Bagi sebagian orang bersedih, bersendu ria, atau galau itu lebay dan alay. Apalagi jika yang melakukan itu laki-laki, tentu bisa ditebak bagaimana respons teman, kolega, atau orang di sekeliling kita. Jelas mereka akan mencemooh dengan standar maskulinitas, dari kalimat ‘laki-laki kok galau,’ sampai candaan seksis ‘laki-laki kok menangis, galau, kau ini laki-laki atau perempuan.’

Perlu saya kasih tahu tuan dan puan, sedih, galau, atau sendu itu tak mengenal jenis kelamin hingga peran sosial. Sedih ya sedih saja, tidak ada urusan dengan pelabelan feminim atau maskulin, sebab sedih itu ialah hak semua orang.

Setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam mengeluarkan unek-unek di relung hati terdalamnya, baik nangis, membuat puisi galau, nyanyi pedih, itu adalah bentuk katarsis atau upaya pelepasan keluh kesah sebagai bagian dari penyaluran emosi untuk mereduksi dampak dari kepedihan.

Bersendu atau menggalau pun tak memiliki pakem, harus soal ini dan itu. Mau kalian bersendu karena putus cinta, ditolak, atau dalam posisi ketika kamu suka membuat batasan karena suatu hal, itu sah-sah saja. Akan tetapi, dengan catatan tidak menganggu orang lain seperti teror atau hal-hal yang sampai membuat tidak nyaman.

Mengeluarkan unek-unek itu ada banyak caranya, ada yang dengan bercerita, ada yang membuat puisi, meme, atau status aneh bahkan nyanyi. Bahkan, ada pula yang lebih memilih mengurung diri di kamar sampai menyepi di gunung hingga pantai. Semua itu merupakan respons alamiah diri ketika mencoba menerima suatu keadaan yang tidak diharapkan sebagai bagian dari penerimaan dan perbaikan diri.

Nah, di sini saya ingin berbagi salah satu cara untuk katarsis, yakni mendengarkan lagu. Cara ini mungkin sudah lazim ya, dan tentu cara ini sangat tidak susah kok. Cukup mengakses secara gratis di platform penyedia layanan, dibuat playlist, dan didengarkan secara santuy, bisa juga dibuat karaoke, terserah kalian bagaimana menikmatinya.

Oh ya, kalian juga dapat menentukan lagu pilihan sendiri, tapi di sini saya ingin berbagi kumpulan lagu yang oke untuk dijadikan teman sendumu, khususnya yang beririsan dengan asmara. Berikut Mix Tape Sedih yang bisa kalian dengarkan dan jadikan playlist:

Artic Monkey-“Only Ones Who Know”

Mungkin bagi sebagian orang membosankan, tapi lagu berjudul “Only Ones Who Know” ini memiliki makna yang mendalam terutama yang berkaitan dengan kenangan. Lagu yang masuk dalam album “Favourite Worst Nightmare” yang dirilis pada tahun 2007 ini memang tidak sementereng lagu lainnya seperti     “Fluorescent Adolescent” dan “Brianstorm”.

Akan tetapi, menurut saya sangat lirih, mendalam, dan melukiskan sebuah kenangan yang tak terlupakan atas suatu tempat, baik relasi yang terbangun maupun mungkin sebuah kehangatan. Kita akan dibawa pada ungkapan rindu yang tidak bisa diulangi lagi, menjadi kenangan membekas yang hanya dapat diingat. Semisal senyumannya, kehangatan sebuah percakapan dengannya, dinamika sebuah hubungan yang seumur hidup akan menjadi sejarah perjalanan spiritual romantis.

The Kooks-“Seaside”

Lagu ini adalah bagian dari album terhebatnya The Kooks yang berjudul “The Best of… So Far” yang dirilis pada tahun 2017. “Seaside” sendiri menjadi salah satu pendingin dalam album ini, dari lagu-lagu lain yang cenderung memiliki beat yang lumayan seperti “Naive” dan “Junk of the Heart (Happy)”. Secara makna, lagu ini mengisahkan tentang suatu tempat bisa dibilang ‘tepi laut’ yang sepertinya dilukiskan sebagai tempat seseorang jatuh cinta.

