Tulisan Museum Musik Indonesia terlihat jelas dari luar gerbang. Wajah bangunan bernuansa merah begitu elegan dengan pintu berwarna hijau. Sekilas info. Museum Musik Indonesia atau MMI berada di Jl. Nusakambangan No. 19, Kel. Kasin, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur. Tepatnya museum itu terletak di lantai dua Gedung Kesenian Gajayana.
Saat berada di depan museum MMI, sebuah loket dengan kaca besar akan menyambut kita sebelum memasuki gedung. Ada sebuah lorong pendek yang diapit loket, itulah jalan menuju ke dalam museum. Sebuah tangga. Tak ayal otak dan kaki seakan langsung sepakat menaikinya.
Begitu sampai di pertengahan tangga, tulisan Museum Musik Indonesia kian lebih besar di mata. Pandanganku pun menjelajahi sisi kiri dan kanan banner hingga sampai di depan pintu.
Saat dibuka, beragam alat musik modern terpampang rapi nan estetis. Seperangkat alat musik drum dan beberapa gitar listrik seperti mengundang para pengunjung menyentuh dan memainkannya. Dengan uang Rp10.000, para pengunjung bisa masuk ke museum, memutar piringan hitam dan memainkan koleksi alat musik yang ada.
Koleksi piringan hitam tak hanya lagu-lagu Indonesia saja, tetapi pun dengan mancanegara. Ditempatkan terpisah untuk setiap daerah asal. Mulai dari tiap provinsi di Indonesia, tiap negara, bahkan antarbenua. Semuanya tersusun rapi sampai-sampai diri ini segan untuk menyentuhnya.
Antusiasme Pak Usman terpancar dari jawabannya. Ia menjawab dengan ramah tiap pertanyaan pengunjung. Penjaga Museum Musik Indonesia itu terlihat menikmati pekerjaannya. Memberitahu berbagai hal tentang museum kepada para pengunjung.
Saat kami berkunjung, pak Usman menunjukkan sebuah ruangan khusus. Isinya dominan alat musik tradisional dan beberapa alat musik modern. Koleksi baju beberapa penyanyi legendaris Indonesia juga diletakkan di ruangan itu.
Dengan senyum hangat, Pak Usman menawarkan memainkan alat-alat pada pengunjung. Beliau menaruh percaya pada pengunjung tak akan merusaknya. Tentu tetap didampingi.
Beberapa alat musik digantung di sebuah dinding. Ada pula alat musik yang diletakkan di bawah karena bobot dan ukurannya yang cukup besar. Salah satunya alat musik modern bernama selo. Bentuknya menyerupai gitar dengan ukuran lebih besar. Diletakkan berdiri tegak di lantai dan disandarkan pada sebuah meja.
Macam alat musik tersebut disumbangkan dari berbagai daerah. Masing-masingnya diberi identitas pada tubuh alat musik, semacam papan informasi mini. Dengan begitu pengunjung bisa mengetahui nama alat musik, daerah asal, bahkan nama pemilik sebelum diserahkan ke pihak pengelola museum.
Di luar ruangan khusus itu, beberapa rak memenuhi museum. Rak itu dipakai untuk menyimpan kaset-kaset keluaran lama dan piringan hitam. Selain itu juga ada lemari kaca transparan tempat menyimpan beberapa kenangan mahasiswa magang, dan koleksi pakaian hasil sumbangan.
Pak Usman membersihkan piringan hitam itu layaknya merawat anaknya sendiri. Lalu memutar alat musik klasik bernama gramofon. Terdengar suara vokalis band terkenal. Alunannya memenuhi penjuru museum. Seperti tak asing pikirku. Kuingat-ingat dengan keras. Tak ingat juga. Lalu ku ketik di google band rock legendaris asal Malang. Aaaa.. God Bless… Sudah ku duga. God Bless salah satu grup musik rock legendaris yang berasal dari Malang. Grup musik ini sudah melalang-buana di dunia musik tanah air sejak tahun 80-an. God Bless salah satu bukti, Malang, pernah menjadi barometer musik Indonesia.
Aku begitu menikmati piknik kali ini. Pengalaman menyetel piringan hitam pada gramofon sangat mengesankan bagiku. Memainkan alat musik meski tak ahli tetap terasa menyenangkan. Berbincang tentang musik dengan Pak Usman tak kalah seru. Kehangatan dan ramah tamah beliau melengkapi keutuhan saat mengunjungi museum itu. Sebuah pengalaman yang tak ragu untuk diulangi.
Jejak musik di Indonesia dan dunia dapat dilihat melalui koleksi lagu lama di meseum itu. Berwisata sejarah akan memancing kenangan masa lalu untuk kembali muncul.
Jika anda ingin mengunjungi Museum Musik Indonesia tapi masih bingung soal transportasinya? Antaraya Tour dan Travel solusinya.
Jasa rental dan tour guide ini berlokasi di Kota Malang, Jawa Timur. Kalau hendak menjelajahi wisata alam pun non-alam di Jawa Timur khususnya Malang Raya (Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Malang) silakan menggunakan jasa Antaraya. Menikmati wisata sejarah seperti Heritage Malang, Fun de Situs, dan Susur Kampung juga bisa ditemani Antaraya, lho.
Tenang kawan! Jasa ini tidak akan mengecewakan, kok. Antaraya mewarkan jasa profesional dan kapabel dalam hal ini. Kalau mau buktinya, selengkapnya bisa mengunjungi website Antaraya. Klik di sini.