang, pikiran “hemat” seketika ikut lenyap bersama hasrat. Akhirnya, saya pun mulai berpikir, kiranya saya harus hemat.

Tetapi, bagaimana? Saya tidak tahan dengan wewangian sirup yang bercampur susu beserta bulat-bulatan semangka, melon, nata de coco, dan kolang kaling yang berasa menggiurkan lidah. Di samping itu, saya juga tidak bisa menolak jika teman mengajak buka bersama, kesempatan yang langka. Apalagi hampir dua minggu ke depan, lebaran sudah makin mendekat saja. Sehingga saya berpikir “Saya juga perlu baju baru, karena hanya di saat lebaran inilah kesempatan saya untuk beli baju baru dan mengganti penampilan diri dengan yang baru.”

Di malam yang dingin karena hujan baru reda, akhirnya saya menelepon saudara yang paling dekat dari hati ke hati dengan saya. Kerisauan ini saya ceritakan dengan sangat detail beserta alasannya sehingga ia tak bisa menyanggahnya. Karena itu, ia pun mendengarkan dan memberikan beberapa saran. Dari saran itu, saya berkesimpulan bahwa kebutuhan harusnya dibagi tiga, yaitu primer, sekunder, dan tersier.

Primer, “List apa saja yang penting atau utama harus dipenuhi. Misalnya saja bayar wifi, persiapan angpau untuk lebaran nanti, dan lain-lain,” katanya dengan lembut. Terkadang kita memang lupa untuk mengingat bahwa masih ada hal lain yang harus lebih dulu terpenuhi. Apalagi jika hasrat sudah melambung tinggi, contohnya seperti melihat diskon yang tampaknya lumayan.

Sekunder, “Terus pilih apa saja yang kamu butuhkan. Misalnya, pilih takjil sesuai dengan jumlah yang kamu butuhkan. Turuti kebutuhan bukan hasrat,”tukasnya lagi.

Tersier, “Masukkan hal-hal yang kamu inginkan di list terakhir. Misalnya, kalau aku baju baru cukup satu atau dua maksimal. Sesuaikan juga dengan kebutuhan kamu di masa mendatang,” terangnya lagi.

Lengkap sudah tiga pembagian kebutuhan yang dijelaskan. Memang, mengingatkan diri sendiri jauh lebih sulit dari pada mengingatkan orang lain. Tetapi, jika tidak mulai dari sekarang, kapan lagi? Mumpung cuan masih belum habis, hehe. Sekian dari artikel ini, semoga bermanfaat.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here