Dan, saat ini pun sepertinya masih cinta padanya. Lalu mencoba meromantisir masa lampau, seakan-akan ingin kembali dan mengalaminya lagi atau memulai kembali saat-saat di ‘tepi laut itu.’ Karena perpisahan itu selalu membawa kenangan yang menjadi kerinduan. Sehingga sesekali ada sebuah angan untuk mengulangi saat-saat berjumpa dan menghabiskan waktu bersama. Seperti sebuah penyesalan, berharap memutar waktu untuk kembali ke saat-saat tersebut dan memperbaiki semua.

Tame Impala-“Borderline”

Selanjutnya, saya rekomendasikan “Borderline” sebuah single yang dirilis 2019 lalu oleh Tame Impala¾ sebuah band asal Australia yang mengusung genre psychedelic. Lagu ini jika didengarkan merupakan perpaduan soft rock dan dance atau juga dapat dilihat sebagai perpaduan trek synth dan perkusi kalem tapi nendang. Diiringi irisan Nu-disco yang dikombinasikan dengan psychedelic rock 60-an dengan kompleksitas musik yang benar-benar melebur, santai tapi mengena.

Apalagi lirik dalam lagu ini mengeksplorasi nihilisme dan insecurity terkait diri dan realitas. “Borderline” merupakan sebuah keragu-raguan atas diri sendiri, mencoba mengkritisi diri sendiri, ketidakpercayaan kepada orang lain dan mengalami situasi kesepian yang dalam. Bahkan, lagu ini mengajak untuk mempertanyakan tentang diri sendiri atas realitas yang dialami, sebuah kondisi yang meragukan saat kita dapat merasakan ketika mencapai titik “terjebak antara rasa sakit dan kegembiraan”.

Pink Floyd-“Wish You Were Here”

Sebagai sebuah band lawas yang terkenal, Pink Floyd mengeluarkan lagu berjudul “Wish You Were Here” yang juga nama album studio kesembilan yang dirilis pada 12 September 1975. Lagu ini kalem dan santai, meski sentuhan rock beradu dengan semacam nada soft blues di melodinya.

Secara lirik, lagu ini sangat mendalam. Bukan harapan agar si dia ada di sampingmu sebagai pengharapan, melainkan sebuah ketidakmampuan menerima kenyataan, berkaitan dengan ketidakmampuan mental, upaya penolakan, bahkan untuk terlibat dengan kenyataan. Ya, menerima bahwa yang diharapkan tidak sesuai kenyataan, hal traumatis yang benar-benar tidak diinginkan. Seperti mengharapkan yang telah hilang kembali, meski itu mustahil.

The Strokes-“Why Are Sundays So Depressing?”

Lagu terakhir yang ingin saya rekomendasikan yakni “Why Are Sundays So Depressing?” karya The Strokes yang merupakan bagian dari album “New Abnormal” yang rilis pada 2020 lalu. Lagu ini tidak depresi-depresi amat sebenarnya. Kalau boleh saya maknai, liriknya seputar kehidupan sehari-hari, sebuah refleksi, bahkan lekat dengan kata cinta. Akan tetapi, jika didalami lagi lagu ini memiliki makna seseorang, mungkin cerita dari si pembuat lagu sendiri yang merasa sebagi pengangguran, bosan, sendirian, dan tidak berdaya.

Mungkin juga dapat diasosiasikan dengan situasi kehidupan kita, terutama saat pandemi akan mengena, bahkan jika dikaitkan dengan drama romantik yang kita alami juga sangat memiliki keterkaitan. The Strokes memang pandai dalam merangkai lirik dan musiknya yang lirih serta pedih tanpa kehilangan sentuhan rock-nya.

Jadi, itu lagu yang saya rekomedasikan untuk menemani kepedihanmu, sebenarnya masih banyak lagi sih. Tapi lima lagu itu yang mewakili perasaan penulis, mungkin juga kalian. Dengarkan, bernyanyilah, nikmati pedihmu. Jika perlu menangis, menangislah kalau itu membuatmu lebih baik, bodo amat dengan kata tetangga!!!

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here