ibrahim naji

Apa yang ada di benak kita ketika mendengar kabar seorang lulusan dokter? Ah, sudah biasa dengan anggapan bahwa “Oh, pasti dia pintar!” Lalu apa yang ada di benak kita saat kita mendengar kata penyair atau sastrawan? Mungkin yang akan tergambarkan di benak kita adalah, “Oh, dia pasti gemar membaca dan menulis setiap perasaannya dengan bahasa indah!” Betul. Lantas ketika kedua keahlian tersebut ada pada satu orang? Sedikit banyak kita akan terkagum-kagum namun tak mengelak bahwa hal itu bisa terjadi. Salah satunya ialah Ibrahim Naji.

Naji, atau dalam ejaan dialek lokal Mesir menyebutnya Nagi, adalah seorang yang tumbuh terdidik yang lahir di salah satu distrik ibukota Kairo yaitu Hay Shobra pada 31 Desember 1898 dengan nama Ibrahim Naji bin Ahmad Naji bin Ibrahim Al-Qasabiji. Saat anak-anak kecil di daerahnya masih asik dengan bermain, Naji kecil sudah disekolahkan oleh ayahnya yang bernama Ahmad Naji di Madrasah Al-Kuttab yang saat itu merupakan jenjang sekolah sebelum sekolah dasar. Lalu ia melanjutkan sekolah menengah dan seusainya, ia melanjutkan kuliah kedokteran dan lulus tahun 1923. Naji seorang dokter yang pernah ditempatkan di berbagai kementrian yang berbeda sebagai bentuk pengabdiannya.

Lantas bagaimana Naji mendapat ilmu kesusastraan yang kemudian menjadikannya seorang penyair genre romansa yang terkenal? Selain ayahnya yang mengutamakan pendidikan, ia juga yang membuat Naji tertarik dengan dunia literasi sastra karena gemar membaca karya-karya sastra yang dikemas dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Sang ayah bahkan menyiapkan perpustakaan pribadi yang berisi buku-buku dalam dua bahasa tersebut. Apalagi Naji sering dibacakan oleh ayahnya Antologi berbahasa Arab dari beberapa sastrawan arab terkenal, seperti Syauqi, Khalil Muthran, dan Hafidz Ibrahim. Tak lupa juga karya-karya sastra berbahasa Inggris yang tak luput dari dongengan ayahnya. Maka tak heran jika Naji sudah pandai berbahasa Inggris bersamaan dengan ia menyelesaikan kuliah kedokterannya.

Ketertarikan Naji pada karya-karya sastra Arab menjadi lebih besar karena ia mengidolakan Khalil Muthran yang menggambarkan alur romansa dan mulai mengenal karya-karyanya lebih intens sejak dini. Khalil Muthran menjadi salah satu tokoh yang ia kagumi dan dalami karakter karya-karyanya yang kemudian mengikutinya. Dari situlah, karakter lembut dan ramah seorang Naji terbentuk.

Tak cukup dengan hanya menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris, Naji memperluas kemampuan bahasanya dengan mempelajari bahasa Perancis beserta sastranya. Dengan kemampuan multi-bahasa yang ia miliki, yaitu Arab, Inggris, dan Perancis, mengantarkannya pada kehidupan yang membuat namanya besar. Ia mulai mempelajari sastra barat dan hal-hal yang berkaitan dengannya, seperti sastra romantisme yang sesuai dengan apa yang liat dari karya-karya tokoh idolanya, yakni Khalil Muthran yang bertemakan romantisme, cinta dan kehidupan. Dan awal karya sastra yang ia tekuni adalah puisi.

Di masa awal perjalanannya dalam dunia puisi, ia menemukan sebuah komunitas bernama “Apollo” yang didirikan oleh Dr. Ahmed Zaki Abu Shadi yang menaungi para sastrawan dan pemuda. Ia ditunjuk oleh pendiri komunitas itu sendiri sebagai agen atau wakil. Dari sinilah Naji mulai menulis dan menerbitkan puisinya dalam bahasa Inggris.

Selain puisi, ia juga menulis beberapa penelitian yang ia lakukan terhadap beberapa penulis dan penyair Inggris seperti Lawrence karena kekagumannya terhadap penyair Perancis bernama Baudelaire. Karena hal itulah, Naji mulai menerbitkan karya Antologi pertamanya berjudul “وراء الغمام” yang dalam bahasa Inggris berarti “Behind The Clouds” pada tahun 1934 yang kemudian penelitiannya tentang puisi Arab modern banyak diterbitkan.

Naji juga sering memberikan kuliah atau majelis di mana ia menyampaikan pendapatnya tentang kecenderungan yang ada pada abad ke-20 ini. Selain karya pribadinya, ia juga menulis beberapa puisi yang berkolaborasi dengan penyair-penyair lain seperti Ismail Adham dalam koleksi “The Flowers of Evil”.

Selain menerbitkan karya-karya, Naji juga turut andil dalam beberapa teater di mana ia menjadi penerjemah naskah drama berbahasa asing ke dalam bahasa Inggris atau Arab, seperti drama Dostoevsky “Kejahatan dan Hukuman” dan menerjemahkan drama berbahasa Italia yang berjudul “Death on Vacation”.

Pada tahun 1944, ia menerbitkan buku keduanya, Malam Kairo. Selama itu, ia banyak menulis tentang psikologi dan menulis sebuah risalah atau buku berjudul “Bagaimana Memahami Orang”, dan juga sebuah buku berjudul “Pesan Kehidupan” yang di situ ia memasukkan sekelompok pemikirannya tentang sastra, psikologi, nalar, peradaban, kritik dan pemuda.

Ada fakta menarik tentang salah satu karya Naji. Sebagian dari kita tahu ada penyanyi legendaris Mesir yang namanya sudah terkenal seantero bangsa Arab bahkan dunia, yaitu Ummu Kultsum yang bahkan sampai dijuluki كوكب الشرق (kaukabu as-syarq) yang berarti bintang dari timur. Salah satu lagu legendarisnya juga yang mungkin sering terdengar di Indonesia saat ada hajatan di desa maupun dinyanyikan para penyanyi gambus adalah berjudul الأطلال (el-Athlal), sebagian liriknya dikarang oleh Ibrahim Naji.

Kutipan Ibrahim Naji:

Mengapa kita kembali? Bukankah kita jatuh cinta # Dan kita menghindari kisah lama dan rasa sakit

Kami puas dengan keheningan dan kedamaian, dan kami berakhir dengan kehampaan seperti kematian

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here