SAAT REMBULAN LINGSIR
Perjalanan sepertiga malam menuju rembulan lingsir perlahan. Sajadah kubentangkan mengecup hening. Inginku segala amuk luruh.
Belum sempat bibir ini mengucap. Tangisku pecah, menyeret langkah. Pada wajahMu yang tak mampu kulihat.
Aku berharap tangisku serupa mercu. Melesat menunggangi burak bersayap ungu. Menggedor-gedor pintu surgaMu.
Kaliwungu, 2023
SISA DOAKU
Adakah sisa doa yang belum kulangitkan. Jumpa Tuhan di tengah ladang kebajikan. Menyulam esok, menyirami tetumbuhan gersang.
Agar dahan kering tunas perlahan. Serupa takzimnya kumbang mengecup kembang. Mengepakkan sayap-sayap, membelah hujan.
Tentu Engkau Yang Paling Tahu. Selebihnya hanya dugaku.
Kaliwungu, 2023
DAUN-DAUN LURUH
Apakah daun-daun akan tahu. Bahwa sebentar lagi perpisahan akan datang di ujung hari. Matahari tak selamanya hangat. Hanya menyisakan bekas-bekas terbakar. Bukan, bukan luka. Lebih pada sekadar kenangan tersimpan. Pada gurat-gurat kisi kehidupan. Wajah mulai mengelupaskan lelah. Juga air mata seolah lindap menguras segala sepi. Dahan pun tak pandai berucap. Karena yang terjadi pasti akan ditemui. Kecupan terakhir dari sebuah daun kepada ranting, tak tahu kapan bertemu kembali. Menjelma tunas-tunas semi, di saat matahari membuka jendela pagi.
Kaliwungu, 2023