Tanggal 6 Februari kemarin adalah hari kelahiran salah satu sosok penulis paling jenius nan fenomenal di Indonesia, yakni Pramoedya Ananta Toer. Penulis asal Blora tersebut mangkat pada tahun 2006 yang lalu. Sepanjang hidupnya, ia telah banyak menelurkan karya-karya hebat, salah satunya Bumi Manusia. Namun tidak hanya Bumi Manusia saja yang terbaik, Pram juga dikenal dengan buku-buku terbaik lainnya, seperti Jejak Langkah, Gadis Pantai, dan masih banyak lagi.
Di sosial media, banyak kalangan penulis yang mengucap selamat ulang tahun kepada sosok penulis legendaris itu, meski kehadirannya tak lagi ada. Dan beberapa komunitas juga menggelar diskusi kecil-kecilan untuk kilas-balik lagi perjalanan Pram di dunia kesusastraan Indonesia. Buku-buku terbaik Pram dibicarakan kembali dan pemikiran-pemikirannya pun dibincangkan lagi.
Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, Jawa Barat, pada tahun 1925. Beberapa karyanya yang sukses besar sempat diangkat ke layar lebar, salah satunya Bumi Manusia. Karya Pram itu adalah karyanya yang paling terkenal dan paling hits sampai sekarang.
Namun selain Bumi Manusia, banyak buku-buku terbaik lainnya yang menyajikan peristiwa sosial, penjajahan, sampai romansa secara kompleks. Berikut buku-buku tersebut Semilir sajikan di bawah ini.
Arus Balik
Buku Pram yang satu ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1995. Arus Balik mengisahkan invansi bangsa Barat ke tanah Nusantara. Ketika itu, Majapahit sedang dalam performa yang lembek selepas kematian Gajah Mada. Di titik itulah beberapa bagian kian terpisah dari lengan kekuasaan Majapahit. Dan Eropa memanfaatkan kelemahan tersebut untuk masuk ke jantung kekuasaan lebih dalam.
Buku yang berjenis novel ini menjadi salah satu karya Pram yang terbaik. Kisahnya yang epik dan gaya tulisnya yang memukau, selipan-selipan akulturasi antara Hindu dan Budha, serta transisinya yang digeser oleh peradaban Islam yang meluas.
Rumah Kaca
Buku novel Rumah Kaca merupakan satu kesatuan semesta dengan Bumi Manusia. Ia adalah sekuel dari Bumi Manusia. Kisahnya melanjutkan tentang kemarahan Belanda terhadap gerilya jurnalistik dari Minke. Itu menyebabkan ditangkapnya dan diasingkannya Minke oleh pihak Belanda, dan segala aktivitasnya diawasi, baik sebelum dan setelah pengasingan ke Maluku tersebut.
Buku Rumah Kaca terbit pertama kalinya pada tahun 1988. Buku ini melengkapi Tetralogi Buru, sekaligus mengungkap identitas asli dari karakter Minke. Dalam buku ini Pram juga membeberkan aksi-aksi Belanda yang menyudutkan Minke dengan arsip dan berkas-berkas jurnalistik.
Bukan Pasar Malam
Bukan Pasar Malam adalah termasuk karya Pramoedya Ananta Toer yang dilarang beredar pada masa-masa itu. Terbit pertama kali pada tahun 1951, dan kemudian dilarang beredar pada tahun 1965. Pada tahun 1999, buku ini dicetak dan diterbitkan lagi oleh Bara Budaya.
Bukunya sendiri berkisah tentang pergulatan seorang pemuda yang pulang menemui ayahnya dalam penuh keengganan, karena mengingat tindakan-tindakan ayahnya yang pernah menjadi kaki tangan pemerintah kolonial. Bukan Pasar Malam sering dikatakan sebagai novel yang memiliki nuansa mistik, namun beraura religi.
Gadis Pantai
Buku Gadis Pantai atau dalam bahasa Inggris berjudul The Girl from the Coast ini adalah karya Pram yang sangat terkenal. Pertama kali terbit pada tahun 1987. Buku ini menggambarkan situasi feodalisme pada masa dulu dan cengkraman patriarki yang kerap merugikan kaum wanita.
Berkisah tentang seorang wanita jelata yang dipinang oleh seorang laki-laki yang terlahir dari rahim bangsawan, bernama Bendoro. Namun ia hanya menjadi selir dan bukan istri sah. Gambaran kuat mengenai kerugian yang dialami rakyat jelata, khususnya perempuan proletar yang cuman dianggap barang yang kapan saja dapat dibuang, menjadikan buku ini sangat fonemenal sampai sekarang.
Perburuan
Konon Pramoedya Ananta Toer menuliskan buku Perburuan pada masa ia dipenjara oleh colonial Jepang. Kemudian buku itu diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1950. Kisahnya berlatar keadaan kependudukan Jepang di Indonesia. Soerang yang bernama Hardo, yang merupakan bekas komandan PETA menjadi buron sebab melakukan pemberontakan.
Buku Perburuan ini juga dialihwahanakan ke format film, sama seperti Bumi Manusia. Perburuan banyak menyuguhkan tragedi, termasuk roman di dalamnya. Narasi tentang pengkhianatan, kesetiaan, prinsip hidup, sampai nasionalisme menyatu dalam buku Perburuan ini.
Jejak Langkah
Termasuk novel ketiga dari Tetralogi Pulau Buru, Jejak Langkah berkisah tentang Minke yang sudah beranjak dewas. Minke mengambil pendidikan kedokteran di salah satu sekolah dokter pribumi, STOVIA. Berbekal pengetahuan dan keterampilannya, Minke membentuk Syarikat Dagang Islam, dan koran berbahasa melayu pertama di Hindia Belanda.
Novel Jejak Langkah ini memotret historis era kolonial di Nusantara, tekanan politik yang menjangkit psikologis seorang Minke, sampai upaya pencapaian eksistensialisme diri. Jejak Langkah diterbitkan pertama kali pada tahun 1985.
Arok Dedes
Terakhir adalah novel epos Arok Dedes. Novel ini berkisah tentang sejarah perlawanan Ken Arok terhadap kekuasaan Tumapel, yang pada masa itu berada di tangan Tunggul Ametung. Arok Dedes terbit pertama kali pada tahun 1999.
Dalam Arok Dedes, Pram berupaya memberikan kacamata yang lain dalam melihat tindak tanduk Ken Arok, yang pastinya akan berbeda pada apa yang dikisahkan di buku-buku sejarah di sekolah. Di dalam buku Arok Dedes juga kita bakal mengetahui gejolak sosial politik masa itu.
Itulah karya-karya hebat Pramoedya Ananta Toer selain Bumi Manusia. Memang, Pram tak pernah lantang berbicara di muka umum. Ia kerap terpenjara dan terkungkung. Namun tulisan-tulisannya adalah suara yang lebih keras dari suara-suara lainnya. Sebuah katarsis dari keterkungkungan dan keterpenjaraannya sendiri.