Rom-Com (Romantic Comedy) atau Komedi Romantis merupakan salah satu genre film yang tidak sedikit peminatnya. Film yang mengusung genre rom-com bisa diklaim sebagai comfort movie, sebab bisa ditonton kapan saja dan menghasilkan emosi yang menyenangkan. Apapun kondisimu saat ini, gusar, galau, happy, film rom-com boleh dijadikan sasaran untuk ditonton.
Ciri khas film rom-com terletak pada kisah yang dekat dengan realita, kemudian perasaan yang muncul out of nowhere, serta plot yang tak jauh-jauh dari komedi. Biasanya, terdapat kerumitan kisah cinta dalam film rom-com. Kerumitan dan konflik terjadi akibat suatu alasan, entah itu soal prinsip, kelas sosial, orang tua, dan yang lain. Ending dari film rom-com juga beragam, dua sejoli kemungkinan bisa bersatu, bisa pula menjadi bubar.
Untuk membayar rasa penasaran kamu tentang rom-com, Skuy simak rekomendasi deretan film ber-genre rom-com di bawah ini!
- Notting Hill (1999)
Berjualan di toko buku kecil pinggir jalan menjadi aktivitas sehari-hari William Thacker (Hugh Grant). Tidak begitu banyak yang mengunjungi toko buku miliknya, mungkin hanya satu dua orang. Hari-hari yang dijalankan William terasa sangat biasa-biasa saja hingga suatu ketika seorang artis terkenal datang ke toko bukunya. Artis tersebut ialah Anna Scott, yang diperankan Julia Roberts. Sejak saat itu, mereka beberapa kali bertemu kembali dan menjalin hubungan rahasia.
Artis terkenal seperti Anna Scott tentu tak luput dan tak dapat terhindar dari yang namanya paparazzi, penguntit, dan pemburu berita. Lama kelamaan, hubungan mereka diketahui publik. Bahkan, banyak media dengan sengaja menunggu di depan apartemen Will untuk menanyakan keterangan terkait hubungan mereka.
Film ini memperlihatkan bahwa setiap manusia tentu membutuhkan afeksi, cinta, dan kasih sayang. Tak peduli apakah ia seorang artis atau hanyalah orang biasa. Kalimat fenomenal yang diucapkan Anna adalah “I’m also just a girl, standing in front of a boy, ask him to love her”. Lagi-lagi, kalimat ini mengungkapkan kejujuran bahwa setiap manusia membutuhkan cinta dan memiliki perasaan yang valid.
- My Sassy Girl (2001)
Sudah jatuh, tertimpa tangga. Pengalaman yang dihadapi Kyun Woo (Cha Tae-hyun) persis seperti bunyi peribahasa itu. Entah mendapat sial karena hal apa, secara tiba-tiba Kyun Woo terpaksa bertanggung jawab atas perbuatan seorang perempuan (Jun Ji-hyun) yang muntah karena mabuk. Kejadian itu hanyalah permulaan dari kisah dalam film ini. Sampai pada akhirnya, Kyun Woo jatuh cinta pada si perempuan.
Karakter dari perempuan tersebut terbilang jutek, impulsif, hingga lancang, dan secara tak langsung membuat jengkel Kyun Woo. Akan tetapi, tingkah laku yang seperti ini kemudian membuat lelaki itu jatuh cinta padanya. Sepertinya, setiap aksi menjengkelkan dari si perempuan adalah bentuk perhatian dan sayangnya terhadap Kyun Woo. Uniknya, sampai film ini berakhir, tokoh perempuan tidak disebutkan siapa namanya. My Sassy Girl menjadi film teratas di Box Office Korea pada 2001. Bahkan, beberapa negara, termasuk Indonesia, telah me-remake film ini.
- 50 First Dates (2004)
Apa rasanya jika kamu harus berhadapan dengan orang yang setiap hari memperbarui ingatannya? Terlebih jika kamu punya hubungan baik dan spesial dengan orang itu. Pasti akan lelah setiap hari untuk menjelaskan siapa kamu dan apa peranmu di hidupnya. Lagi-lagi, karena memori orang itu selalu diperbarui setiap hari, layaknya sistem yang harus di-reset.
Sama seperti yang dialami Lucy Whitmore (Drew Barrymore), dirinya mengidap Goldfield Syndrome. Sampai-sampai Henry Roth (Adam Sandler) harus berkenalan setiap hari dengan Lucy dan menjalani aktivitas yang itu-itu saja demi kebersamaan yang awet. Dengan pengulangan aktivitas yang sama setiap harinya, Lucy dan Henry bisa merasakan first date berkali-kali, bahkan sebanyak 50 kali.
- 500 Days of Summer (2009)
“To die by your side, is such a heavenly way to die..”, potongan lirik “There Is a Light That Never Goes Out” dari The Smith sayup-sayup terdengar dalam adegan lift di 500 Days of Summer. Adegan lift yang sangat ikonik tersebut adalah momen ketika Tom dan Summer pertama kali berbicara berdua. Di situ Tom mendapati bahwa selera musik Summer sama dengannya. Selanjutnya, dari sini pula awal kisah ini bermula.
