Muhammad bin Zakariya ar-Razi, atau lebih dikenal sebagai ar-Razi, adalah seorang ilmuwan terkenal yang lahir pada tanggal 28 Agustus 865 di Rayy, Iran, dan meninggal pada 9 Oktober 925 M. Sebagai seorang ilmuwan muslim, ia berjasa dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, terutama dalam kedokteran, filsafat, dan alkimia. Kecerdasannya dan keinginannya untuk terus belajar menjadikannya tokoh inspiratif yang dikagumi hingga saat ini.
Masa Muda dan Peralihan Minat Ar-Razi
Ar-Razi berasal dari kota Rayy, sebuah kota yang sekarang terletak di dekat Teheran, Iran. Di kota yang sama, ilmuwan besar lainnya, Ibnu Sina, juga menyelesaikan karya-karyanya yang terkenal. Ar-Razi muda memiliki ketertarikan pada musik dan bahkan bercita-cita menjadi seorang penyanyi atau musisi. Ia pernah menjadi tukang intan, penukar uang, hingga pemain kecapi, menunjukkan bahwa kehidupannya penuh warna.
Namun, di usia 30 tahun, dia mulai mengalihkan fokusnya ke alkimia. Sayangnya, eksperimen-eksperimen alkimia yang ia lakukan menyebabkan gangguan pada penglihatannya, dan kondisi tersebut mendorongnya untuk mendalami ilmu kedokteran. Sejak saat itu, ia mulai belajar di bawah bimbingan Ali ibn Sahal at-Tabari, seorang dokter yang dikenal di masa itu dan juga seorang filsuf.
Ar-Razi dan Karya di Bidang Kedokteran
Setelah kembali ke Rayy, dia dikenal sebagai dokter yang mahir dan segera diangkat sebagai kepala rumah sakit di Rayy oleh Mansur ibnu Ishaq, seorang penguasa dari Dinasti Samania. Ar-Razi kemudian menulis buku berjudul at-Tibb al-Mansuri yang dipersembahkan khusus untuk Mansur ibnu Ishaq, berisi panduan medis yang menjadi rujukan selama berabad-abad.
Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad dan diangkat sebagai kepala rumah sakit oleh Khalifah al-Muktafi. Di Baghdad, ia semakin dikenal berkat karya medisnya yang luar biasa. Salah satu kontribusinya adalah buku Al-Judari wal-Hasbah yang membahas cacar dan campak sebagai dua penyakit yang berbeda. Karya ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa dan Latin serta diapresiasi dalam Ensiklopedia Britannica karena deskripsinya yang mendalam dan akurat tentang penyakit tersebut.
Penemuan tentang Alergi dan Demam
Ar-Razi juga berperan dalam perkembangan ilmu imunologi. Ia adalah ilmuwan pertama yang menemukan alergi rhinitis setelah mencium bunga mawar di musim panas. Selain itu, ia menjelaskan bahwa demam adalah mekanisme perlindungan tubuh terhadap penyakit. Temuan-temuan ini menegaskan perannya sebagai perintis dalam memahami respons tubuh terhadap infeksi dan iritasi lingkungan.
Kontribusi dalam Farmasi
Di bidang farmasi, ar-Razi tidak hanya menulis resep dan teknik perawatan tetapi juga mengembangkan alat-alat medis seperti tabung, spatula, dan mortar. Ia menemukan berbagai jenis obat-obatan, termasuk obat berbasis merkuri, yang berpengaruh pada perkembangan farmasi di dunia Islam. Ar-Razi juga membedakan zat kimia berdasarkan asal-usulnya—hewan, tumbuhan, atau mineral—yang menjadi dasar dari kimia organik dan anorganik.
Etika Kedokteran Ar-Razi
Sebagai seorang dokter, dia sangat peduli pada pasiennya. Ia tidak segan-segan mengkritik dokter palsu atau tukang obat yang menjual ramuan tanpa dasar ilmiah. Dalam pandangannya, seorang dokter harus terus belajar karena tidak mungkin memahami semua jenis penyakit. Ia juga mengakui keterbatasan manusia dalam menangani penyakit seperti kanker dan kusta. Ar-Razi meyakini bahwa tujuan utama menjadi dokter adalah untuk berbuat baik bagi semua orang, bahkan musuh.
Karya-Karya Penting Ar-Razi
Selain at-Tibb al-Mansuri dan Al-Judari wal-Hasbah, ar-Razi menulis banyak buku lain di bidang kedokteran, seperti Kitab al-Hawi, yang mengulas pengobatan Yunani, Suriah, Arab, dan India. Buku ini adalah ensiklopedia kedokteran yang menyajikan pengetahuan medis lengkap di zamannya, dengan tambahan pengamatan dan pengalaman pribadinya.
Pemikiran Filsafat dan Kontroversi Keagamaan
Di luar kedokteran, ar-Razi juga dikenal sebagai filsuf dengan pemikiran bebas. Menurut al-Biruni, seorang ilmuwan sezamannya, ar-Razi menulis buku yang dianggap kontroversial, termasuk Fi al-Nubuwwat (Tentang Nubuat) dan Fi Hiyal al-Mutanabbin (Trik Nabi Palsu). Dalam buku ini, mengkritik konsep nubuat dan penggunaan mukjizat sebagai bukti kenabian, meski pandangannya masih diperdebatkan oleh sejarawan.
Kritik pedas dari kalangan Ismailiyah menganggap bahwa ar-Razi sengaja menyerang agama-agama wahyu, sementara para pengagumnya menilai bahwa ia hanya menginginkan kebebasan berpikir dan menolak pemaksaan dogma. Meski begitu, beberapa karyanya tentang agama juga menunjukkan keyakinannya pada adanya Pencipta yang bijaksana dan sempurna.
Pengaruh Ar-Razi terhadap Ilmu Pengetahuan Modern
Ar-Razi bukan sekadar ilmuwan, tetapi juga seorang filsuf yang memiliki pendekatan ilmiah yang luar biasa pada masanya. Dalam Kitab al-Asrar, ia menjelaskan teknik penanganan zat-zat kimia yang melibatkan logam-logam seperti emas, perak, dan tembaga, serta manfaat setiap zat dalam pengobatan. Metode eksperimennya menjadi landasan bagi praktik ilmiah dalam kimia modern.
Pengaruh ar-Razi dalam dunia ilmu pengetahuan Islam sangat besar, dan banyak karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Yunani, dan berbagai bahasa modern lainnya. Sumbangsihnya dalam ilmu kedokteran, filsafat, dan etika terus dihormati hingga sekarang, menjadikannya sebagai pelopor dan inspirasi bagi generasi ilmuwan berikutnya.