Menguji Setia
Mentari lekas bergegas
Tergesa ke peraduan
Lantaran rindukan rembulan
Demi bersua di langit yang sama
Namun ia hanya titipkan pelita
Tentu buat kekasihnya, untuk semesta
Sang dewi malam berdendang
Penuh riang dengan benderang
Ia rela restui kehendak sang surya
Terlebih saat purnama raya
Entah sampai kapan, bersedia
Menguji setia
Pengelana
Pengelana bersaksi, sudi meniti
Peralihan ketika penghujung musim
Silih berganti, dibelai cita didera duka
Sensasi ragam rona kehidupan
Ia menghunus pusaka keramatnya
Dengan merapal mantra sepanjang ufuk hari
Iringi mentari istirah dan tinggalkan
Semburat jejak lembayung di tepi senja
Ia menyesap senyap, menghalau galau
Acap enyahkan bising dunia yang kian genting
Tatkala waktu membeku, sisa usia meratap
Berharap hasrat meruwat dan merawat jiwa
Meski Sesaat
Siapakah sebenarnya dia?
Tetiba muncul ke tempat rebahku
Paras wajahnya keras, namun seolah memburu
Sesuatu yang hilang dirampas fana
Meski sesaat
Tahukah kau, dia adalah anak umbaran
Disusui waktu yang selalu terburu
Lalui siang-malam yang mencekam
Membuatnya beringas tapi tak mampu melawan
Meski sesaat
Dia alami kehampaan jiwa
Meranggas, dimangsa usia
Hadirnya semata kisahkan pilu nestapa
Bersahabat atau berseteru dengan deru prahara?
Meski sesaat
Tahukah kau bila dia manusia lepas
Rumah singgahnya beratap langit
Pengasuhnya tak lekang bersikeras
Mengajari terik-dingin menyengat
Meski sesaat?
Bumi Mina Tani, Akhir 2022