sumber: Everett Collection/Getty

James Cameron lahir dengan nama James Francis Cameron pada tanggal 16 Agustus 1965 di Kapuskasing, Ontario, Kanada. Masa remajanya dihabiskan untuk berpindah-pindah disiplin  ilmu—sehingga ia tampak terlihat seperti orang yang kebingungan terhadap minatnya sendiri.  Akhirnya James Cameron memilih keluar dari kampus—sederhananya, Drop Out. Ia otomatis  menjadi pengangguran dan merasa sangat malu untuk kembali ke rumah, ke orang tuanya yang  kaya. Tak memiliki pilihan banyak, ia menyambung hidupnya dengan bekerja sebagai pegawai di toko mesin, menjadi sopir truk, sampai menjadi sopir bus sekolah. Tapi saban hari, sewaktu  malam, ia selalu menyempatkan waktunya untuk menulis satu cerita fiksi-ilmiah (sependek  apapun) dan berharap bisa menjadikan cerita tersebut sebagai sebuah film. 

Karena Cameron sangat menyukai film, pada umur 15 tahun, ia pergi ke sebuah bioskop dan menemukan film fiksi-ilmiah yang berjudul 2001: Space Oddysey karya Stanley Kubrick.  Cameron menontonnya, dan sejak saat itu ia memantapkan diri untuk menulis cerita yang  berbau-bau scifi dan tertarik terhadap dunia film.

Tahun 1977 merupakan tahun di mana ia  memilih keputusan yang berani—atau mungkin konyol dan tergesa. Ketika itu, setelah selesai  menonton Stars Wars, ia langsung keluar dari pekerjaannya dan memutuskan masuk ke industri  perfilman—meski dalam keadaan kalut kekurangan uang. 

Sineas kawakan Roger Corman adalah orang yang pertama mau menampungnya. Cameron  bekerja di rumah produksi Corman dengan menjadi pembuat miniatur. Dari keadaan itulah karirnya dimulai. Ia banyak mencomot ilmu di sana. Ia tidak hanya menempuh pekerjaan menjadi pembuat miniatur, tetapi juga penata artistik, sampai dengan merancang efek khusus film Escape From New York, garapan John Carpenter.

Lambat laun James Cameron menduduki  kursi penyutradaraan. Namun banyak orang beranggapan pada saat itu kalau debut  penyutradaraannya merupakan suatu keberuntungan—sebab film Piranha II: The Spawning ditinggalkan oleh sutradara aslinya, dan Cameron diberi kepercayaan untuk melanjutkan fim tersebut. Piranha II: The Spawning cukup berhasil di pasaran, dan nama James Cameron mulai  diperhitungkan kedatangannya. 

Disebut berangkat dari kenekatan dan keberuntungan, James Cameron ingin mematahkan  anggapan orang-orang itu dengan kreativitas tingginya dalam menulis cerita dan menjadi  seorang sutradara. Maka lahirlah The Terminator, sebuah film yang melegenda—yang terinspirasi dari alam mimpinya sendiri.

The Terminator sukses besar secara pasar maupun  kritik. Kesuksesan tersebut membawa James Cameron pada film-filmnya yang selanjutnya,  seperti The Abbys, The Alien, dan Titanic yang monumental. 

Filmnya, Titanic, berhasil menyapu bersih penghargaan Oscar pada tahun 1998. Dari 14 nominasi, Titanic membawa pulang 11 piala Oscar dengan begitu mudahya—menjadikan film  tersebut sebagai salah satu film yang terbanyak memenangkan penghargaan tersebut. Tak  hanya penghargaan, Titanic berjaya di pasaran, memanen keuntungan yang begitu fantastis.  Titanic juga mendulang sukses sebagai film terlaris sepanjang masa.

Garapan James Cameron tersebut sempat memuncaki urutan tangga pertama, dan tak pernah terkalahkan, sampai dekade kemudian, salah satu film yang juga merupakan karyanya, merebut kedudukan pertama itu. 

Sukses Titanic menandai libur panjangnya di dunia perfilman. Cameron absen selama kurang  lebih satu dekade. Tapi tahun 2009 James Cameron kembali lagi dengan pencapaian luar  biasa dan memahat namanya sebagai sutradara paling berpengaruh di dunia.

Lewat tangan dinginnya, James Cameron menyuguhkan masyarakat dunia dengan pengalaman visual yang memukau—yang tak ada satu pun sutradara pernah tercatat melakukannya.

