Buku berjudul #mncrgknskl (dibaca Mencurigakan Sekali) merupakan buku yang ditulis oleh Salim A. Fillah dan Zaky A. Rivai pada tahun 2018 lalu dan diterbitkan oleh Pro-U Media.
Selain judulnya unik, buku dengan tebal halaman mencapai 308 halaman tersebut juga memuat tema yang tak biasa, yaitu tentang mencurigai diri sendiri. Dengan mengusung tagline yang tak kalah menarik pula, yaitu Mencurigai diri menaklukkan masa muda, mencurigai diri mengokohkan masa depan.
Umumnya, tabiat manusia adalah tidak ingin disalahkan, lebih-lebih lagi mencurigai diri sendiri. Barangkali hal tersebut adalah hal yang sulit bahkan dihindari, tidak mengherankan jika frasa mencurigai diri sendiri rasanya memiliki konotasi negatif. Hal ini bahkan terasa bertentangan dengan apa-apa yang banyak disampaikan oleh para motivator atau buku-buku pengembangan diri.
Zaky A. Rivai: Mencurigai Diri Menaklukkan Masa Muda
Buku yang ditulis oleh dua penulis ini terbagi menjadi dua bagian yang akan menjabarkan lebih lanjut maksud dari dua kalimat tagline yang dipasang pada sampul buku. Di mana bagian awal disematkan tema Mencurigai Diri Menaklukkan Masa Muda, yang ditulis oleh Zakky A. Rivai yang terdiri dari lima bagian yang membahas tentang masa muda dan lika-likunya.
Zaky A. Rivai pada bagiannya banyak membahas tentang persoalan anak muda, mulai dari permasalahan asmara, pencarian jati diri, hingga pergaulan antar sesama.
Di bab permulaan, ia membahas tentang bagaimana pemuda-pemuda unggul yang seharusnya. Dengan berlandaskan Al-Qur’an sebagai dasarnya, dan kisah-kisah nabi beserta umat terdahulu sebagai teladannya.
Kemudian dilanjut dengan permasalahan sejuta umat, cinta. Tentang hakikat cinta hingga bagaimana hendaknya menyikapinya. Ada pula pembahasan tentang menjalin hubungan dengan sesama, mulai dari yang terdekat yakni orang tua, hingga pada alam sekitar.
Lalu pembahasan tentang bagaimana sebaiknya kita sebagai pemuda yang mncrgknskl. Setelah sadar bahwa diri ini mencurigakan sekali, maka langkah selanjutnya adalah mengenal diri, hingga terbentuklah konsep diri yang jelas. Langkah berikutnya adalah manajemen diri, kemudian yang terakhir adalah meneladani akhlak Rasulullah, sebagai pedoman hidup terbaik manusia.
Salim A. Fillah: Mencurigai Diri Menaklukkan Masa Depan
Adapun di bagian kedua dengan tema Mencurigai Diri Menaklukkan Masa Depan. Salim A. Fillah membahas masa depan dalam tiga bagian. Masa depan atau masa setelah muda, yaitu masa dewasa di mana tanggung jawab seorang manusia kian bertambah dan beragam.
Pembahasan yang dimuat antara lain: Pertama, tentang hal-hal yang kerap dikhawatirkan manusia, seperti masa depan, rezeki, dan kematian. Kedua, tema tentang jodoh dan rumah tangga. Penulis banyak mengangkat pengalaman pribadinya serta insight yang diperolehnya. Ketiga, tema tentang ukhuwah antar sesama.
Dua Penulis dengan Masing-Masing Nuansa Tulisannya
Buku yang ditulis oleh dua penulis, di mana masing-masing penulis memiliki nuansa tulisan yang sama sekali berbeda satu sama lain, tentunya sangat menarik untuk dicermati. Mau tak mau hal tersebut memantik kita sebagai pembaca untuk saling membandingkan bagaimana karakteristik dan kecenderungan kedua penulis tersebut.
Melalui buku ini, kita bisa melihat bagaimana Zaky A. Rivai dengan tulisannya yang banyak menggunakan gaya populer dan gaul. Ia banyak menyelingi pembahasannya dengan candaan juga penggunaan bahasa yang santai, terlebih di beberapa bagian ia memang menyinggung beberapa tema yang serius.
Lain halnya dengan Salim A. Fillah yang sejauh ini kebanyakan tulisannya memang cenderung bernuansa puitis, dengan penggunaan bahasa populer agar mudah dipahami oleh anak muda. Salim A. Fillah memiliki karakteristik dan keunikannya sendiri dalam meramu tema pembahasan yang serius dan berat menjadi seru dan mudah dipahami siapa saja.
Kita adalah Pribadi yang Mencurigakan Sekali
“Untuk menggapai sebenar-benar iman, kita memang wajib rajin-rajin mencurigai diri sendiri, bukan malah mencurigai orang lain. Jika kita banyak dipuji orang, sesungguhnya itu karena Allah menutup aib-aib kita.”
Poin utama yang hendak disampaikan oleh buku ini barangkali dapat kita rangkum dalam sebuah ungkapan dalam peribahasa Indonesia, yaitu gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak.
Jika banyak ungkapan para motivator yang penuh nada indah dan penuh kata-kata manis, seolah dunia ini adalah hal yang indah semata. Kita dibujuk untuk selalu berpikir positif, memberikan afirmasi positif, juga mengharapkan hal-hal yang positif agar hal positif pula yang akan datang dalam kehidupan kita.
Barangkali hal tersebut tidak salah. Akan tetapi buku ini hendak mengambil sudut pandang yang berbeda apa-apa yang banyak disampaikan oleh para motivator. Buku ini hendak memandang sisi lain dalam diri manusia.
Sebagai mana yang disampaikan dalam Qs. Asy-Syams: 8-9, dikatakan bahwa manusia memiliki dua potensi dalam dirinya, yaitu fujur (potensi keburukan atau maksiat) dan takwa (potensi kebaikan atau taat) kepada Allah.
Jika para motivator banyak menyoroti sisi potensi kebaikan manusia, maka buku ini hendak menyoroti sisi potensi keburukan dalam diri manusia, tanpa meninggalkan satu sisi lainnya. Bahwa kita sebagai manusia harus senantiasa menimbang dan mengevaluasi diri (muhasabah) setiap tindak tanduk diri, sebab kita adalah pribadi yang #mcrgknskl.