Mata Air (Mata)
- Memo untuk penguasa yang resah
di tubir nurani
Mata air kehidupan tak lagi bening
Terpapar polusi tak bergeming
Keruh menguning, lalu mengering
Sejak saat itu air mata berderai
Seiring dengan mereka yang abai
Menjual kepercayaan, diganti sangsi
Bahkan mati rasa, di sini
Mereka bersaksi, nun jauh di sana
Parade kaum lapar sedang gontai berjalan
Seraya meratap, berjejalan
Tanpa sorot viral media, terlihat jelas
Sampai saat air mata terkuras
Dirundung malang, tiada putus
Beralih mengucur darah
Masihkah kau keras kepala, nekat
Hingga menanti berganti nanah, sekarat?
Untuk kau reguk selepas merasa penat,
Keparat…
Rendezvous
Tatkala kukunjungi waktu
duka nestapaku berziarah
selami samudera memori
Kuterawang remang malam
kudengar sebuah percakapan
bisikan sayup bunga kamboja
sebelum layu, pertanda turut berkabung
Aku pun menghikmati monolog sunyi:
”Wahai kekasih kamboja, masuklah ke gerbang baka
Nantikanlah waktu penyambutan”
Terlelap
Ada yang lain di hari ini, di sini
Aku tak menjumpaimu datang
Ladang tak lagi basah, kerontang
Semak pun gundah, tak mau bergoyang
Aku hanya memandangmu di sana
Seolah tiada beban yang kau risaukan
Dan aku pun larut bersamamu
Bercengkerama dengan senyummu
Sembari aku…
Nikmati indahnya sekejap momen ini
Cumbui setiap saat yang kita punyai
Rindui setiap tetes embun sejati
Yang kau lelapkan di hatiku