Adalah Avatar,  filmnya, film yang juga menggeser Titanic sebagai film terlaris sepanjang masa, mendecak kagum khalayak luas. Avatar menjadi film hibrida yang paling riil—dan yang sangat realistik, melampaui film-film 3D yang pernah dibuat pada masa-masa itu—atau mungkin masa selanjutnya.

Gambaran besar tentang pandora, Na’vi, dan segala kehidupan yang ada di film Avatar telah  dikonstruk sejak lama oleh James Cameron. Tepatnya tahun 1994, ia membikin konsep naskah  sekaligus penggarapan Avatar dan berniat untuk memulainya selepas Titanic.

Tapi ia tak  memulai apapun selepas Titanic. James Cameron menghilang, ia menepi dari jagat sinema selama kurang lebih 10 tahun. Selama masa-masa menyingkirkan diri itu, James Cameron mengisi kekosongan dengan berkegiatan di belakang layar televisi dan penggarapan film-film dokumenter. 

Namun di balik itu—yang sesungguhnya terjadi ialah Cameron tak pernah benar-benar berhenti memikirkan Avatar—ia tak pernah benar-benar merebahkan diri dari konsep dan segala hal  yang menyangkut ambisinya. Nyatanya James Cameron sengaja mengendapkan Avatar.

Ia  menganggap teknologi pada saat itu belum cukup mapan untuk memvisualisasikan visinya pada Avatar. Jadi, ia menunggu segala kemungkinan-kemungkinan yang datang, sembari pada  dekade 2000-an, ia bertarung, ia bergelut sendirian dalam mengeksplorasi teknologi, dalam mengeksplorasi penerapan-penerapan CGI pada ruang 3D sinematik. 

Tahun 2006, ketika James Cameron merasa teknologi sinema telah mumpuni—ia segera  merampungkan naskah Avatar yang lama mengendap dan perlahan meyakinkan lagi John Landau (kolaboratornya pada film Titanic) untuk membersamainya memproduksi Avatar.

Avatar berhasil rampung tahun 2009 dan ditayangkan perdana di Odeon Leicester Square pada tanggal 10 Desember. Film ini mengangkat lagi nama James Cameron yang sebelumnya  menghilang. Seketika Avatar bergelung pujian dan sukses kritik maupun komersial. Kesuksesan itu memaksa James Cameron memenuhi nazarnya—untuk menciptakan lagi sekuel dari Avatar.  

Maka sekuelnya pun lahir dan memangkas penantian masyarakat dunia selama 13 tahun.

14  Desember 2022, Avatar: The Way of Water yang merupakan sekuel dari Avatar dirilis perdana.  Anggaran dari film ini mencapai angka 250 juta USD, jauh di atas film-film Cameron yang  sebelumnya seperti Avatar dan Titanic. Fitur 3D yang disodorkan pun lebih halus dan lebih  hidup. Bahkan untuk membuat sekuelnya kolosal, Cameron menciptakan set/miniatur raksasa, dan menampung 3,4 juta liter air dalam memproduksi filmnya. Dengan teknologi yang sekarang jauh lebih canggih, Cameron lebih leluasa memanfaatkan apapun yang diinginkannya agar Avatar: The Way of Water tampak begitu nyata, memukau, dan mendulang sukes besar besaran, bahkan melebihi film pertamanya.  

Memang tak perlu diragukan lagi—James Cameron memang orang teknologi layaknya Spielberg dan Lucas. James Cameron dan dua orang tersebutlah yang banyak memberikan landasan bagi para sineas dalam menciptakan film-film sains-fiksi lewat medium CGI (Computer Generated-Imagery) dekade sekarang—yang telah puluhan kali kita nikmati. 

Bahkan kepiawaian Cameron dalam menjalankan produksi besar-besaran filmnya menjadi inspirasi utama Christoper Nolan, sutradara yang terkenal menciptakan film-film aksi yang megah.

Banyak kabar yang beredar bahwa akan ada lanjutan-lanjutan dari Avatar yang akan segera  digarap oleh James Cameron pada tahun-tahun mendatang—meski saya cukup ragu akan hal  itu. Karena Cameron tidak lagi muda. Ia telah senja untuk produktif, apalagi mengeksplorasi  kecanggihan dan segala kemungkinan yang terdapat dalam medium sinema.

Sudah saatnya ia  mewariskan kehebatannya ke seseorang yang pada tahun-tahun mendatang masih memiliki  banyak kesempatan.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here