Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara yang berdiri pada abad ke-13 hingga ke-16 Masehi. Majapahit tidak hanya menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan, tetapi juga menjadi cikal bakal lahirnya berbagai karya sastra yang berharga. Kitab-kitab yang dihasilkan pada masa ini menjadi saksi bisu peradaban Majapahit dan memiliki peran penting dalam mengenali identitas budaya bangsa Indonesia. Dalam esai ini, kita akan menggali literasi Kerajaan Majapahit dan pentingnya kitab-kitabnya dalam memahami sejarah Nusantara.
Literasi dalam Kerajaan Majapahit meliputi berbagai bentuk, seperti prasasti, hikayat, kakawin, dan naskah-naskah sastra lainnya. Prasasti-prasasti yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia menjadi bukti tertulis yang penting untuk memahami kehidupan sosial dan politik Kerajaan Majapahit. Selain itu, hikayat dan kakawin berfungsi sebagai media untuk menyebarkan nilai-nilai budaya, sejarah, serta agama Hindu-Buddha yang dipeluk oleh masyarakat pada masa itu.
“Nagarakretagama,” salah satu karya sastra yang sangat penting dari era Majapahit adalah “Nagarakretagama”, ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi. Karya ini berupa prasasti yang berisi pujian dan deskripsi mengenai kerajaan Majapahit dan wilayah kekuasaannya. Selain sebagai sumber informasi tentang struktur politik dan geografi kerajaan, “Nagarakretagama” juga memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari, ekonomi, dan budaya masyarakat pada masa itu.
Selain itu, literasi kerjaan Majapahit juga berupa Kakawin-kakawin. Kakawin adalah puisi sastra yang ditulis dalam bahasa Kawi. Beberapa kakawin yang dihasilkan pada masa Majapahit adalah “Arjuna Wiwaha” karya Mpu Kanwa, “Sutasoma” karya Mpu Tantular, dan “Bharatayuddha” karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Kakawin-kakawin ini mencerminkan nilai-nilai agama Hindu-Buddha, kepahlawanan, serta kebijaksanaan raja dalam mengatur kerajaan.
Dalam bidang sastra terdapat naskah “Pararaton” dan “Kidung Sunda”. Dua naskah sastra ini mencatat sejarah dan legenda mengenai Kerajaan Sunda yang berdekatan dengan Kerajaan Majapahit. “Pararaton” ditulis dalam bahasa Jawa Kuno oleh Mpu Serat, sementara “Kidung Sunda” berbahasa Sunda. Kedua kitab ini memberikan informasi tentang hubungan politik dan budaya antara kedua kerajaan ini.
Literasi Majapahit dan Kitab-kitabnya tersebut mempunyai peranan penting membentuk identitas Indonesia kini. Kitab-kitab sastra Majapahit menjadi khazanah penting dalam memahami identitas budaya Nusantara. Melalui sastra ini, kita bisa mengetahui bagaimana masyarakat pada masa itu memandang diri mereka sendiri dan memaknai keberadaan serta kebesaran kerajaan.
Lebih lanjut, literasi Majapahit, terutama “Nagarakretagama”, menjadi sumber penting bagi para sejarawan dalam merekonstruksi peristiwa dan keadaan pada masa lalu. Prasasti-prasasti dan naskah sastra ini memberikan gambaran tentang aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Majapahit.
Literasi kerajaan Majapahit kental nilai kemanusiaan. Kitab-kitab sastra Majapahit mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, etika, dan moral yang relevan hingga saat ini. Puisi-puisi kakawin mengandung pesan-pesan kebijaksanaan yang berharga untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, tak jarang nilai-nilai bangsa yang termuat dalam Pancasila acap disandingkan dengan nilai-nilai luhur kerajaan Majapahit.
Literasi Kerajaan Majapahit dan kitab-kitabnya adalah harta karun sejarah Nusantara yang tidak ternilai harganya. Melalui kitab-kitab sastra ini, kita dapat memahami masa lalu, memelihara identitas budaya, dan mengambil hikmah serta nilai-nilai yang berharga bagi kehidupan masa kini. Penting bagi kita untuk melestarikan dan mempelajari literasi ini agar warisan budaya dan sejarah Nusantara tetap hidup dan menginspirasi generasi-generasi mendatang.