Film-film dokumenter sejak awal perkembangannya memang jarang memiliki penggemar yang berlimpah sebagaimana fiksi. Karena tak dapat menyalahkan, sebab sinema dokumenter berorientasi pada menguak kebenaran dengan fakta dan data komplit. Umumnya, ia dipakai sebagai acuan menilik fenomena bersejarah. Namun tak jarang, film dokumenter digunakan sebagai simbol perlawanan, dan penolakan atas berbagai penyimpangan, sebut saja The Cove, dan I’m Not Your Negro.
Istilah dokumenter untuk film pertama kali muncul pada tahun 1926, 3 tahun sesudah kemunculan film Jean Epstein yang mempengaruhi perkembangan film eksperimental. Istilah dokumenter mengacu pada film yang mengobser kenyataan tanpa ada sedikitpun unsur fiksi. Oleh karena itu, dokumenter tidak memiliki cerita sebagaimana fiksi, tetapi ia punya gambaran luas dan batasan pembahasan. Artinya masih memiliki struktur penceritaan.
Perkembangan film-film dokumenter bisa dibilang sangat santer, dan memunculkan sinema yang sangat baik. Banyak kenyataan ditangkap lewat film jenis ini. Bahkan film-film dokumenter memiliki kategori penghargaannya sendiri dalam banyak festival sampai Academy Awards. Di sini Semilir akan mencoba memberikan beberapa rekomendasi film-film dokumenter terbaik untuk kalian semua, yang tentunya asik dan bikin penasaran ketika menontonnya. Mau coba? Simak selengkapnya.
Listen to Me Marlon (2015)
Siapa yang tidak tahu The Godfather? Tentunya rata-rata dari masyarakat dunia tahu film legenda itu. Salah satu aktor yang bermain di dalamnya, yakni Marlon Brando, yang mendulang kesuksesan besar-besarannya pada masa-masa tersebut. Memang Marlon memang sudah dikenal dunia sebelum The Godfather, namun masa kejayaannya yang paling gemilang dan banyak disoroti dunia ialah pada masa kemunculan The Godfather. Listen to Me Marlon merupakan dokumenter yang membeberkan kisah kelam, pahit, Bahagia kehidupan Marlon Brando.
Dokumenter ini digarap oleh Steven Riley dan tayang pada tahun 2015. Melalui dokumenter Listen to Me Marlon, kita tidak lagi melihat keperkasaan Marlon Brando, tetapi kesukaran hidupnya yang ternyata menyimpan sejuta kesedihan di dalamnya. Tentang anaknya yang bunuh diri, perseteruannya dengan banyak pekerja film. Bahkan diceritakan, Marlon sampai menyewa seseorang hanya untuk mendengarkannya bicara, curhat, mengeluarkan segala kepahitan hidupnya. Dokumenter ini dipuji habis-habisan karena dapat memperlihatkan sisi lain dari seorang bintang papan atas.
Fahrenheit 9/11 (2004)
Dokumenter ini, Fahrenheit 9/11 disebut-sebut sebagai sinema dokumenter terbaik sepanjang masa, karena saking kontroversial dan konspirasi yang diangkatnya sangat gamblang. Dokumenter ini diangkat dari sebuah buku karangan Ray Bradburry berjudul Fahrenheit 451. Dokumenter Fahrenheit 9/11 dikerjakan langsung oleh Michael Moore.
Secara garis besar, film dokumenter ini mengusut serangkaian peristiwa di Amerika pada masa kepresidenan George W. Bush. Pasca kejadian 9/11, Amerika menghadapi sebuah dunia yang distopia, dan bisa dibilang begitu remuk. Dokumenter ini sempat menjadi geger ketika memenangkan Palme D’or dan penyebarannya karena keakuratan isinya.
