Ia seorang penulis, kritikus sastra, pendidik, dan dokumentator sastra Indonesia. Namanya Hans Bogue Jassin, akrab disapa HB Jassin. Sosok yang lahir pada 31 Juli 1917 di Gorontalo ini dikenang karena berjasa dalam dunia sastra Indonesia, terutama dalam bidang kritik sastra dan warisan domentasinya (Tempo.co, 2022). Bagi Jassin, “Dokumentasi adalah alat untuk memperpanjang ingatan, memperdalam, dan memperluasnya”.
Jassin muda gemar membaca dan tertarik dengan dunia sastra. Karena itu, ia mendalami ilmu sastra di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1957. Kemudian berlanjut di Universitas Yale, Amerika Serikat, pada 1958 hingga 1959 dengan jurusan serupa (Kompas.com, 2021). Sekembalinya ke tanah air, HB mengajar di berbagai perguruan tinggi, termasuk Universitas Indonesia.
Dengan bekal akademis dan konsistensinya, Jassin menjelma menjadi seorang kritikus sastra yang tajam dan berpengetahuan luas. Ia tidak hanya mengulas karya-karya sastra, tetapi juga menganalisis dan menginterpretasikan pengarangnya secara mendalam. Karena itu, kritik sastra yang dikemukakan turut membentuk pemahaman ihwal karya sastra dan membuka ruang dialektika dalam dunia sastra Indonesia.
Sebagai kritikus sastra, Jassin termasyhur karena tulisan-tulisannya yang tajam, mendalam, dan kritis. Ia menekankan pentingnya pembacaan kritis terhadap karya sastra, menghargai keberagaman sastra, dan memperjuangkan kebebasan berekspresi dalam sastra. Pula Jassin telah mendokumentasikan dan menyunting berbagai karya sastra dan menerjemahkan karya sastra dari bahasa asing ke bahasa Indonesia sehingga literatur tersebut dapat diakses-dipelajari di tanah air.
Atas dasar keterampilan dan sumbangsihnya itulah, HB Jassin digelari “Paus Sastra” oleh Gayus Siagian (Kompas.com, 2021). Dedikasi Jassin merawat sastra Indonesia melalui jalan dokumentasi berbuah manis bagi pemajuan literasi tanah air (Amin, 2019: 80) melalui jalan dokumentasi, kritik sastra, dan gubahannya. Karya-karyanya menjadi referensi penting bagi para peneliti, penulis, dan pecinta sastra tanah air hingga kini.
Jasa Pusaka
Karya-karya Hans Bogue Jassin abadi, meliputi buku-buku, esai, kritik sastra, serta terjemahan karya sastra dari bahasa asing ke bahasa Indonesia. Sebut saja beberapa yang populer dan tak lekang oleh waktu, di antaranya Pujangga Baru: Sebuah Roman Revolusi yang (1969); Kesusasteraan Indonesia Modern (1973); Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (1984); Prosa dan Puisi (1990). HB Jassin juga pernah menyunting buku Antologi Cerpen Indonesia bersama Sapardi Djoko Damono (1998), yang menampilkan kumpulan cerita pendek dari berbagai penulis Indonesia terkenal yang menjadi acuan penting dalam mempelajari cerpen Indonesia modern.
Dari sisi kritik sastra, Jassin menulis kritik dan esai tentang karya-karya sastra Indonesia. Melalui tulisannya, ia memberikan analisis, interpretasi, dan pemahaman yang lebih dalam tentang sastra dan pengarangnya. Kritik sastra ini membantu memperluas pemahaman kita tentang karya-karya sastra yang ada.
Jassin juga berhasil mengenalkan karya berikut penulisnya kepada khalayak melalui jalan kritik sastra yang dilakukannya. Jassa Jassin itu misalnya tampak pada diri Chairil Anwar, Amir Hamzah, Sutan Takdir Alisjahbana, dan banyak lainnya. Orang-orang lebih mengenal secara luas ketika Jassin membuat pengelompokan generasi sastrawan yang ditulisnya. Karena itu, beberapa pegiat sastra menyebut bahwa HB Jassin berjasa menghidupkan nama-nama besar sastrawan yang kini kita kenal.
HB Jassin juga menyunting dan menerbitkan antologi dan koleksi sastra yang mengumpulkan karya-karya penting dari berbagai pengarang. Melalui antologi ini, ia mendokumentasikan dan melestarikan karya-karya sastra agar dapat diakses oleh pembaca masa kini dan masa depan. Antologi tersebut juga membantu dalam memperkenalkan karya-karya sastra kepada pembaca yang lebih luas.
Selain menulis dan menyunting, HB Jassin juga terkenal sebagai seorang penerjemah karya sastra dari bahasa asing ke bahasa Indonesia. Dengan melakukan penerjemahan karya luar, ia memungkinkan akses terhadap sastra dunia dan membantu memperkaya warisan sastra Indonesia dengan memperkenalkan karya-karya penting dari berbagai budaya. Ia telah menerjemahkan karya-karya sastra klasik seperti Anna Karenina karya Leo Tolstoy, Candide karya Voltaire, dan Metamorfosis karya Franz Kafka, serta banyak lagi (Basri Amin, 2019: 107-110).
Tak boleh dilupakan, salah satu karya penting yang diterjemahkan beliau adalah Max Havelaar. Buku roman sejarah karya Dowes Dekker (Multatuli) yang mengisahkan tentang kondisi masyarakat pribumi pada masa Hindia-Belanda. Berkat karya terjemahannya itu, ia dianugerahi penghargaan dari Prins Bernhard Fonds di Den Haag (Febriansyah, 2019).
