Sumber: Falcon Pictures

Siapa yang tidak tahu film asli garapan asal Korea Selatan ini? Pada masa tayangnya, film asli Miracle In Cell No. 7 telah berhasil menjadi film terlaris ke-7 sepanjang masa. Berbagai kategori penghargaan perfilman bergengsi Korea Selatan, yakni 49th Baeksang Arts Awards, diborong oleh film ini, mulai dari kategori Best Film, Best Screenplay, Best Actor, dan masih banyak lagi.

Prestasi yang dihasilkan film ini membawanya pada titik ketika negara-negara lain memutuskan untuk membuat film remake berjudul sama. Negara-negara itu salah satunya tanah air tercinta, Indonesia. 

Tanpa mengubah judulnya, film ini tetap memiliki konflik utama, yakni orang tua tunggal penderita keterbelakangan mental yang dituduh atas tindakan kejahatan yang tidak pernah dilakukannya. Akibatnya, ia harus terpisah dari putri semata wayangnya yang masih di bawah umur untuk tinggal seorang diri.

Dalam versi aslinya, sang tokoh utama memiliki nama umum di Korea Selatan seperti Lee Young-Gu, dan anaknya bernama Ye-Seung. Sementara untuk versi Indonesia, tentunya nama tokoh diubah menyesuaikan dengan budaya lokal, yakni Dodo Rozak yang diperankan Vino G. Bastian, dan Kartika yang diperankan oleh Graciella Abigail.

Sumber: Instagram @vinogbastian__

Sutradara film Miracle In Cell No. 7 versi Indonesia mengganti budaya dalam versi aslinya dengan budaya Indonesia yang terasa begitu melokal. Mulai dari pekerjaan Dodo yang merupakan seorang penjual balon, sampai hukum fiksi yang berlaku di Indonesia. Namun, seperti film aslinya, karakter Kartika memiliki pemeran versi dewasanya yang diperankan oleh Mawar de Jongh.

Sumber: Instagram @vinogbastian__

Rasanya sudah menjadi budaya untuk film remake dibandingkan dengan film aslinya. Mengingat hal tersebut, film remake garapan Hanung Bramantyo ini tentu benar-benar diperhitungkan dari berbagai aspek, seperti alur, nama tokoh, serta aktor-aktor yang membintanginya. Hal ini berdampak pada aktor-aktor yang terbukti sukses memerankan karakter yang dipercayakan kepada mereka.

Dengan nuansa melokal dan budaya yang begitu mencerminkan Indonesia, film ini sukses menggebrak bioskop Indonesia dan menuai pujian dari sang sutradara film orisinalnya. Dengan cara-cara tersendiri yang begitu melokal, film Miracle In Cell No. 7 versi Indonesia patut diapresiasi setinggi-tingginya.

Kreativitas sang sutradara yang menemukan cara untuk membawa film ini begitu melokal membuat warga Indonesia yang sudah menonton film aslinya tidak dibuat kecewa. Dan bukan sedikit lagi, orang-orang dibuat menitikkan air mata akan kisah ayah dan putrinya yang penuh kasih itu.

Sudah lebih dari sebulan film ini tayang di bioskop Indonesia, yang semakin membuktikan betapa antusiasnya para pecinta film untuk menyaksikan film remake ini. Lebih membanggakan lagi, film ini berhasil menjadi film ke-5 terlaris di Indonesia sepanjang masa. Sungguh luar biasa!

Performa Vino G. Bastian dalam memerankan tokoh dengan karakter keterbelakangan mental patut diacungi jempol. Begitu pula para aktor lain yang ikut mensukseskan film ini. Aktor cilik Garciella Abigail juga menuai berbagai pujian lantaran aktingnya yang begitu apik. Hal ini tentu menjadi batu loncatan baginya untuk meniti karier dalam dunia perfilman Indonesia.

Menjadi film sukses tentu karena film ini tidak menuai kritikan yang pedas. Hanya sedikit dari semua aspek di film ini yang bisa dikritik dan diberi saran. Seperti pada lagu yang diputar ketika Dodo dan Kartika sedang berada di balon udara. Lagu mellow bergenre pop rasanya lebih cocok dibandingkan salawat I’tiraf yang dipopulerkan oleh mendiang Jefri Al Buchori.

Garapan remake film orisinil yang sudah dibuat berbagai remake-nya ini begitu populer di mata dunia. Kesuksesan Hanung Bramantyo dalam memimpin proses pembuatannya akan selalu diingat karena telah mengukir prestasi dalam dunia perfilman yang begitu membanggakan. Ayo segera saksikan film ini untuk membuktikannya sendiri!

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here