Summer (Zooey Dischannel) dan Tom (Joseph Gordon-Levitt) menjalin suatu hubungan yang membuat mereka setiap harinya sangat dekat. Entah hubungan apa yang mereka jalin, bisa jadi sebagai sepasang kekasih atau hanya friend zone, kamu bisa nilai sendiri. Sebab, sampai hari ini pun para penonton 500 Days of Summer masih berdebat soal siapa sosok villain sesungguhnya di antara mereka.
Kamu bisa bayangkan, aktivitas-aktivitas menyenangkan setiap harinya dijalani Summer dan Tom. Mulai dari menonton film di bioskop, mencari vinyl di toko musik, IKEA date, dan lain-lain. Akan tetapi, secara tiba-tiba hubungan yang mereka jalani kandas begitu saja. Alih-alih melangkah ke jenjang yang lebih serius dan bahagia, mereka justru “jalan sendiri-sendiri”. Selain itu, ada perbedaan dan konflik batin yang misterius antara Tom dan Summer hingga membuat mereka tidak pantas untuk bersama. 500 Days of Summer cukup brutal meruntuhkan ekspektasi yang sudah dibangun oleh penonton sejak awal. Kisah miris dalam film ini menyadarkan kita bahwa tidak semua hal berjalan sesuai ekspektasi. Penasaran? Kamu harus nonton sekarang!
- La La Land (2016)
Seorang lelaki yang bercita-cita menjadi musisi Jazz papan atas bertemu dengan perempuan barista yang sudah ratusan kali mengikuti casting film. Mereka sama-sama tinggal di Los Angeles yang penuh dengan aktivitas hiruk pikuk. Sampai pada akhirnya, laki-laki itu, Seb (Ryan Gosling), bertemu dengan si perempuan barista, Mia (Emma Stone), pada suatu hari di musim dingin.
Kisah Seb dan Mia disuguhkan bersamaan dengan upaya mereka untuk meraih impian masing-masing. Hal yang mengejutkan justru impian-impian tersebut menjadi boomerang bagi kisah asmara yang mereka jalani. Akibat ambisi dan idealisme masing-masing, mereka harus memilih berpisah sebagai jalan yang terbaik. Film yang mempertontonkan tabrakan antara realita dan cita-cita ini ditampilkan dengan gaya drama musikal. Scoring yang menjadi latar film akan sangat terngiang-ngiang bagi penonton dan mampu menyeret imajinasi ke tempat dan kondisi yang dihadapi Seb, juga Mia. Ada sedikit perasaan nyesek yang akan kamu alami saat menuju ending film. Kamu bisa membuktikannya sendiri.
- Crazy Rich Asians (2018)
Perbedaan kelas sosial dalam suatu kisah cinta merupakan hal yang klise. Sering kita jumpai orang dengan harta turunan yang melimpah jatuh hati dengan seseorang yang tidak setara secara ekonomi. Fenomena ini dialami pula oleh Nick Young (Henry Golding) dan Rachel Chu (Constance Wu). Hubungan mereka tak direstui oleh keluarga Nick Young, yang notabene adalah keluarga kaya tujuh turunan, bahkan salah satu yang terkaya di Asia. Sebab, keluarga Nick Young memiliki standar tertentu untuk pasangan anaknya. Sementara itu, Rachel Chu ialah seorang perempuan independen yang struggle mati-matian meraih impiannya untuk menjadi profesor di bidang ekonomi.
Film ini menunjukkan pada kita bahwa kekuatan cinta bisa mengalahkan segalanya. Seperti yang dialami Nick dan Rachel, mereka pada akhirnya bersatu. Keangkuhan dan ego yang muncul dari pihak luar atas hubungan mereka dengan sendirinya runtuh. Cerita yang disuguhkan dalam Crazy Rich Asians sebenarnya cukup sederhana, apa adanya, dan tidak kompleks. Akan tetapi, cara Jon M. Chu sebagai sutradara dalam menyuguhkan film ini bisa dibilang memuaskan dan megah. Keunikan lainnya, film ini merupakan yang pertama di Hollywood dengan mayoritas aktor berketurunan Asia-Amerika.
- On Your Wedding Day (2018)
Apakah cinta pertama tak akan pernah berhasil? Bagaimana menurut kamu? Kisah semasa sekolah yang penuh momen indah dengan seseorang selalu tersimpan di memori banyak orang, walaupun hanya sebentar. Apalagi, yang dirasakan adalah perasaan semacam platonic love.
Semasa sekolah, Hwang Woo Yeon (Kim Young-kwang) merupakan siswa nakal yang jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Hwan Seung Hee (Park Bo-young). Sayangnya, Seung Hee ialah siswi pindahan yang sering dibully. Secara otomatis, Woo Yeon yang merasakan love at first sight pada Seung Hee berusaha melindunginya, Seung Hee menerima bantuan itu dan mereka sepakat untuk berpura-pura pacaran.
Masa sekolah telah berakhir, dua sejoli tersebut pun berpisah. Hingga suatu ketika Seung Hee memutuskan untuk menempuh hidup baru. Woo Yeon mau tak mau harus menerima kenyataan bahwa ia ditinggal nikah oleh cinta pertamanya. Terlihat Woo Yeon telah berkali-kali mendapat pelajaran dari kisahnya dengan Seung Hee. Sebagai laki-laki yang sudah dewasa, Woo Yeon tetap menerima hal-hal yang terjadi di luar kontrolnya dan menjadikan itu sebagai pelajaran.