Ketika Al-Qur’an disentuh maka kamu akan dirangkul
Langkah demi langkah kaki para audiens memenuhi ruangan dan memosisikan badan di tempat duduk yang nyaman. Ruangan tersebut dihadiri oleh ramai orang yang menginginkan jawaban atas pertanyaannya tentang Al-Qur’an. Dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, UIN Malang berkolaborasi dengan Intrans Publishing menyelenggarakan kegiatan bedah buku berjudul “Naratologi Al-Qur’an: Struktur dan Fungsi Naratif Kisah-Kisah Kenabihan“.
Seorang Dekan Fakultas Humaniora, Dr. M. Faisol, M. Ag sekaligus penulis tunggal dari buku Naratologi Al-Qur’an adalah sosok yang sederhana dan ramah dalam bertutur kata. Salah satu motivasinya dalam menggarap buku ini adalah menguak fakta berdasarkan perspektif naratif yang terkandung di dalam Al-Qur’an serta agar keilmuannya dapat bermanfaat untuk khalayak umum.
Bertempat di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang pada tanggal 20 September 2024, kegiatan bedah buku dihadiri oleh Mahasiswa UIN Malang dari berbagai jurusan, termasuk jurusan pengetahuan umum. Dari sini bisa dilihat bahwa pembaca buku Naratologi Al-Qur’an tidak hanya mahasiswa dengan jurusan agama saja, melainkan siapa pun bisa belajar Al-Qur’an dan bisa dipelajari oleh siapa pun. Sebagaimana yang disampaikan Ustadz Faisol bahwa salah satu kemukjizatan Al-Qur’an adalah struktur bahasanya koheren. Artinya, semua orang bisa memahami. Tidak segmentatif dan bukan hanya untuk kaum intelektual saja. Naratologi Al-Quran adalah karya yang membawa pembaca pada perjalanan intelektual yang mendalam, mengeksplorasi kisah-kisah dalam Al-Quran melalui lensa naratif.
Naratologi membicarakan tentang bagaimana sebuah ilmu membaca sebuah cerita. Cerita tersebut diperoleh dari rangkaian peristiwa-peristiwa untuk nantinya ditemukan sebuah gagasan yang satu. Namun demikian, bukan berarti Al-Qur’an seperti novel, cerita pendek, atau karangan fiksi yang lain. Al-Qur’an menyajikan cerita dengan cara yang tidak bertele-tele (ijaz). Dalam kata lain, Al-Qur’an hanya menceritakan hal-hal yang penting. Hal ini bisa dilihat dari persentase isi Al-Qur’an 80% berupa cerita. Adapun 70% berkisah tentang cerita Nabi Musa. Hal ini disebabkan perjalanan dakwah yang dialami Nabi Musa hampir sama dengan yang dialami Nabi Muhammad, seperti perlawanan kaum Kafir Quraisy dan sebagainya.
Berangkat dari pernyataan tersebut, dapat ditarik pengertian bahwa naratologi Al-Qur’an adalah ilmu yang mengurai struktur dan makna cerita dalam Al-Qur’an dengan lebih mendalam. Struktur cerita yang berhasil ditemukan itu membentuk gagasan kebenaran dan keburukan. Selain itu, kekuatan khayal Al-Qur’an sangat kuat. Hal ini berarti pembaca dibuat berkhayal atau membayangkan cerita yang diceritakan. Seperti halnya ketika seseorang membaca kisah Firaun maka Firaun adalah representasi dari kebatilan sedangkan Nabi Musa adalah representasi dari kebaikan. Akhir kata, Ustadz Faisol menyampaikan, “Bahasa Al-Qur’an lebih banyak menyentuh ranah psikologis. Ketika sudah disentuh maka akan dirangkul.”