Dalam kehidupan kita sehari-hari, puisi sejauh ini sering digunakan sebagai media untuk menyampaikan emosi, kesedihan, rasa cinta, dan sebuah gagasan. Umumnya puisi, ditulis dengan kata-kata yang puitis, romantis, dan indah. Tapi terkadang puisi juga ditulis dengan kata-kata yang nyeleneh, dengan bahasa yang biasa kita temui sehari-hari di rumah, di perkumpulan, dan di wilayah sekitar kita. Oleh sebab itu, terkadang banyak masyarakat yang kebingungan dengan bentuk puisi itu seperti apa. Maka di sini Semilir berusaha untuk meluruskannya, dengan memberikan sekelumit informasi tentang perpuisian di Indonesia, salah satunya tentang jenis-jenis puisi itu sendiri.
Puisi, kata H.B Jassin merupakan satu karya sastra yang diolah dengan gaya tutur yang puitik, indah, dan menyentuh, yang di dalamnya memuat gagasan maupun penggambaran akan suatu peristiwa tertentu. Dalam khazanah Sastra Indonesia, puisi memiliki kedudukan yang terbilang penting dalam memelihara eksistensi bahasa. Meski penulisnya terbatas, karena alasan tak semua orang bisa membikin puisi, namun puisi masih kerap disentuh oleh masyarakat luas di Indonesia. Puisi mempunyai tempat yang disegani.
Dalam pengembaraannya, puisi telah banyak berevolusi, bertransformasi, bersinggungan dengan kreasi-kreasi baru. Kemunculan Angkatan 45 yang dipelopori H.B Jassin dengan Chairil Anwar sebagai patronnya, membentuk kebaharuan struktur dalam horizon sastra puisi di Indonesia. Puisi tak lagi terikat dengan aturan-aturan ortodoks, ia melintasi modernisasi dan menemukan bentuknya yang baru.
Hal tersebut juga yang menciptakan diferensiasi dalam puisi terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain; kemuculan jenis-jenis puisi. Nah, untuk lebih mengetahui apa saja jenis-jenis puisi, Semilir akan menjelaskan secara porsi yang cukup untuk kawan-kawan semua, dengan membagi puisi menjadi 2 bentuk, yakni bentuk puisi lama, dan bentuk puisi baru.
Puisi Lama
Sebutan ‘puisi lama’ mengacu pada karya-kaya sastra berbentuk sajak yang berkembang pada dekade 1930-an ke bawah. Dalam puisi lama ini, struktur bahasa masih terikat oleh aturan-aturan yang ketat, seperti keragaman rima. Begitu pula dengan tubuh sajak, yang mana jumlah bait dan larik musti mengikuti konvensi yang telah ada. Sebagai contohnya dalam satu bait harus memuat 4 larik. Adapun jenis-jenis puisi yang masuk ke dalam ‘puisi lama’ ini antara lain.
Pantun : adalah salah satu jenis puisi lama yang sajaknya berkarakter rima yang monoton, selalu berakhir dengan ‘a’ juga ‘b’.
Syair : sementara syair, tak jauh beda dengan pantun. Dalam syair, sajak selalu berakhir dengan rima ‘a’.
Talibun : hampir persis dengan pantun, hanya saja talibun memiliki larik atau baris yang lebih banyak. Talibun terdiri dari 6 baris yang di dalamnya berisi sampiran sekaligus isi.
Gurindam : adalah jenis puisi lama yang memadukan sajak dengan peribahasa, dan memiliki rima ‘a’. Umumnya gurindam menyampaikan satu gagasan tentang keimanan, sebuah nasihat tentang agama.
Seloka : sebuah puisi lama yang mirip dengan pantun, yang sajaknya saling sambung-menyambung satu sama lain. Zaman sekarang, seloka disebut dengan sebutan ‘pantun berantai’. Seloka merupakan salah satu puisi melayu yang berisikan pepatah.
Karmina : karmina merupakan jenis puisi lama yang lebih singkat dari pantun. Karmina sedikit lebih berbeda ketimbang jenis puisi lama lainnya, karena karmina tak memiliki jumlah baris yang sama. Namun di dalamnya, tetap mengandung rima yang monoton.
Puisi Baru
Puisi baru lahir dari keterkungkungan aturan-aturan yang berlaku dalam puisi lama. Kemunculan puisi baru juga menjadi tanda dari modernisasi sastra di Indonesia sendiri. Puisi baru tidak memberlakukan atau terikat oleh aturan-aturan puisi dengan begitu ketat. Sederhananya, puisi baru merupakan puisi yang bebas. Ia tidak terbelenggu oleh jumlah larik, bait, bahkan rima. Adapun jenis-jenis puisi yang masuk dalam puisi lama ini, sebagai berikut.
Balada : adalah puisi yang memuat cerita tentang orang-orang yang super sakti, atau yang memiliki kedudukan dalam masyarakat, semacam tokoh atau orang penting. Balada merupakan jenis puisi baru yang masih memiliki koneksi dengan puisi lama secara bentuk. Umumnya, balada terdiri dari 3 bait yang masing-masingnya berisikan 8 larik.
Ode : salah satu puisi baru yang bertujuan untuk menghormati seseorang atas jasa yang dilakukannya. Isi dari ode lebih kepada sanjungan dan pujian-pujian dengan tutur Bahasa yang formal.
Roman : merupakan puisi baru yang paling jamak diketahui oleh banyak orang. Roman menyuguhkan kata-kata puitis tentang cinta, cerita di dalamnya umumnya tentang kisah cinta romantic, atau bisa juga kerinduan yang mendalam.
Satir : merupakan puisi baru yang dewasa ini banyak ditulis dan dibaca. Puisi-puisi berjenis satir biasanya memuat sindiran, kritikan atau bahkan ejekan dengan kata-kata yang terkadang humoris terkadang juga dengan satu perumpamaan.
Elegi : puisi baru ini biasanya memuat tentang ratapan dan perenungan akan peristiwa kematian. Namun juga terkadang elegi menggambarkan tentang perasaan kehilangan yang terbilang hebat.
Himne : merupakan jenis puisi baru yang sebetulnya masih beririsan dengan ode. Sajak dalam himne memuat pemujaan, pujian, sanjungan terhadap tanah air, negara, pahlawan, sampai Tuhan.
Itulah jenis-jenis puisi di Indonesia khususnya yang terbagi ke dalam bentuk puisi lama dan puisi baru.