Di beberapa tahun terakhir ini, banyak sekali pembaca milenial yang menyukai tulisan-tulisan berbau fiksi ilmiah. Tak hanya sekadar tulisan fiksi ilmiah saja, bahkan tulisan-tulisan itu pun semakin dikenal akibat media perfilman mengangkat tulisan menjadi film yang menarik.
Dengan adanya dua hal tersebut, secara otomatis baik pembaca maupun penikmat film langsung menaruh hati karena keunikan dari jalan ceritanya. Dilansir dari LifeHack (2018), fiksi ilmiah adalah sebuah kondisi ketika teknologi dan sains sudah menguasai dunia.
Fiksi ilmiah ada untuk berusaha meyakinkan pemahaman kita saat ini tentang bagaimana alam semesta bekerja dan membayangkan dunia, ide, dan teknologi yang belum kita lihat, tetapi pembaca bisa merasakannya. Jika boleh berpendapat, fiksi ilmiah sebenarnya dapat menjadi media penyegaran otak di kala stres.
Tulisan semacam itu dapat menjadi media penyegaran otak bagi pembaca karena keunikan pembawaaan dan gaya kepenulisanya. Kepenulisan fiksi ilmiah ini semakin tinggi ketika novel berjudul The Maze Runner muncul di masyarakat pembaca pecinta fiksi yang ditulis oleh James Dashner.
Namun, ketika The Maze Runner semakin disukai banyak pembaca, muncul lagi karya-karya lainnya. Lalu, sebenarnya apa sih yang ingin disampaikan penulis dalam karya sastra fiksi ilmiah?
Dalam wawancara James Dashner di The Hub (2016), Dashner menjelaskan bahwa kepenulisannya mengenai fiksi yang ilmiah ini melalui banyak sekali proses referensi. Sebelum Maze Runner diterbitkan, sebenarnya Dashner terinspirasi dengan penulis-penulis lama yang sangat terkenal seperti Stephen King dan penulis novel sihir ternama J. K. Rowling.
Dashner berkata bahwa inspirasinyalah yang membawa dirinya terjun ke dalam karya sastra ilmiah. Gabungan antara pembawaan gaya kepenulisan Stephen King yang distopia serta J. K. Rowling yang fantasi membantu membawa dirinya menyelesaikan Maze Runner.
Maze Runner sendiri menggambarkan latar masa depan, ketika ada seseorang yang dijadikan kelinci percobaan dalam sebuah teknologi super canggih. Dashner ingin menyampaikan bahwa tak bisa dipungkiri jika suatu saat nanti, di masa depan yang serba canggih, keadaan seperti itu bisa terjadi.
Di sisi lain, kepenulisan genre ini tak serta-merta menjabarkan sebuah kecanggihan teknologi, tetapi Dashner juga berkata bahwa ia ingin menyampaikan pesan moral mengenai persahabatan dan aksi penyelamatan yang dikemas secara ilmiah.
Tentu saja hal ini bisa terjadi karena setiap penulis ingin membawakan latar berbeda agar satu buku tersebut memiliki ciri khas dan ada pembeda dengan buku lainnya. Penulis rela menghabiskan waktu demi menemukan kata atau ungkapan yang tepat untuk menggambarkan suatu pilar modernitas di masa depan.
Contohnya ketika Dashner menjabarkan teknologi kehidupan alam bawah sadar dengan sedemikian rupa indah agar pembaca dapat memahami imaji yang dimiliki Dashner. Imaji atau citraan yang dimiliki penulis pun akhirnya dapat tersampaikan kepada pembaca meskipun imaji yang diterima pasti terdapat perbedaan (setiap orang memiliki kapasitas imajinya sendiri-sendiri).
Proses pembangunan imaji atau citraan ini sebenarnya sangat sulit. Penulis harus mampu membangun latar dan peristiwa dengan baik. Pada dasarnya, kondisi masa depan dan kecanggihan alat masih belum ada yang mengetahui.
Namun, kebanyakan penulis fiksi ilmiah memiliki gambaran. Penulis A menggambarkan masa depan dengan munculnya spesies hewan baru. Penulis B menggambarkan kehidupan masa depan pindah ke bulan atau mars. Penulis C menggambarkan kecanggihan teknologi dan sains. Penulis D menggambarkan alien hidup berdampingan dengan manusia.
Meskipun keempat penulis tersebut memiliki perbedaan perspektif, tetapi pembaca dapat menerima keempat tema tersebut sekaligus. Hal tersebut bisa diterima karena kelihaian masing-masing penulis terhadap penciptaan imaji bagi pembaca. Intinya, pemilihan gaya bahasa merupakan hal yang paling krusial dalam kepenulisan karya sastra genre ini.
Proses pembangunan imaji adalah hal tersulit dalam penulisan novel. Seperti yang sudah diketahui banyak orang, peranan imaji seseorang itu berbeda dengan yang lainnya. Bisa saja pembaca A kurang bisa memahami gambaran imaji penulis A.
Berbeda dengan pembaca B dan C yang sangat mampu mengamati imaji penulis A. Dari sini, penulis harus bisa menciptakan imaji yang bisa diterima banyak orang. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan banyak-banyak membaca referensi tentang fiksi ilmiah, menonton film tentang itu, serta pemilihan gaya bahasa dan majas yang mengimplementasikan segala bentuk fiksi dengan ciri ilmiah.
Fiksi ilmiah biasanya dilandasi dengan adanya kemajuan teknologi. Seperti yang dikatakan Dashner, tak bisa dipungkiri jika suatu saat nanti teknologi yang canggih akan berubah menjadi kejam di masa mendatang.
Penulis-penulis tampaknya ingin mengutarakan sisi lain dari sebuah kepenulisan sebagai persiapan dan gambaran bagi pembaca. Secara tak langsung, penulis-penulis genre ini akan menanamkan sebuah pemikiran terbuka bagi pembaca serta menambah wawasan pembaca terkait masa depan yang belum pasti.
Di sisi lain, ada kalanya fiksi jenis ini tidak selalu berbasis dengan kemajuan teknologi. Karya-karya lama Stephen King kebanyakan mengambil latar tahun 80-90-an yang notabene Stephen King hidup di masa itu.
Di sana, fiksi ilmiah digambarkan dengan kiamat, seperti karya sastranya yang berjudul Under The Dome. Novel itu sama sekali tidak menggambarkan kemajuan teknologi, tetapi nuansa fiksi ilmiah malah sangat terasa begitu kental.
Namun, dengan teknik penyampaian gagasan berupa persuasi fiksi inilah yang akhirnya dapat membantu terkenalnya karya-karya seperti ini. Bahkan, selain Maze Runner, karya-karya fiksi ilmiah lainnya ikut menyusul seperti Divergent, Star Wars, Jurassic Park.
Bahkan, karya-karya itupun juga membludak dan dikenal masyarakat pembaca. Dari sini kita menjadi tahu bahwa peran kepenulisan fiksi ilmiah dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca mengingat fiksi ilmiah sebagian besar menggambarkan masa depan yang serba ada.
Walaupun masa depan belum bisa dipastikan kebenarannya, penulis dapat meyakinkan pembaca dengan ungkapan persuasif yang mendalam dalam setiap kutipannya.