Menjelang hari pelaksanaan Festival Sastra Kota Malang, serangkaian acara dilaksanakan oleh pihak panitia secara bertahap. Agenda Pra Festival dibuka dengan kelas pelatihan menulis esai yang dipandu oleh Wawan Eko Yulianto S.S., M.A., Ph.D., (penulis sekaligus dosen Creative Writing Universitas Ma Chung) pada Agustus lalu di Kafe Pustaka Universitas Negeri Malang (UM).
“Agenda ini akan terus berlangsung hingga puncak festival pada tanggal 22 Oktober mendatang. Untuk hari ini, kita menggelar diskusi buku “Tanbihat Sebuah Perjalanan”, karya Yohan Fikri, seorang penyair muda Kota Malang,” ungkap M. Dandy selaku Ketua Pelaksan Festival Sastra Kota Malang, Jum’at (06/10/2023).
Diskusi bertema “Tanbihat Sebuah Perjalanan: Bentang Penjelajahan dalam Puisi” tersebut diselenggarakan di Flava Cafe, Jl. Simpang Gajayana RT 05/RW 01, Merjosari, Lowokwaru Kota Malang. Acara dipantik oleh Dewi R. Maulidah, penyair alumni Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang sebagai Narasumber pertama dan Yohan Fikri (penulis) sebagai Narasumber kedua. Acara mengalir dan tampak hidup lewat arahan moderator Michael Djayadi, penyair muda asal Kota Batu dan penulis buku puisi “Sebelum Burung-burung Melawan Gravitasi”.
Dewi memaparkan, puisi-puisi yang terkumpul dalam antologi tunggal karya Yohan Fikri tersebut memuat tiga sub bab: 1). Keberangkatan, 2). Perjalanan, dan 3). Kepulangan. “Ketiganya seperti lingkaran benang yang saling mengikat, sebuah gambaran lika-liku kehidupan yang utuh, sangat puitis dan menyentuh,” tandasnya.
Lebih lanjut Dewi, penyair perempuan asal Gresik yang pernah mengikuti Residensi Penulis Indonesia oleh Komite Buku Nasional pada 2009 ini mengatakan bahwa Yohan Fikri mencoba mengambil jalan puisi prosais, di samping juga liris. Sebuah penjelajahan bentuk yang pernah dilakukan oleh penyair pendahulunya, Goenawan Mohamad (GM).
Senada dengan Dewi, Yohan Fikri mengafirmasi bahwa dirinya banyak mendapat ‘ilham puitik’ ketika ia membaca dan mengupas puisi-puisi GM. “Walaupun demikian, saya tidak mungkin melampaui GM, meski mas Royyan (Royyan Julian) mencoba membandingkan penggalan puisi saya dengan larik puisi GM pada testimoni yang tertera di sampul belakang buku,” ucapnya.
Yohan menambahkan, selain GM, ia juga dipengaruhi oleh beberapa penyair selama menekuni proses kreatifnya, di antaranya Acep Zamzam Noor dan Royyan Julian. Untuk Acep, salah satu buku puisi yang disukainya adalah “Di Atas Umbria”. Sementara untuk Royyan, hampir semua buku puisinya ia baca, di antara yang paling ia sukai adalah “Biografi Tubuh Nabi” dan “Korpus Ovarium”.
Untuk diketahui, Yohan Fikri adalah pemuda kelahiran Ponorogo, November 1998. Lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Ia pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Al-Mahrusiyah Lirboyo, Kediri. Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Negeri Malang itu saat ini sedang menempuh studi S2 di almamater yang sama. Karir kepenyairannya cukup muncer, ia telah menulis beberapa karya dan menyabet beberapa penghargaan, antara lain: Yang Tersisa dari Surabaya (2020), Perjamuan Perempuan Tanah Garam (2020), Antologi Puisi Banjarbaru Rainy Day Literary Festival 2020 (2020), Juara 1 Lomba Cipta Puisi Nasional 2020 Jagat Kreasi Mahasiswa, Universitas Negeri Malang, Juara 1 Lomba Menulis Puisi Majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang, dan Juara 2 Lomba Cipta Puisi Asia Tenggara, Pekan Bahasa dan Sastra 2020, Universitas Sebelas Maret.
Secara terpisah, Denny Mizhar, koordinator Komunitas Pelangi Sastra Malang menegaskan, pihaknya akan melibatkan beberapa penulis dan sastrawan baik di tingkat lokal maupun nasional pada perhelatan Festival Sastra Kota Malang yang akan diselenggarakan pada tanggal 19-22 Oktober 2023 di Pan Java Mulyo Agung, Dau, Malang. “Acara ini dilaksanakan atas kerjasama dan bantuan pemerintah melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek. Kami juga menyediakan bazar buku-buku berkualitas dari berbagai penerbit,” pungkasnya.