Taman Kebudayaan Jawa Timur (TKBJ) dibangun dengan tujuan sebagai pusat kreativitas seni dan budaya. Sampai saat ini, secara rutin digelar pagelaran ludruk dan aktivitas seni-budaya lainnya secara gratis. Namun, masyarakat Kota Malang sendiri kurang mengapresiasi pagelaran seni budaya yang ditampilkan. Terbukti selalu sepinya pengunjung yang menonton.
Sedikit ‘kesalahan’ keberadaan TKBJ selama ini adalah kurangnya penampilan seni-budaya asli Malang, mengingat lokasinya berada di Malang, tepatnya di Jalan Soeakrno-Hatta. Letaknya yang berada di Malang memang tidak menjamin partisipasi dari warga Kota Malang (atau Malang Raya) dalam melangsungkan aktivitas seni-budaya di TKBJ.
Sepinya TKBJ tidak terlepas dari apresiasi masyarakat terutama yang muda kurang menghargai seni budaya tradisional. Dapat dikatakan ‘tidak salah’ juga karena TKBJ adalah pusat kreativitas seni budaya Jawa Timur, artinya yang ditampilkan adalah seni budaya yang ada di Jawa Timur. Malahan Malang harus bersyukur karena Malang dipilih sebagai lokasi pusat kreativitas seni budaya Jawa Timur.
Permasalahannya, TKBJ selama ini kurang berfungsi dengan baik. Acara yang ditampilkan kurang mampu menarik minat masyarakat. Selain tetap menghidupkan tradisi, perlu dipikirkan langkah lainnya. Misalnya, menampilkan pertunjukan dengan menggabungkan tradisi lama dan baru (modern).
Pertunjukan ‘Dawai Nusantara‘ yang digagas Redy Eko Prastyo dan ‘Mask Festival International’ adalah dua contoh yang berhasil dihelat di TKBJ dan sukses menyedot animo masyarakat Kota Malang, bahkan dari luar negeri (Internasional).
Keberadaan TKBJ perlu dipertahankan. Sampai saat ini, TKBJ merupakan satu-satunya tempat yang layak bagi kegiatan seni budaya di Kota Malang.
Jika mau serius ‘digarap’, TKBJ merupakan objek yang potensial. Para pelaku pariwisata selama ini kebingungan jika akan membawa tamu wisatawan yang ingin melihat pertunjukan seni budaya di Kota Malang. Tidak inginkah seperti Bali yang dengan mudah menemukan tempat-tempat pertunjukan seni budaya? Ruang-ruang pertunjukan seni budaya itu kemudian akan menghidupkan ekosistem kebudayaan; ekonomi tumbuh, seni-budaya teraktivasi, dan para pelaku budaya dan warga kota pun akan bahagia.
Sebagai biaya operasional, saya kira TKBJ sudah menemukan solusinya. Di lahan kosong sisi selatan sudah disewakan (dikerjasamakan?) sebagai cafe dan bioskop.
Salam Budaya!