Dalam bukunya yang best seller Think and Grow Rich, Napoleon Hill pernah bercerita tentang Henry Ford (pendiri Ford Motor Company). Henry Ford tipe orang yang berkeinginan kuat dan tak takut gagal. Suatu saat, Henry Ford memutuskan untuk membuat motor V-8 yang terkenal. Tetapi, dia justru memilih untuk membuat sebuah mesin dengan kedelapan silindernya pada satu blok dan bukan yang lain.
Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, ia memerintahkan insinyurnya untuk membuat rancangan mesin itu. Rancangan mesin itu kemudian dibuat di atas kertas. Tetapi, semua insinyur yang dipekerjakannya sependapat bahwa sangat mustahil untuk mencetak blok mesin delapan silinder dalam satu bentuk tunggal yang utuh.
Meskipun para insinyurnya mengatakan mustahil, Ford tetap ngotot pada pendiriannya; “Walaupun demikian, buat saja”.
“Tapi itu sungguh mustahil,”Insinyur itu memberi alasan.
“Teruskan saja,” Ford memerintah, “Dan terus kerjakan sampai kalian berhasil. Tidak peduli berapa banyak waktu yang diperlukan”.
Dengan berat hati para insinyur itu pun terus bekerja. Bagi mereka, tidak ada pilihan lain selain mengerjakannya. Ini jika ia masih ingin menjadi karyawan Ford. Enam bulan berlalu, tidak ada sesuatu yang terjadi. Insinyur itu bekerja, tetapi tanpa menghasilkan apa-apa. Enam bulan berikutnya juga telah berlalu. Jadi sudah satu tahun.
Apa yang terjadi? Tidak ada apa-apa. Para insinyur itu terus berusaha mencoba setiap rencana yang bisa dipikirkan untuk melaksanakan perintah Ford. Tapi semuanya kelihatan tidak mungkin. “Mustahil. Ini mustahil, “ gerutu para insinyurnya.
Pada akhir tahun itu juga, Ford memeriksa pekerjaan insinyurnya. Dia mendapat jawaban yang sama seperti setahun yang lalu. Para insinyur tersebut tidak bisa menemukan cara apapun untuk melakukan perintahnya.
“Teruskan saja” kata Ford bersikeras. “Saya menginginkannya dan saya akan mendapatkannya”.
Maka, tak ada pilihan para insinyur itu kecuali terus bekerja. Pada akhirnya, rahasia yang diidam-idamkan muncul juga. Ternyata para insinyur itu bisa membuat seperti apa yang dikehendaki Ford. Di sinilah kemauan Ford yang tinggi dengan diselingi tak takut gagal terbukti manjur. Ford yakin terhadap apa yang diinginkannya.
Cerita senada terjadi pada George Whelan. Whelan memimpikan sebuah jaringan toko-toko cerutu. Sesuatu yang tak dibayangkan orang pada umumnya. Ia bermimpi punya jaringan toko cerutu, lalu mengubah mimpinya itu menjadi tindakan. Dan sekarang United Cigar Stores menempati beberapa sudut terbaik di Amerika.
Guglielmo Marconi (penemu radio) memimpikan satu sistem untuk mengendalikan kekuatan esther yang tidak kelihatan. Ia kemudian bisa menemukan pesawat radio dan televisi. Bahkan teman-temannya pernah mengejek agar dia dikurung dan diperiksa di sebuah rumah sakit jiwa atas mimpinya itu. Teman-temanya tidak percaya dan menganggap Marconi gila ketika mengatakan bahwa dia telah menemukan prinsip yang bisa digunakan untuk mengirim berita melalui udara tanpa bantuan kabel.
Bagaimana dengan menulis? Tidak jauh berbeda. Yang dibutuhkan adalah pantang menyerah untuk memulai menulis. Bermimpi menjadi penulis boleh tetapi contohlah mimpi Ford, Whelan dan Marconi di atas. Jadi menjadi penulis itu tak boleh berhenti dengan hanya membayangkan, tetapi harus dilakukan. Maka mulailah.
Menulis perlu keyakinan kuat akan bisa dan tanpa takut gagal. Keinginan kuat saja tanpa dibarengi tak kenal takut akan kegagalan sia-sia dikerjakan. Tak terkecuali, punya hasrat tak takut gagal tetapi tidak punya keinginan kuat itu juga mustahil diwujudkan.
Saya pernah mencoba menyelami dan memaknai apa yang dinasihatkan Napoleon Hill tersebut. Ternyata, sungguh luar biasa. Nasihat itu, punya enerji yang mampu menggerakkan.
Saya hanya ingin membuktikan saja. Setelah tulisan saya dimuat di harian Jawa Pos bulan Mei 1991, saya ingin mencontoh Ford. Pokoknya saya punya kemauan keras dan tak takut gagal. Sedikit demi sedikit tulisan saya, saya kirim ke media. Apa yang terjadi? Banyak kegagalan yang saya dapatkan. Tetapi apakah saya menyerah begitu saja? Tidak.
Setelah tulisan saya dimuat di harian Jawa Pos itu saya menulis lagi. Eh, ditolak media sebanyak 20 kali secara berurutan. Baru kemudian dimuat di sebuah mingguan Simponi Jakarta (ini tulisan ke-21).
Selanjutnya bagaimana? Tulisan saya yang ke-42 baru dimuat. Kemudian, ditolak 10 kali, baru dimuat yang ke-53. Lalu ditolak 2 kali, dimuat tulisan ke 56. Kemudian ditolak 3 kali, dimuat 2 kali berurutan dan seterusnya. Data pengiriman dan pemuatan (tanggal, judul, media yang dituju harga perangko) ini saya arsip dalam dalam buku tulis.
Untung saya punya kesabaran plus semangat pantang menyerah waktu itu. Sebab, saya punya keyakinan pasti bisa. Sampai saat ini saya sudah membuat tulisan ribuan, tetapi yang dimuat tidak ada sepertiganya. Namun, saya tidak jera. Saya hanya mencontoh Henry Ford saja bahwa keyakinan kuat dan tak takut gagal adalah kunci mencapai kesuksesan, termasuk dalam menulis. Karena sebagaimana dikatakan Napoleon Hill, “Tidak seorang pun bisa dikalahkan sebelum kekalahan diterima sebagai kenyataan.”