Laksana peluru kendali, dunia bergerak begitu cepat. Melesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat ditemukannya internet, informasi dan komunikasi menjadi lebih mudah. Bumi yang begitu luas serasa tak berjarak lagi. Bahkan apapun yang ingin kita cari, melalui internet segalanya memungkinkan untuk didapatkan. Ditambah lagi semenjak dikembangkannya IoT (internet of think), Big Data dan Cloud Computing yang memaksa dunia menuju ke arah industri 4.0 juga society 5.0. Bahkan kini mulai dikenalkan metaverse atau ruang virtual dalam melakukan aktivitas manusia.
Internet yang tadinya hanya digunakan untuk sarana informasi dan komunikasi, kini melebarkan perannya ke semua lini kehidupan mulai dari ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan bahkan agama. Hal tersebut tak ayal membuat manusia semakin tak bisa lepas dari jerat dunia maya.
Dunia pendidikan tidak dapat menolak kemajuan teknologi. Justru kita wajib memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut sebagai alat untuk melakukan kegiatan yang positif.
Metaverse akan menjadi dejavu ketika internet dulu juga mulai masuk dalam dunia pendidikan. Namun di alam realitas virtual, kita dapat mempertimbangkan alam semesta berbeda yang dibuat masing-masing oleh aplikasi, game, atau simulasi tertentu dan semuanya dapat disebut metaverse.
Salah satu hal keren tentang metaverse adalah ia memungkinkan orang untuk mengalami dunia virtual tanpa akhir, di mana mereka dapat melakukan hal-hal yang hanya mereka impikan menggunakan avatar.
Sebagai contoh, Anda dapat membuat tempat bersantai favorit Anda di alam, tetapi alam ini akan menjadi virtual. Anda akan dapat mengubah pemandangan seperti Anda mengubah wallpaper di laptop.
Metaverse suatu saat akan membuat guru tidak perlu membawa peserta didiknya ke museum di dunia nyata. Peserta didik tinggal diajak masuk ke metaverse yang di sana sudah tersedia museum virtual tiga dimensi. Sebagai contoh yang lain, dalam pelajaran geografi, guru dapat mengajak peserta didik melihat peristiwa gunung meletus, bahkan bisa juga sekaligus melakukan wawancara kepada ahli vulkanologi secara virtual.
Metaverse mungkin akan membuat seluruh aktivitas dalam dunia pendidikan nantinya dapat dilakukan dalam dunia virtual. Sekolah akan dibangun di dunia virtual, kelas-kelas akan terdapat di dunia virtual, pembelajaran dilakukan secara virtual, bahkan administrasi sekolah juga dapat dilakukan secara virtual. Metaverse membuat kita dapat melakukan apa pun tanpa harus bertemu secara langsung.
Salah satu dampak yang hilang dengan adanya metaverse yaitu kehangatan sosial, yang seharusnya bisa dirasakan ketika manusia melakukan interaksi dengan manusia lainnya secara langsung. Bagaimanapun juga, dunia virtual bukanlah dunia nyata. Dunia nyata sebenarnya adalah tempat kita hidup sekarang ini di bumi, bukan di metaverse.
Bisa jadi seorang guru nanti tidak akan pernah mengenal secara langsung peserta didik yang telah dia ajar selama berbulan-bulan. Bisa jadi pembelajaran hanya sekadar formalitas saja tanpa menjadikan manusia menjadi manusia yang sesungguhnya.
Jika hal ini terjadi, tentu menjadi sebuah disrupsi bagi dunia pendidikan masa kini. Sebuah angan-angan yang sangat menarik, sekaligus juga sangat mengerikan.
Perkembangan teknologi, termasuk metaverse, hakikatnya hanyalah sebuah cara, tidak bisa dijadikan esensi kehidupan. Dalam pandangan penulis, sekolah fisik dan semua kegiatan di dalamnya juga tidak akan digantikan oleh metaverse.
Metaverse hanya akan menjadi alat bagi dunia pendidikan untuk membuat pelayanan lebih baik lagi tanpa harus menghilangkan semua yang ada di dunia nyata. Bagaimanapun juga dunia pendidikan bertujuan memanusiakan manusia, bukan memvirtualkan manusia.