Kelas filsafat pada hari Sabtu 23 November 2024 bertempat di Zoom setiap hari sabtu sukses diselenggarakan di mana tema pada kelas filsafat pada pertemuan terakhir membahas tentang Filsafat Akal Budi yang dimoderatori oleh R.H Authonul Muther dengan narasumber pemateri Martin Suryajaya. Pada hari Sabtu tanggal 9 November membahas tema tentang
Filsafat Akal Budi yang memiliki cabang filsafat yang mengkaji hakikat akal budi (mind) dalam relasinya dengan materi (matter).
Dalam filsafat akal budi ada aneka posisi yang merentang dalam dua kutub yaitu dualisme akal budi dan materi adalah dua realitas terpisah yang tidak dapat direduksikan satu sama lain dan Monisme Akal budi dapat direduksi ke materi, atau sebaliknya.
Peta posisi dalam filsafat akal budi memiliki peta dan posisi nya-posisinya masing dimana sama-sama memiliki keunggulannya masing-masing.
Idealistik dalam pandangan filsafat akal budi artinya dimana akal budi reduksi atau sebagai bersifat materialistik secara akal budi secara kesadaran memiliki gejala saraf salah satunya, hal ini menjadi dua kutub utara yang bisa dipecah dari segi akal budi dan materi.
Contoh nya : seperti cara pandang holistik yang biasa disebut physicalisme dimana kanan dan bawah segala sesuatu fenomena mental memiliki arti gejala sampingan fisik. seperti saat menghitung interaksi fisik maka secara otomatis seperti rumus yang memiliki kesadaran apapun perasaan yang manusia sedang dialami dapat distimulasi kalau lebih memahami materialitas basis.
Tapi juga bisa memiliki corak yang materialistik tapi dualistik hal ini juga disebut physicalisme non preduktuf. physicalisme non preduktuf yang diungkapkan oleh Martin Suryajaya secara umum segala sesuatu yang ada di dunia oleh realitas fisik.
“ Tetapi sebenarnya gak semua bisa tidak semua direvisi kesana” ujar Martin Suryajaya
Dalam hal ini ia menjelaskan dan menabahkan bahwa hand merjen properti tentang sesuatu yang muncul dari realistis mental yang bertolak belakang dengan realitas fisik.
Kerangka daulistik memiliki pandangan tersendiri yang bertentangan dengan aliran monasine hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kerangka Dualistik
Dalam kerangka ini tidak menganggap bahwa tidak semua bisa reduksi karena dalam kerangka dualistik akan lebih dominan akal budi dan kekuatan akal budi maka kerangka duliastik juga bisa disebut iedalisme reduktif. bahwa dalam idealisme reduktif segala macam kenyataan dunia adalah sebuah korelasi dari kesadaran dari kenyataan hidup yang tidak rumuskan dalam kesadaran.
Aliran Monasisme
Aliran ini memiliki fokus concert di dalam akal budi dimana bisa menggabungkan physical materi dimana hal ini memiliki istilah parkisnisme. parksinisme segala sesuatu alam semesta tentang sebuah manifestasi dari suatu gejala mental. kesadaran tidak hanya ditemukan oleh otak manusia tetapi fokus terhadap objek alam yang memiliki jiwa maka hal juga disebut istilah parksiksme.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa akal budi dan materi adalah dua entitas terpisah yang tidak dapat direduksi satu sama lain. Sebaliknya, monisme memandang akal budi dapat direduksi pada materi, atau sebaliknya. Martin Suryajaya memperkenalkan istilah physicalisme, yang melihat fenomena mental sebagai gejala fisik. Ia juga mengurai physicalisme non-reduktif, di mana meski realitas fisik mendasari segalanya, ada sifat mental yang tidak sepenuhnya dapat direduksi pada materi.
Di sisi lain, kerangka dualistik menunjukkan dominasi kesadaran sebagai inti realitas, yang sering kali disebut idealisme reduktif. Segala sesuatu di dunia dianggap berkorelasi dengan kesadaran. Monisme, khususnya melalui aliran pansikisme, menyuguhkan perspektif unik: alam semesta adalah manifestasi dari gejala mental, di mana kesadaran tidak hanya dimiliki manusia, tetapi juga objek alam yang dianggap memiliki jiwa.
Materi filsafat akal budi bukan hanya soal pemahaman teoretis, melainkan upaya untuk merangkul kompleksitas hubungan manusia dengan dunia. Perspektif yang ditawarkan mendorong pemikiran kritis terhadap batas-batas akal budi, materi, dan kesadaran dalam memahami realitas kehidupan.