imam khoironi

Pelabuhan Puisi

Mau berlabuh ke manakah engkau?

Setelah usai ditulis

Apakah ke kolom kecil

Pada sudut surat kabar

Bersanding dengan kapal pesiar

Yang mengangkut cerita kecil

Dari laut seberang

Dan sampan terbawa angin

Ke tepian dengan muatan ikan besar

Yang hampir membuatnya tenggelam

 

Mau kulabuhkan ke manakah engkau?

Apakah ke halaman tanpa ujung

Yang sempit

pada situs-situs

Tempat disebarnya warta

Ke seluruh dunia

Dengan perlahan

Bersamaan dengan tawar menawar

Serta ramainya jual beli yang samar

 

Bagaimana kau bisa datang

Berduyun-duyun

Tanpa diundang

Dan bagaimana kau bisa pulang

Bergiliran

Tanpa dibayar

Hingga di esok harinya

Kau terdampar di warung-warung

Sebagai kemasan estetis

 

– Lampung, Agustus 2022

 

(Bukan) Nasihat Untuk Penyair

Sudahlah, kau tak perlu banyak berharap pada puisimu

Puisi itu kosong tak ada arti

Orang-orang pun malas membacanya

Kau tak punya diksi

Untuk diperjual-beli

Mengapa kau menggebu-gebu

Mengirim email ke sana sini

Menunggu dimuat

Dan berakhir sekarat

 

– Bandar Lampung, Oktober 2022

 

Puisi Paling He’eh

Apakah jika, bahasa dicampur

Ia bisa dijajakan di pinggir jalan

Penyair-penyair memegang pena

Mengibarkan kertas

Yang kebingungan dengan warnanya sendiri 

 

Seperti pada puisi ini

Bagaimana ia bisa menyebut dirinya He’eh

Bila dia tak pernah jadi jowo

Kalau tak ngono

Yo ndak bisa ngene

Seperti itulah kisahnya

 

Semisal itu terjadi padaku

Aduh aku tak pensiun wae!

Memikirkan ia aku lapar

Sedang harga uang masih sabar

Naik sedikit, turun sebukit

 

Andai aku jadi kamu

Apakah kamu mau jadi aku?

Nek ora aku tak modar

Ben rampung sadayana

Puisi nu asup kadie 

 

Aduh, aduh, aduh

Pusing, mumet, lier aing

Menghadapi bahasa yang sok He’eh

Hidup tanpa uang

Berteman dengan bukan siapa siapa

Menulis puisi yang bubar kata-katanya

 

– Bandar Lampung, September 2022

 

Parabel Karyawan

Ada yang setiap pagi berdandan

Di depan cermin membetulkan dasi

Atau merapikan kerah baju

 

Ada yang tetap berangkat ke kantor 

– dengan menelatkan diri

sebab bulan lalu belum menerima sepenuh gaji

 

Ada yang bekerja pagi sampai petang

Di kantor namun tak tahu ia sedang dikerjai

Waktu atau masa depan

 

Ada kau, yang berhutang pada masa lalu

Dan sedang kau bayar dengan usiamu

Menuju masa depan, yang mengerjaimu

 

– Lampung, Juli 2019

 

Sajak Tukang Kibul

Si tukang kibul menulis sajak

Sajaknya penuh kata kibul

Si tukang kibul menulis kisah

Kisahnya penuh dengan kebul

Si tukang kibul menulis cerita

Ceritanya berakhir tumpul

 

Si tukang kibul mulai mengibuli

Ceritanya sendiri

Kisah penuh kibulnya

Ia kibulin

“Caranya gimana?” tanyaku padanya

Aku tidak tahu!

Aku bukan tukang kibul

 

– Lampung, Maret 2021

 

Tukang Kibul Masuk Penjara

Si tukang kibul masuk penjara

Di sana ia ketemu pengibul-pengibul lainnya

Oh gembira nian hatinya!

 

Mereka beradu kibul

Si tukang kibul bercerita

Tentang puisinya yang mengibuli satu desa

Tukang kibul lainnya ada yang mengibuli satu kota

Bahkan ada yang mengibuli satu negara

Mereka dibayar atas kibulannya

Oh senang sekali hidupnya!

 

Konon katanya

Ada satu hal yang tak bisa mereka kibuli

Selain Tuhan

Si tukang kibul penasaran

Lainnya bilang:

“pernahkah anda ngibulin waktu?”

Si tukang kibul tertawa

“andaikan kamu tahu, aku dipenjara gara-gara ngibulin waktu!”

 

– Lampung, 26 Maret 2021

Beli Alat Peraga Edukasi Disini
Previous articleAgamis dan Konsumtif Beda Tipis
Next articleKarya-karya Terbaik Bapak Pelopor Prosa Angkatan ‘45
Imam Khoironi. Lahir di desa Cintamulya 18 Februari 2000. Masih mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Raden Intan Lampung. Punya cita-cita jadi terkenal. Tidak terlalu suka seafood dan kucing. Penggemar mi ayam dan bakso garis keras ini suka nulis sejak SMA. Buku puisinya berjudul Denting Jam Dinding (ada di tokopedia). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai online seperti Simalaba.com (lainnya googling sendiri) dan media cetak seperti Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali, Bhirawa, dan lainnya. Puisinya masuk dalam buku Negeri Rantau; Dari Negeri Poci 10 dan banyak antologi puisi lainnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here