Siapa yang tak kenal Soekarno, presiden pertama Indonesia? Tentu jika mengaku sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia, pasti kita mengenalnya. Soekarno, lahir dan besar di Surabaya, bahkan Kota Surabaya merupakan tempat Soekarno menggembleng dirinya untuk mempelajari ilmu seputar perpolitikan hingga akhirnya ia memutuskan untuk benar-benar terjun ke dunia politik. Jadi, bisa dikatakan bahwa Surabaya menyimpan chemistry banyak tentang kenangan Soekarno.
Namun, pasti banyak yang bertanya-tanya, “Jika Soekarno tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan- Kalibata, setidaknya Soekarno dimakamkan di Surabaya kota kelahiran sekaligus kota yang amat penting bagi Soekano, lantas mengapa Presiden pertama Indonesia itu malah dimakamkan di Blitar?” Yap. Di kota kecil itulah tempat peristirahatan terakhir Soekarno.
Ternyata terdapat alasan penting, mengapa Soekarno dimakamkan di Blitar. Gagasan yang mendasari hal tersebut dikeluarkan oleh Soeharto.
Pada awalnya, Soeharto meminta izin kepada seluruh keluarga Soekarno dengan baik-baik perihal pemakaman Soekarno. Tentu, maksud Soeharto tersebut ditolak keras oleh keluarga Soekarno karena sudah sepatutnya Soekarno sebagai Proklamator Indonesia dimakamkan di TMP, Kalibata, Jakarta.
Gagasan Soeharto kala itu pun ramai dikritik masyarakat Indonesia, banyak masyarakat Indonesia yang mengatakan Soeharto memanfaatkan “pemakaman Soekarno” sebagai umpan politik. Namun, dengan wataknya yang keras Soeharto tidak menghiraukan pendapat keluarga Soekarno ataupun kritikan dan kecaman masyarakat kala itu.
Pendirian teguh Soeharto untuk memakamkan Soekarno di Blitar dikarenakan Soeharto menjadi saksi bahwa semasa hidup, Soekarno adalah anak yang sangat menghormati dan menyayangi sang Ibu, Ida Ayu Nyoman Rai.
Soekarno bahkan selalu meminta restu kepada ibunya saat Soekarno harus bertugas dengan jarak tempuh yang jauh. Hal ini menunjukkan Soekarno tidak lupa dengan jasa dan peran seorang ibu yang melahirkannya, bahkan saat ia sudah memiliki gelar besar sebagai seorang presiden.
Selain itu, jiwa yang rendah hati yang dimiliki Soekarno, tentu tidak mungkin lepas dari sosok ibu yang berdiri di balik kesuksesannya. Menurut Soeharto, tidaklah salah jika ia memutuskan demikian. Malah, jika ia terus-menerus mengikuti saran dan kemauan istri-istri/ keluarga Soekarno kala itu, persoalan ini tidak akan pernah selesai dan akan menimbulkan masalah baru tanpa ujung.
“Kalau saya turuti keinginan mereka, saya pikir tak akan ada penyelesaian”, kata Soeharto dalam bukunya Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya. Buku itu memuat alasan-alasan terkait keputusan Soeharto memakamkan Soekarno di Kota Blitar.
Walaupun kini banyak berita simpang-siur yang beredar di telinga masyarakat Blitar, bahwa makam Soekarno akan dipindahkan ke Surabaya, namun pada kenyataannya sejak saat itu hingga hari ini, makam Soekarno tetap berada di Kota Blitar, Jawa Timur, dengan kunjungan peziarah dan wisatawan domestik ataupun mancanegara yang selalu banyak setiap waktu.