M. Chazienul Ulum

Mata Air (Mata)

  • Memo untuk penguasa yang resah
    di tubir nurani

Mata air kehidupan tak lagi bening
Terpapar polusi tak bergeming
Keruh menguning, lalu mengering
Sejak saat itu air mata berderai
Seiring dengan mereka yang abai
Menjual kepercayaan, diganti sangsi
Bahkan mati rasa, di sini

Mereka bersaksi, nun jauh di sana
Parade kaum lapar sedang gontai berjalan
Seraya meratap, berjejalan
Tanpa sorot viral media, terlihat jelas
Sampai saat air mata terkuras
Dirundung malang, tiada putus
Beralih mengucur darah

Masihkah kau keras kepala, nekat
Hingga menanti berganti nanah, sekarat?
Untuk kau reguk selepas merasa penat,
Keparat…

Rendezvous

Tatkala kukunjungi waktu
duka nestapaku berziarah
selami samudera memori
Kuterawang remang malam
kudengar sebuah percakapan
bisikan sayup bunga kamboja
sebelum layu, pertanda turut berkabung

Aku pun menghikmati monolog sunyi:
”Wahai kekasih kamboja, masuklah ke gerbang baka
Nantikanlah waktu penyambutan”

 

Terlelap

Ada yang lain di hari ini, di sini
Aku tak menjumpaimu datang
Ladang tak lagi basah, kerontang
Semak pun gundah, tak mau bergoyang

Aku hanya memandangmu di sana
Seolah tiada beban yang kau risaukan
Dan aku pun larut bersamamu
Bercengkerama dengan senyummu

Sembari aku…
Nikmati indahnya sekejap momen ini
Cumbui setiap saat yang kita punyai
Rindui setiap tetes embun sejati
Yang kau lelapkan di hatiku

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here