
“Sunyi itulah Pramoedya Ananta Toer, beriak di tanah air yang gersang.”
Dua belas tahun lalu saya berjumpa Pram pada buku-bukunya yang terpajang di Pasar Buku Wilis. Hampir semua kios menjual karya-karya Pram, mulai dari Tetralogi Pulau Buru hingga Jalan Raya Pos Jalan Daendels. Tahun 2012 itulah saya mulai membeli buku-buku Pram.
Beberapa buku Pram yang saya koleksi kala itu di antaranya Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca, Gadis Pantai, Jalan Raya Pos, Panggil Aku Kartini Saja, Calon Arang, dan Arus Balik. Koleksi itu baru saya sadari kalau ternyata adalah buku bajakan, ya memang dijual dengan harga murah, sekitar Rp 15.000- 25.000,-. Dari situlah saya tahu dan memiliki pengalaman membedakan buku bajakan dan original.
Andai saja kala itu saya tahu bahwa yang saya beli adalah buku bajakan, akan lebih baik saya membeli buku satu buah saja yang original, dari pada beli buku banyak yang tidak asli. Uang yang dikeluarkan pun sama, hanya buku yang didapatkan saja jumlahnya berbeda. Pengalaman itu tidak pernah saya lupakan, dari sanalah saya pertama berjumpa Pram dalam kondisi lusuh, buruk, dan ompong—bagaimana tidak, buku bajakannya dicetak pada kertas buram, tinta yang tak tajam, dan terdapat halaman yang hilang.