I’m Not Your Negro (2016)
Selanjutnya ada dokumenter yang bisa bikin ngeri, prihatin, dan sedih. Adalah I’m Not Your Negro, dokumenter yang digarap oleh Raoul Peck, dan Samuel L. Jackson yang bertindak sebagai naratornya. Film dokumenter ini setidaknya menjadi dokumenter yang lebih spesifik menggambarkan rekam jejak rasisme di dunia, khususnya Amerika, ketimbang dokumenter sejenis lainnya.
I’m Not Your Negro mengeksplorasi peristiwa sejarah rasisme melalui sekeping ingatan sosok Baldwin. Dalam dokumenter ini kalian akan disuguhkan gerakan-gerakan dari orang-orang yang menolak rasial yakni Malcolm X, Medgar Evers, sampai Martin Luther King. Salah satu dokumenter yang sangat bermutu sekaligu menggugah. Wajib ditonton.
The Act of Killing (2012)
The Act of Killing atau dalam bahasa indonesianya Jagal, merupakan salah satu film dokumenter yang mungkin paling kuat dan katarsis dalam sejarah dokumenter. Film yang dikerjakan oleh Joshua Oppenheimer ini sempat mendapuk penghargaan di BAFTA sampai Berlinale.
Film dokumenter The Act of Killing secara terang-terangan membeberkan serangkaian proses eksekusi mati para PKI dan partisipannya yang sangat mengerikan. Tetapi di sisi lain, kehadiran dokumenter ini menuai beragam komentar dari banyak kalangan di Indonesia, bahkan sampai kecaman. Namun begitu, The Act of Killing tetap mendapatkan pujian dari pihak kritikus dunia karena kepiawaian tuturnya yang variatif dan berkarakter, seperti mencampurkan fiksi dan dokumenter secara bersamaan.
The Cove (2009)
Bagi pecinta lumba-lumba, kalau tidak punya keberanian, mungkin menonton The Cove bisa ditunda terlebih dahulu, sebab The Cove menunjukkan kebrutalan dan kejahatan manusia atas mamalia lucu tersebut. The Cove dianugerahkan dokumenter terbaik di Academy Awards tahun 2010. Dokumenter ini ditulis dan dikerjakan oleh Louie Psihoyos.
Kisahnya berpusat pada seorang mantan pelatih lumba-lumba yang beralih profesi menjadi seorang aktivis. Ia melakukan sebuah investigasi tentang perburuan, sampai eksploitasi lumba-lumba yang ada di Jepang. Ngeri, emosional, dan menyedihkan.
Oceans (2009)
Masih tentang laut dan tahun yang sama. Oceans, menyajikan sebuah keindahan bawah laut yang sudah barang pasti menghipnotis mata kalian ketika menontonnya. Oceans adalah film dokumenter alam Prancis yang dikerjakan oleh Jacques Perrin. Dokumenter ini dirilis di Prancis secara luas pada tahun 2010.
Film dokumenter alam ini memakan biaya yang terbilang cukup mahal, tidak seperti dokumenter-dokumenter pada lazimnya. Oceans akan membawa kamu menelusuri dunia laut, dan melihat berbagai makhluk laut dari yang imut-imut sampai yang sedikit seram.
Seaspiracy (2021)
Masih dengan laut, kini kalian akan melihat bukan hanya rentang luas dan keindahan laut, melaikan kemirisan dari laut itu sendiri. Seaspiracy masih menjadi sinema dokumenter yang segar untuk ditonton. Digarap oleh Ali Tabrizi dan dirilis pada tahun 2021.
Seaspiracy mengikuti perjalanan Ali Tabrizi melayari laut lalu memotret jelas lingkungan laut, dampak ekosistem laut, dan dampak eksploitasi pengangkapan ikan. Film ini terang-terangan berbicara tentang kejahatan manusia terhadap laut. Bahkan Seaspiracy ingin manusia tidak lagi memakan ikan karena kerusakan laut yang berasal dari tangan manusia sendiri. Manusia penghancur, katanya. Wajib ditonton.