“Selamat sore, silahkan masuk. Mau cari laptop dengan spesifikasi seperti apa kak? Laptop gaming atau yang biasa?”.
Sore kemarin, salah satu Sales Promotion Girl (SPG) itu menyapa saya dan istri di depan pintu toko laptop. Saya dan istri pun melangkah ke dalam ruangan. Di hadapan saya sudah berjejer laptop dengan berbagai merek, spesifikasi, dan harganya.
Sudah hampir dua belas tahun saya tidak pernah pergi ke toko laptop. Sehingga cukup canggung ketika pertama kali masuk ke dalam toko itu. Apalagi ketika ditanya spesifikasi dan sejenisnya, maka saya semakin gugup dalam menjawab meskipun sebelumnya sudah diberi bekal oleh seorang teman tentang jenis laptop yang akan saya beli.
Tanpa basa basi, istri saya pun menunjukkan sebuah foto laptop di gawainya ke SPG yang mendampingi kami. Setelah itu, kami diantar menuju display laptop yang kami maksud. Kami pun dijelaskan cukup panjang tentang kelebihan maupun kelemahan laptop yang akan kami beli, sambil sesekali SPG itu menawari laptop lain. Saya pun hanya mengangguk angguk saja karena sudah merasa tidak “nyambung” dengan apa yang disampaikan.
Sejujurnya, saya dan istri sebenarnya sudah tidak paham lagi tentang spesifikasi laptop keluaran baru. Kebetulan laptop kami berdua masih menggunakan windows xp, sedangkan yang dijelaskan oleh SPG itu sudah tentang windows 11. Saya hanya tahu tentang kapasitas hardisk tapi ternyata laptop baru tidak lagi memakai hardisk, melainkan Solid State Drive (SSD). Oleh sebab itu, SPG yang bertugas mendampingi kami pun harus mengeluarkan tawa untuk beberapa kali.
Saat berada di display laptop, yang pertama kali dilihat sebenarnya bukanlah informasi tentang spesifikasi laptopnya, akan tetapi label harga. Kebetulan uang yang kami siapkan jumlahnya juga sedikit. sehingga laptop yang dibeli nanti bukan karena tingkat kecanggihan, melainkan lebih disesuaikan dengan kondisi kantong.
Kebetulan kami tidak menggunakan laptop selain untuk mengetik di microsoft word dan powerpoint. Sesekali memang perlu untuk penggunaan aplikasi konferensi video seperti zoom, google meet, dan sejenisnya. Itu pun intensitasnya tidak terlalu sering. Sebenarnya kami tidak membutuhkan laptop dengan spesifikasi yang sangat canggih. Kebetulan saja kedua laptop yang ada di rumah sudah tidak bisa lagi digunakan, sehingga mau tidak mau harus membeli laptop yang baru.
Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya kami putuskan untuk membeli laptop sesuai dengan rencana awal. Kami pun diajak menuju sebuah meja untuk melakukan pengecekan kondisi barang sekaligus penginstalan software laptop.
Sambil menunggu selesai menginstal, saya manfaatkan untuk mengobrol seputar perkembangan komponen laptop terbaru saat ini. Dari obrolan itu membuat saya menjadi ciut. Saya baru sadar jika sudah tertinggal jauh dari perkembangan teknologi sistem komputer.
Saya masih ingat beberapa tahun silam sering diminta tolong tetangga maupun teman untuk membelikan laptop atau sekedar mendampingi saat membeli laptop. Tapi ilmu yang saya miliki pada saat itu tidak lagi berlaku untuk saat ini.
Perkembangan teknologi ternyata begitu cepat. Kita yang dulu dianggap paling paham tentang komponen sebuah laptop, saat ini bisa menjadi orang yang paling sempit pengetahuan tentang laptop. Mungkin ini juga akan berlaku bagi generasi saat ini yang sangat menguasai perkembangan teknologi, beberapa tahun kedepan bisa saja menjadi sempit pengetahuan tentang teknologi.
Tentu hal tersebut berlaku bagi orang yang tidak mau belajar sesuai perkembangan zaman. Sebaliknya, jika kita masih mau belajar dan selalu adaptif terhadap perkembangan, maka kita tidak akan tergerus oleh perubahan zaman itu. Setidaknya membeli laptop kemarin telah memberikan pelajaran berharga bagi saya, jika hidup itu harus selalu belajar dan adaptif.
*
Batu, 23 Maret 2023