Rambut beruban
Sumber foto: IDNTimes (Ilustrasi kehangatan sebuah keluarga)

Bagi saya ada dua kegiatan menyenangkan saat libur kerja. Kegiatan pertama yang menyenangkan tentu berkumpul dengan kedua anak saya, serta menyaksikan mereka ketika sedang bermain bersama. Sedangkan kegiatan kedua yang menyenangkan adalah tugas “dadakan” yang diberikan istri kepada saya. Bagi saya itu bagian hidup yang patut dinikmati.

Setiap minggu pasti ada tugas “dadakan” yang diberikan istri kepada saya. Mulai menambal garasi yang berlubang, membenahi mesin cuci, memasak nasi goreng, membenahi saluran air, memperbaiki mainan anak yang rusak, serta bermacam-macam kegiatan lain yang setiap minggunya berubah dan penuh dengan kejutan.

 

Rambut Beruban
Sumber foto: IDNTimes

 

 

Seperti biasa, hari minggu ini saya juga mendapat tugas dadakan dari istri. Kali ini tugas saya hanya tidur di pangkuannya. Jangan dibayangkan saya akan dimanja dengan membelai rambut di kepala saya dengan suasana romantis oleh istri. Sebaliknya saya malah sudah membayangkan menahan rasa sakit di kepala saya. Apalagi ketika melihat istri sudah siap dengan jepitan “pencabut” rambutnya. Sudah pasti saya harus bersiap-siap menyiapkan “jurus” menahan sakit dari cabutan “uban” untuk beberapa waktu ke depan.

Sambil mencabuti uban, istri saya melontarkan berbagai macam gerutu, mulai dari kenapa rambut banyak beruban, kebanyakan mikir yang tidak mungkin digapai, karena “sok” tua lah, dan banyak lagi gerutu yang disampaikan. Sambil menahan rasa sakit saat uban tercabut, dalam hati saya juga sebenarnya menggerutu, lhaa memang apa saya yang minta rambut beruban? Anak juga sudah dua jadi wajar kalau beruban, dan macem-macem, intinya menjawab gerutuan istri saya dalam hati.

Sumber foto: Lintas NTT

Saya sendiri sebenarnya juga bingung kenapa tiba-tiba di kepala saya sudah tumbuh banyak uban. Terkadang sempat berpikir, apa saya terlalu berpikir keras sehingga rambutnya tidak kuat menahan. Apalagi akhir-akhir ini otak saya memang dituntut untuk berpikir keras. Selain tuntutan pekerjaan yang semakin padat, otak ini harus berpikir keras untuk menghadapi kebutuhan hidup yang makin hari semakin mahal, berat.

Kebutuhan pokok yang terus naik dan ongkos kendaraan yang semakin bertambah akibat Bahan Bakar Minyak (BBM) yang naik, membuat kepala ini memang semakin pusing karena harus bisa mengatur antara tagihan bank, uang sekolah anak, kebutuhan pangan, dan kebutuhan-kebutuhan tak terduga lainnya. Kepala ini semakin pusing karena di tengah melonjaknya biaya hidup, tapi tidak dibarengi dengan kenaikan gaji. Hal ini tentu semakin mempercepat laju rambut saya yang berpindah warna menjadi putih.

Masalah rambut saya yang banyak beruban ini sebenarnya tidak terlalu membuat saya risau, selama tidak mengalami “kebotakan”. Berpikir keras mencukupi kebutuhan hidup yang semakin berat, selain membuat rambut berubah warna ternyata juga dapat membuat kepala mengalami “kebotakan”. Ini yang dialami oleh salah satu teman kerja saya. Dia senang sekali mem-bully (merundung) saya karena rambut banyak beruban, meski dia semakin hari kepalanya juga mengalami kebotakan.

BBM Naik
Sumber foto: Langit7.id

Rambut yang semakin banyak beruban atau kepala yang “botak”, mungkin salah satunya karena sama-sama mengasah otak untuk mencari cara memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tidak pasti ini. Tetapi hal tersebut sebenarnya juga tidak selamanya menjadi hal yang buruk. Botak atau beruban bisa jadi menjadi indikator yang menunjukkan bahwa otak kita digunakan secara baik.. hehehe.

Memang berbagai macam tantangan hidup itu bisa membuat warna rambut menjadi berubah. Akan tetapi, yang terpenting kita harus merefleksi diri ketika sudah banyak uban. Bagi saya itu adalah tanda bahwa kita sudah menjadi orang yang berumur. Selain tanda bagi saya, rambut beruban atau “botak” itu seharusnya juga sebagai “tanda” bagi pembuat kebijakan. Jika pembuat kebijakan seringkali menjumpai “bapak-bapak muda” yang sudah banyak beruban atau “botak”, maka seharusnya mengevaluasi dan merefleksi tentang kebijakan yang telah dibuat.

Dari sini saya jadi kepikiran untuk membuat survei tentang “relevansi” kebutuhan hidup yang semakin berat dengan rontoknya rambut atau banyaknya uban. Hehehehe…

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here