Rabu (15/03/2023), berlokasi di Kedai Kalimetro, Kota Malang, Semilir.co menggelar kegiatan Launching dan Bincang Buku “Urip Iku Urup” yang ditulis oleh penulis Agus Andi Subroto. Acara ini juga turut mengundang beberapa akademisi dan sastrawan sebagai pembicaranya.
Di antaranya Prof. Mangku Purnomo, Dr. Siswidiyanto, Dr. Muhammad Muzakki, dan penyair Nanang Suryadi. Acara yang berlangsung pada pukul 19.00 WIB tersebut pun dihadiri oleh beberapa kalangan mahasiswa dan dosen-dosen.
Kurang dari satu dasawarsa, rentetan perjalanan Agus Andi Subroto dalam dunia kepenulisan terbilang sangat produktif. Ia menulis apa saja yang ditemukan, dari narasi-narasi yang remeh sampai dengan narasi yang mendasar. Dan dari sana menjadi kecanduan akan menulis. Buku “Urip Iku Urup” menjadi hasil dari rentetan perjalanan panjangnya tersebut.
“Saya yakin ketekunan itu membawa kita menjadi penulis,” ucapnya dengan percaya.
Bukunya, “Urip Iku Urup” diharapkan menjadi landscape atau gambaran besar dari dirinya, tentang ideologinya, dan tujuannya hidupnya. “Sebenarnya dari buku ‘Urip Iku Urup’ ini menjadi jelas apa yang ingin dituju oleh saya, Agus Andi Subroto ini,” lanjutnya.
Lebih jauh lagi, Prof. Mangku Purnomo menyebut buku “Urip Iku Urup” merupakan sebuah refleksi hidup yang menyimpan berbagai filosofi dan sekaligus sebuah layar pertunjukkan keontetikan diri dari seorang Andi Agus Subroto. “Pak Broto salah satunya memilih jalan itu. Ia tidak wagu dan aneh dalam segala profesi kehidupan. Tidak seperti orang-orang atau para akademisi pada umumnya. Maka ketika kali ia menjadi penulis pun, ia tetap otentik,” ucapnya.
Tak hanya memuji, Prof. Mangku Purnomo juga sedikit mengkritik pertalian antara kehidupan dan tulisan Andi Agus Subroto. “Sekuens ketiga. Pak Broto mencoba mengajak tindakan-tindakan bijaksanan dengan persuasif dalam bukunya, namun mandek, karena ia belum mengorganisir, baru hanya sampai tahap value,” tukasnya.
Ini pula dilanjutkan oleh Dr. Siswidiyanto ketika berbicara bahwa buku “Urip Iku Urup” yang ditulis oleh Aas, sapaan akrab dari Andi Agus Subroto, sebagai tulisan yang mengangkat fenomena-fenomena kecil. Ia juga menyarankan akan semakin membumi bila tulisan-tulisan di dalamnya dikaitkan dengan teori-teori yang ada.
“Karena Pak Aas sudah seorang akademisi, saya kira tulisannya ditingkatkan. Dalam memahami fenomena yang ringan-ringan bisa dikaitkan dengan teori-teori yang ada. Ini untuk menjelaskan teori-teori yang banyak sulit dipahami oleh masyarakat. Apalagi dengan kemampuan Pak Aas menuliskan fenomena dengan bahasa yang ringan, saya yakin teori-teori yang dikaitkan akan membumi dan mudah dicerna,” saran Dr. Siswidiyanto.
Sementara penyair Nanang Suryadi menyampaikan keuletan dari Pak Aas dalam mengamati peristiwa-peristiwa kecil. Ia juga mengatakan setiap tulisan-tulisan Pak Aas selalu memiliki hikmah dan makna secara tersirat. “Tulisannya mungkin samar, namun kalau kita cermat, kita akan menemukan hikmahnya,” ujar Nanang Suryadi.
Penyampaian Nanang Suryadi itu kemudian berlanjut ke sesi tanya jawab. Sebagian besar penanya datang dari kalangan dosen, dan juga mahasiswa. Kemudian acara diakhiri dengan tembang merdu geguritan dan macapat.