Demi masa
Setiap peristiwa berjalan dan seterusnya.
Beberapa hal terbagi, beberapa hal telah dikerjakan.
Tentang harapan. Tentang segala kebahagiaan, dan kemalangan bergantian.
Demi masa
Atau perihal kehidupan dipenuhi oleh nasib.
Segalanya tiada arti, terlebih apa yang didapat?
Dari ibu, melesat anak panah sedemikian cepat.
Awalnya begini, lalu begitu, kemudian menjadi seperti itu.
Demi masa.
YK, 29 Oktober 2019
Prahara Kehidupan
Anak manusia. Lahir. Tumbuh. Besar dan di besarkan. Bercita-cita.
Anak manusia. Lahir. Tumbuh. Keras kepala. Egois. Serakah. Tak beradab.
Prahara kehidupan.
Tanah tak tersisa, semakin mahal harganya. Hutan tak rindang, pembabatan semakin liar. Sungai tak berair, sumber tercemar. Laut tak bertepi, biru tak terlihat penuh sampah. Angin tak berhembus. Panas menghanguskan, serta dingin, mencekam.
Anak manusia tumbuh menjadi kupu-kupu. Anak manusia besar menjadi musang. Serigala menyerupai manusia.
Kota ini panas.
Diamlah. Bila perlu tanpa isyarat.
10 Januari 2020
Secepat Kamu Hentikan dengan Ciuman
Kepada pertemuan. Malam penuh berkah
Meneguk anggur segelas penuh
Memeluk tubuh yang baru saja rapuh
Tentang hidup dan masa mendatang
Tentang ketidakpastian berlinang keyakinan bercampur hening dan juga kecemasan
“Kamu menyukainya?”
“Tentu saja”
“Apa tidak takut, kalau semua ini akan berakhir?”
“Tidak.”
Aku tertawa.
-Ha. Ha. Ha. Ha. Ha-
Secepat kilat, kamu hentikan dengan ciuman.
01 Sept 2020.
Bulan November, Dik.
Hujan lebih sering menyapa dibanding bayangan wajahmu
Desau angin lebih sering menghampiri, sedangkan peluk hangat darimu tak lagi ku rasa
Dikala hujan deras tak berkesudahan
Aku lebih memilih menerjang, Dik.
Seluruh tubuh basah
Bukan berarti aku merelakan tubuh ini bahas sebab mencintai hujan
Melainkan, aku tak ada alasan untuk berdiam diri menunggu ketidakpastian
Perihal, kapan hujan diberhentikan oleh Sang penurun hujan.
tidak apa, Dik.
Ini bulan sudah seharusnya bergelimang berkah hujan.
SM, 17 November 2021
Lorong Penghabisan
-Shella, yang tak lagi dalam pelukan
/1/
Kala itu, semua terjadi begitu saja.
Terlihat, raut wajah mu tak seperti biasa ringan bibir
Aku memahami. Musibah menimpamu masih basah
Dan aku mengerti.
Ku bawa kamu pada keramaian semu ini adalah usahaku
Setidaknya. dari langkah meningalkan rumah, kamu bisa menyapa apa-apa saja yang bisa membuat mu sedikit senang dari segala risau.
Walaupun.
Tak ada sepatah kata dari bibir manis mu terucap.
Hanya anggukan kepala, selebihnya senyap.
Dan aku mengerti. Sungguh.
/2/
Semuanya telah lepas dari pelukan.
Tentu saja, aku tak berharap lebih untuk kembali.
melakukan apa-apa saja yang pernah terjadi.
Biarkan. Aku menikmati lorong penghabisan malam ini.
Untuk menikmati kesunyian. Menari dalam gelap malam dengan mata terpejam
KJ,19 Mei 2021