Lagu berjudul Curtain Call ditulis sekaligus dinyanyikan oleh Shimizu Shota dengan berkolaborasi bersama salah seorang teman dekatnya yang juga sesama musisi, yaitu Taka (ONE OK ROCK). Lagu ini dapat didengar dan dinikmati MV-nya di channel Youtube Shimizu Shota yang diunggah pada 14 Juli 2021 dan saat artikel ini dibuat telah mencapai lebih dari 24 juta views.
Melalui lagu ini, mereka hendak menyampaikan pesan bahwa tidak peduli seberapa keras kehidupan yang kita jalani, pasti akan ada harapan dan akan tetap ada hari indah di masa depan.
Dalam dunia ini ada banyak peran yang harus dijalani dan diambil oleh manusia untuk tetap menggerakkan roda kehidupan. Tidak peduli apapun peran itu, yang jelas selalu ada harapan pada mereka yang tetap berjuang.
Di samping itu, lagu ini rasanya juga cukup relevan dengan permasalahan anak muda saat ini, yaitu tentang masalah passion dan segala idealismenya. Juga untuk orang yang telah menyerah pada mimpinya karena mengkambinghitamkan realita, padahal memang diri ini sendiri yang menyerah untuk berjuang dan mengubur mimpi karena terhalang keadaan dan kebutuhan hidup.
Tak Ada Pertunjukkan yang Semua Pemainnya adalah Pemeran Utama
Di dunia ini ada banyak peran yang bisa kita lakukan, hanya saja peran mana yang hendak kita pilih? Dalam lagu Curtain Call, diceritakan bahwa dua karakter yang diperankan oleh Shota dan Taka, merasa bahwa mereka tidak ingin melakukan peran tersebut, yaitu sebagai perkerja kasar yang kerap kali pekerjaannya tak dihargai.
“Ku merasa seakan aku tak berada di tempatku yang seharusnya.”
“Merangkak di atas tanah// begitu mudah untuk dikejar// bahkan hari ini saya tak bisa menerimanya.”
Pada lirik awal dikatakan bahwa tidak ada pertunjukkan di mana semua orang dapat memainkan peran utamanya, tapi setiap peran telah ditentukan. Kadang kita merasa tak ingin melakukan peran itu, orang lainlah yang harus melakukannya. Namun, siapa yang menentukannya?
Ya, meski masing-masing dari kita memiliki potensi dan bakatnya sendiri, tak jarang semua itu melebur dan tak pernah tampak ke permukaan karena kita sendiri yang menyerah pada keadaan. Karena pada dasarnya kita tidak akan bisa menjadi pemeran utama dalam pertunjukkan orang lain.
Hal ini mengingatkan saya pada pembahasan dalam Youtube Pandji Pragiwaksono yang berjudul “Sabotase Diri” yang diunggah pada 15 Desember 2021 lalu. Dalam video tersebut, Pandji mengomentari sebuah komentar yang berpendapat, bahwa untuk bekerja sesuai dengan apa yang kita sukai (passion) susahnya minta ampun, bahkan hampir mustahil. Kerap kali kita dituntut keadaan untuk realistis daripada harus optimis dan idealis. Ya, lagi-lagi keadaan.
Pandji membahas dengan sangat apik, bahwa tak jarang yang menghalangi kesuksesan seseorang adalah dirinya sendiri. sebab pada dasarnya keputusan ada di tangan kita sendiri sebagai yang menjalani kehidupan, maka demikian pula kesuksesan, ditentukan oleh diri kita sendiri. bukan faktor X, bukan keberuntungan, bukan juga atas bantuan orang lain.
Maka dari itu, sangat tepat rasanya jika dikatakan bahwa, “Sukses itu hanya untuk mereka yang berani.” Karena bahagia itu bisa diperuangkan, harus melewati resiko, berat untuk dijalani karena harus mengambil keputusan-keputusan yang tak jarang beresiko besar. But, it’s worth it!
Demikian pula lagu Curtain Call ini, kita tak bisa jadi pemeran utama di pertunjukkan orang lain. sebab jika hanya seorang pemeran sampingan bahkan figuran, tak akan pernah bisa menciptakan kesan yang kuat, apalagi dihargai. Untuk itulah, kita harus buat pertunjukkan kita sendiri.
Setelah Melakukan Pertunjukkan, Kita menunggu Curtain Call
Menjadi seorang tokoh figuran dalam pertunjukkan kehidupan, barangkali adalah hal yang tak mengenakkan dan menyakitkan. Tak pernah bisa menunjukkan diri, mengikuti alur dan perintah naskah, bahkan tak dianggap oleh para penonton.
Merangkak di atas tanah
Begitu mudah untuk dikejar
Bahkan hari ini kau tak bisa menerimanya
Meski begitu, tokoh figuran tetap dibutuhkan dan orang-orang seperti kita yang bukan siapa-siapa yang kerap diminta memerankannya. Tentunya ada rasa enggan, tapi apa boleh dikata, keadaan memaksa.
Di sinilah lagu ini berbicara untuk tidak berhenti menyerah dalam membuat pertunjukkan milik kita sendiri. Tentu semua tak akan berjalan dengan mudah, pasti ada hari di mana kita merasa kebingungan, ada hari di mana kita terjatuh. Namun, jangan khawatir! Karena tetap saja suatu saat akan tiba saatnya hari yang bersinar datang.
Jika ada banyak hal
Sekalipun itu adalah kepalsuan
Sakit yang kita rasakan
Dan perasaan kita, itu nyata
Itu sebabnya suatu saat nanti
Kita pasti bisa membuat kesan yang kuat kita sendiri
Jika kita telah melakukan pertunjukan
Kita menunggu, panggilan tirai
Ya, dengan melakukan pertunjukkan milik kita sendiri, menjadi tokoh utama di dalamnya, kita pasti bisa membuat kesan kuat. Lalu setelah itu, kita tinggal menunggu Curtain Call, panggilan tirai yang hanya ditujukan pada mereka yang terus berjuang tanpa berhenti, tanpa lelah, dan terus berjalan.
Curtain Call, bagian di akhir pertunjukkan ketika para pemeran naik kembali ke panggung dan orang-orang yang telah menonton menggemakan tepuk tangan mereka untuk mengapresiasi dan menujukkan rasa senang mereka. Sebuah penghargaan dan pengakuan yang diberikan pada mereka yang telah melakukan pertunjukkan mereka sendiri.