Masyarakat Jawa yang dikenal dengan unggah-ungguh yang tinggiatau etika yang luhur bahkan terdapat ujar-ujar yang menyebutkanJawa sebagai gudangnya adab. Terlebih pada pesantren tradisionalyang sangat menekankan adab. Bahkan, kalangan Ulama, Habaibdunia pun merasa tersajung dengan adab para santri jawa.

Tidak hanya dari segi tingkah laku saja, melainkan suatu bangunanpun dibentuk dengan nilai-niali etika khas Jawa. Seperti halnya, pinturumah jawa kuno yang tidak terlalu tinggi yang menyimpan pesanuntuk membungkukkan badan ketika masuk rumah yang bermaknanorma kesopanan.

Etika menjadi salah satu cabang dari megahnya ilmu filsafat. Etika berdampingan dengan estetika yang sama halnya berada pada cabangaksiologi atau nilai. Etika yang berasal dari bahasa negerinya para dewa yakniYunani, ethikos yang memiliki beberapa arti antara lain, susila, keadaban, kelakuan, perbuatan yang baik (Bagus, 217).

Dengan memahami arti etika secara harfiah yang diadopsi daribahasa Yunani dapat disimpulkan dengan jelas bahwa etikamerupakan tingkah laku manusia. Etika bersifat inter-subjektif, artinya berdasarkan kesepakatan lokalitas.

Ilustrasinya, cara makan yang baik orang Indonesia ialah memakaitangan kanan, berbeda dengan orang Eropa yang memakai tangankiri. Karena pada dasarnya etika termasuk dari produk kebudayaanyang dikontruksi oleh masyarakat berdasarkan kesepakatan bersamabaik secara langsung maupun tidak langsung.

Mengenal Immanuel Kant

Seorang filsuf yang hidup menjomblo abad pada tahun 1724-1804Mbernama Immanuel Kant. Kant tidak memiliki pengalaman yang penuh dengan gejolak dan tantangan, seperti misalnya yang dialamiSocrates yang dihukum mati oleh pemerintah, Spinoza yang diburuoleh kaum agamawan (F. Budi Hardiman, 2019:128).

Kant memiliki kebiasaan unik yang diketahui masyarakat di sekitarnya, yakni setiap hari pada pukul 4 sore, Kant jalan-jalanmengenakan jas sambil membawa tongkat. Kehidupannya iahabiskan untuk belajar dan menulis.

Berbagai topik tidak luput dari pembahasan Kant, termasuk etika. Kecakapannya di bidang etika membuatnya diberikan penghormatandi batu nisannya yang bertuliskanLangit dan bintang di atasku, hukum moral di batinku”.

Menyoal etika Kant yang masih bersandar pada pemikiran pokonya, yaitu sintetis a priori yang ada pada taraf rasio murni. Sifat dari a priori ialah universal-deterministik atau dalam bahasa sederhananyaumum-pasti.

Semisal, mengapa kamu berbuat jujur? Sebab jujur itu baik. Baikpada dirinya sendiri (jujur). Sehingga tidak ada syarat dalam berbuatbaik.

Sintesis artinya predikat tidak terkandung dalam subjek, sehinggapredikat adalah informasi baru. Dasar dari etika kant ialah das Sollen(apa yang seharusnya dikehendaki). Uniknya Kant tidak bergantungpada ajaran agama atau ideologi tertentu, namun hanya pada kesadaran subjek rasio atau rasionalitas seseorang saja.

Ora ilok

Ora ilok dalam masyarakat Jawa merupakan istilah yang merujukpada a priori nya Kant yang menjadi tabu dan tidak boleh dilanggardengan dasar Das Sollen (apa yang seharusnya dikehendaki).

Namun dalam etika Kant tidak hanya a priori (primordial/dogma) melainkan harus kritis atau sintetis a priori yang artinyamengharuskan ada suatu informasi baru atas tindakan bukan dogma semata. Dengan kata lain, perlu penjelasan lebih lanjut atas suatukehendak das sollen (apa yang seharusnya dikehendaki).

Misalnya, ojo mangan karo ngadek, ora ilok! (jangan makan sambilberdiri, ora ilok!). Proposisi tersebut memang sudah mewakili a priori, namun perlu mencari rasionalisasi atau alasan logis ataskehendak tersebut supaya dapat memenuhi syarat kritis, yakniperlunya sintetis.

Misalnya, ketika makan dalam posisi berdiri selain menyalahi normakesopanan juga dapat mengakibatkan bahaya serius dalam kesehatan.

Masih terdapat contoh yang lain seperti, ora ilok! Ngetoki kuku wengi-wengi ( ora ilok! memotong kuku malam hari), ojo dolananberas, ora ilok (jangan mainan beras, ora ilok), dan lain-lain.

Sebenarnya ora ilok juga memiliki padanan secara maknawi yang bersifat dogma namun dapat ditarik penjelasan secara rasionalsintesisnya, semisal, ojo lungguh ning bantal ndak mengko wudunen(jangan duduk di bantal nanti bisa tumbuh bisul). Istilah mengkowudunen (nanti tumbuh bisul) maknanya linier dengan ora ilok yang sama-sama dogma.

Dengan begitu, etika Jawa sangat koheren dengan etika Kantian, seperti pula etika imam Ghazali yang sama halnya juga sejalandengan etika Kantian yang telah dikaji oleh para peneliti. Selayaknyakita sebagai kaum muda, kaum yang menjadi penerus dan penjagatradisi etika para leluhur untuk berbangga dan mengembangkannya. Dan yang paling penting, kita, masyarakat Indonesia, tak kalahdengan Barat yang juga memiliki konsep filosofis sendiri dalamberbagai hal. Wallahu a`lam.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here