Toha Mohtar

97 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 17 September 1926 sastrawan yang menulis karya legendaris berjudul Pulang dilahirkan. Toha Mohtar namanya, sastrawan yang lahir di Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur. Toha merupakan anak kedua dari keluarga Husni Mohtar, yang berprofesi sebagai penghulu kecamatan. Ketika dirinya masih belasan tahun, ia harus ikut mengangkat senjata ke hadapan musuh dan bergerilya ke luar masuk hutan antara Gunung Wlilis dan Gunung Kelud. Kehidupannya yang telah jauh dari kata manis sejak belia menjadikannya sosok yang teguh dan pantang menyerah.

Kehidupan Toha Mohtar kurang berjalan mulus sejak tahun 1947 karena ia hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas dua SMA. Setelah berhenti sekolah, Toha merantau ke Kota Surabaya dan menjadi korektor di Majalah Jaya Baya. Majalah yang mulanya terbit di Kediri pada September 1945 tersebut, pindah ke Surabaya bersamaan dengan pindah tugas mantan guru Toha yang mendirikan Majalah Jaya Baya, Suwandi Tjitrowarsito.

Tahun 1950 Toha pindah ke Jakarta dan sempat bekerja di dinas ketentaraan sebagai civil (pembantu). Kepiawaiannya sebagai korektor majalah membuatnya ditunjuk sebagai redaktur majalah Ria pada tahun 1950 hingga 1953 yang didirikannya bersama dengan kenalannya ketika bekerja di dinas ketentaraan, yakni Dukut Hendronoto, Subagjo Pr, Trisnojuwono, dan Mieke Sd. Sebagai redaktur majalah, Toha memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan ilustrasi dan mengisi rubrik cerita bersambung. Dari pengalamannya sebagai redaktur majalah, ia dapat menerbitkan novel pertamanya yang melegenda, berjudul Pulang di tahun 1957.

Minat dan kecintaannya terhadap menggambar sejak belia, membuatnya memutuskan untuk bekerja sebagai guru Menggambar di sekolah Taman Siswa tahun 1953 hingga 1959. Ketika Toha mengabdi sebagai guru, ia dipertemukan dengan pujaan hatinya. Dan pada tahun 1955, Toha Mohtar meminang pujaan hatinya yang bernama Tjitjih Sudarsih, seorang janda yang berasal dari Tasikmalaya. Dari perkawinannya itu, mereka dikaruniai tiga orang anak, Elly Taswelli, Sasongko Dumadi, dan Tomang Suselo. Mereka juga memiliki seorang anak angkat yang bernama Gutomo.

Toha Mohtar yang tidak dapat menamatkan pendidikannya menjadikan hobi menggambarnya sebagai senjata miliknya untuk bertahan hidup menyambung pekerjaan setelah menjadi guru. Toha menjalani berbagai profesi, antara lain sebagai perancang grafis dan ilustrator buku. Pekerjaannya tersebut berhasil membuat ilustrasinya menghiasi beberapa majalah, seperti dalam majalah Roman, Aneka, Terang Bulan, Tegang, dan Nasional. Selain itu, ia juga pernah bekerja di Perusahaan Film Negara (PFN) sebagai pengatur perwajahan di bidang titel pada tahun 1958-1960. Toha akhirnya memutuskan untuk kembali berkarir di dunia literatur pada tahun 1960 dan mendirikan majalah Warta Dunia (1958-1965) bersama kawannya. Di majalah tersebut, juga lahir novel keduanya yang berjudul Daerah Tak Bertuan (1964).

Setelah 7 tahun berlalu, Toha menerbitkan majalah anak-anak Kawanku bersama kawannya Julius R.S. dan Sutedja pada tahun 1970-1984. Sejak itu pula, namanya dikenal sebagai pengarang cerita anak dan berhasil menerbitkan Kumpulan cerpen anak Lebih Menarik dari Kuda Lumping (1995). Selama karir kepenulisannya, mula-mula ia menggunakan nama-nama samaran karena kurang nyaman untuk mempublikasi namanya. Nama samaran yang sering digunakan dalam karya-karya sastranya, antara lain, Badarijah U.P. (nama kakak perempuannya), Matulessy, M. Lessy, Tati Mohtar, Elly, Gutomo, Wahyudi, dan Ridwan. Setelah itu, Toha Mohtar mulai menuliskan namanya sendiri di atas karya-karyanya.

Hal itu tentu saja disambut dengan luar biasa. H.B. Jassin dalam bukunya yang berjudul Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai II menyatakan bahwa Toha Mohtar melalui karyanya telah memberikan suatu pembaharuan dan menyajikan karya sastra yang segar pada masa itu, yang belum pernah diberikan penulis novel di Indonesia. Dengan modal kejujuran, seperti yang tercermin dalam karya-karyanya, ia telah menunjukkan kepada khalayak bahwa hidup ini hendaknya disyukuri dan dilalui dengan baik dan jujur.

Di antara beberapa karyanya, novel yang berjudul Pulang (1958) menarik perhatian pembaca. Novel Pulang berhasil mendapatkan hadiah sastra dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) dan diangkat ke layar kaca olah sutradara Basuki Effendi. Masih banyak juga ratusan cerpen-cerpen anak Toha Mohtar yang belum sempat dibukukan hingga ia berpulang ka Rahmatullh. Toha menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 17 Mei 1992 di Rumah Sakit Mitra, Jakarta setelah setelah berjuang melawan penyakit paru-paru. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman Melaka, Jakarta.

Karya-karya lainnya yang ditinggalkan oleh Toha Mohtar, antara lain, Kabut Rendah (novel, 1968), Bukan Karena Kau (novel, 1968), Jayamada (cerita rakyat daerah Kediri, 1971), Antara Wilis dan Gunung Kelud (kumpulan cerita pendek, 1989), Pantang Menyerah (cerita anak-anak, 1990), Lebih Menarik dari Kuda Lumping (cerpen anak-anak, 1995), serta Pelarian, Pembebasan, dan Cerita dari Daerah Pinggiran yang semula dimuat sebagai cerita bersambung di surat kabar Kompas (1993).

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here