Ratu Boko
Sumber foto: WisataOke

Bagaimana Ia membangun alam semesta ini? Sedang malam menjadi pagi seperti memberi warna pada kanvas. Lima paduraksa telah ku lewati, memberi salam pada seorang putri, Gua lanang dan wadon terpisah, dan kau berdiam di Kaputren, melihat kolam di atas barada. Mungkin kau tak mengenal darahku putri… karena darah peranakan ini sangat kompleks kata bapakku.

Bangunan yang berada di ketinggian ±195.97 m di atas permukaan laut ini memiliki keindahan panorama Kota Yogyakarta yang sinematik, terlihat Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang gunung Merapi dari kejauhan, ditambah kerlap-kerlip lampu jalanan saat senja. Pendirian Candi Ratu Boko diinisiasi oleh pemerintahan Rakai Panangkaran salah satu keturunan Wangsa Syailendra yang beragama Buddha, namun diambil alih Mataram Hindu yang menyebabkan peninggalan ini dipengaruhi oleh Hinduisme dan Buddhisme, jelas terlihat dari bentuk stupa Aksobya salah satu Pantheon Buddha, Lingga dan Yoni, Arca Ganesha dari unsur Hindu.

Selangkah menuju pertanian spiritual terdapat sebagian besar bangunan istana, Candi Ratu Boko yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian), merupakan reruntuhan sebuah kerajaan yang karena itu disebut Keraton Boko juga menjadi kediaman Ratu Boko. Kompleks Ratu Boko seluas 250.000 m2 ini terdiri dari Gerbang, Candi Batukapur, Candi Pembakaran, Paseban, Pendapa, Kaputren, dan Gua.

Mengelilingi istana Ratu Boko dengan rasa hormat pada leluhur, melewati lima Paduraksa tiga depan dan dua belakang menjadi gerbang utama istana. Setelah 45 meter berjalan terlihat Candi Batukapur tidak ada atapnya karena rapuh sehingga yang tersisa hanya reruntuhan. Tak jauh dari situ terlihat Candi Pembakaran berbentuk bujur sangkar dan memiliki dua teras, seperti namanya candi ini difungsikan untuk pembakaran mayat, di ujungnya terdapat sumur yang hingga saat ini diyakini sebagai air suci untuk upacara keagamaan oleh umat Hindu, air suci tersebut bernama Amerta Mantana yang artinya air yang diberi mantra.

Melanjutkan perjalanan Kerajaan ke arah timur, istana yang dibangun pada abad ke-8 ini memiliki dua gua yang berbentuk sedimen, Gua bagian atas disebut Gua Lanang dan yang bawah Gua Wadon, nah tepat depan Gua anda akan diperlihatkan oleh luasnya kolam yang dulunya berfungsi untuk menyokong kebutuhan air masyarakat. Arah selatan dari gapura terdapat paseban dalam bahasa jawa yang berarti tempat menghadap raja (seba=menghadap), lalu didekatnya terdapat Pendapa dan timurnya terdapat Kaputren, yaitu tempat tinggal para putri.

Setelah mengelilingi luas wilayah kediaman Ratu Boko, konon istana ini juga menjadi kubu pertahanan Balaputradewa yang juga anggota Wangsa Syailendra, karena diserang oleh Rakai Pikatan suami Pramodawardhani (saudara Balaputradewa) sebagai pewaris Dinasti Syailendra. Balaputradewa adalah anak Raja Samaratungga yang berkuasa di Mataram Kuno. Versi ini meyakini bahwa kekalahan Balaputradewa membawanya untuk menyebrang ke pulau sebelah dan menjadi raja Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatera, versi lain mengatakan Balaputradewa tersingkir bukan karena kekalahannya, melainkan merasa tidak berhak sebagai pewaris Samaratungga di tanah Jawa.

Untuk menikmati pemandangan kejayaan istana Ratu Boko, Anda perlu melakukan perjalanan dari Kota Jogja ke arah Solo sampai tiba pertigaan pasar Prambanan belok kanan sekitar 3 kilometer. Harga tiket masuk cukup terjangkau mulai dari 40.000, jika anda mengambil tiket terusan dari Candi Prambanan maka akan lebih murah, dengan menggunakan tiket terusan ini anda akan difasilitasi Shuttle Bus yang mengantar anda ke Candi Ratu Boko.

Keraton Ratu Boko salah satu peninggalan yang bisa dipelajari sejarahnya, selain itu keindahan yang memukau dapat menjadikan perjalanan anda lebih terbayar.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here