Generasi kini beruntung karena HB Jassin mendokumentasikan-mengabadikan berbagai karya sastra. Melalui keuletannya mengarsipkan sejarah dan budaya, termasuk di dalamnya sastra, Jassin menghidupkan kembali gubahan yang terlupakan. Arsip-arsipnya memungkinkan generasi berikut membaca literatur sastra yang tetap terawat (Amin, 2019: 107-110). Bagi Jassin, modal dasar untuk membentuk dan memelihara dokumentasi adalah ketekunan dan ketelitian mengikuti segala kejadian di lapangan kesusastraan seperti penerbitan buku, tulisan-tulisan dalam majalah, surat kabar, dan lain-lain.
Inisiatif Jassin dalam dokumentasi karya sastra memberikan kontribusi berharga bagi generasi kini dalam memahami, mengapresiasi, dan melanjutkan warisan sastra kita (Basri Amin, 2019: 107-110). Jassin berhasil mendokumentasikan literasi dan sastra, membantu melestarikan karya-karya sastra, serta memperluas aksesibilitas dan pemahaman kita terhadap dunia sastra Indonesia dan internasional (Tirto.id, 2018).
Paus Sastra
Pencapaian itu tentu tak diperoleh dengan mudah. Seiring dengan popularitasnya yang meningkat, HB Jassin tak lupot dari kontroversi dan kritik. Beberapa dari karyanya dipertanyakan dan dikritik, yang memicu perdebatan di kalangan pembaca dan kritikus. Namun, Jassin tetap teguh pada visinya sebagai penulis, kritikus sastra, dan dokumentator yang jujur dan objektif.
Ada saat-saat di mana HB harus memilih antara kompromi untuk mendapatkan popularitas atau tetap berpegang pada prinsip-prinsipnya dan risiko terjebak dalam ketidakpopuleran. Namun, HB belajar menerima polemik dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan seorang penulis. Ia menyadari bahwa tidak mungkin memenuhi selera semua orang, dan tetap setia pada hati nurani (ValidNews.id, 2022).
Kiprah HB Jassin dalam pemajuan literasi di tanah air laik diakui. Ia memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menginterpretasikan karya sastra dengan cermat dan tajam. Kritik sastranya dianggap sangat berpengaruh dan dihormati oleh banyak kalangan (Pusat Data dan Analisa Tempo, 2022: 44-47). Karyanya dedikasinya telah membantu memperkaya pemahaman kita tentang sastra Indonesia, serta mendorong minat dan apresiasi terhadap sastra tanah air. Bagi setiap orang yang minat terhadap dokumentasi sastra hb jassin, Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Jakarta adalah tempat yang tepat, yang ia dirikan sendiri.
Berlatarkan reputasinya itu, HB Jassin dijuluki “Paus Sastra”. Umumnya, julukan itu dipandang sebagai penghargaan kepada HB Jassin karena pengaruhnya yang begitu besar di dunia sastra Indonesia. Namun, Gayus Siagian yang memberikan julukan itu justru mengaku bahwa “Paus Sastra” adalah sebuah ejekan untuk Jassin. Lantaran Gayus kesal melihat Jassin yang dinilainya seperti Paus: pemimpin tertinggi umat Katolik. Bagai Paus yang selalu didengar dan dituruti perkataannya, demikian HB Jassin selalu diperhitungkan komentar-komentarnya dalam dunia sastra. Kala ada karya pengarang baru yang diulas oleh Jassin dan dinyatakan baik olehnya maka banyak orang akan mengamininya (Tempo.co, 2021).
Terlepas dari julukan “Paus Sastra” adalah sebuah pujian atau ejekan, keduanya sama-sama mencerminkan Hans Bogue Jassin sebagai sosok otoritatif dalam dunia sastra Indonesia. Ia memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk pemikiran dan pendekatan terhadap sastra di Indonesia. Julukan ini menggambarkan HB Jassin sebagai sosok yang dihormati dan diakui dalam dunia sastra Indonesia. Tak tanggung-tanggung, Budi Darma–sastrawan asal Surabaya–mengatakan, “Jasa Jassin sebagai dokumentator agung tidak dapat dinilai dengan kata-kata. Pujian apapun yang diberikan kepadannya, akan tidak sesuai dengan kebesaran jasannya” (Basyaib, 2022).
Daftar Pustaka
Amin, Basri. 2019. H.B. Jassin dan Gema Gorontalo: Literasi, Lokalitas, dan Keindonesiaan di Panggung Dunia. Gorontalo: Kantor Bahasa Gorontalo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pusat Data dan Analisa Tempo. 2022. Paus Sastra Indonesia Bernama H.B. Jassin, Jakarta: Tempo Publishing.
Febriansyah, Firdaus Deni. Ayoberbahasa.com. 2019. Biografi H.B. Jassin, Sang Paus Sastra Indonesia. Diakses dari https://www.ayo-berbahasa.id/2019/05/biografi-hb-jassin.html pada 22 Juni 2023.
Irfan Teguh, Tirto.id, 2018, Bagaimana H.B. Jassin Merawat Sastra Indonesia? Diakses dari https://tirto.id/bagaimana-hb-jassin-merawat-sastra-indonesia-cFWk pada 22 Juni 2023.
Kompas.com, Varelladevanka Adryamarthanino, 2021, HB Jassin, Paus Sastra Indonesia, diakses dari https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/04/090000679/hb-jassin-paus-sastra-indonesia?page=all pada 15 Juni 2023.
Tempo.co, Rahmat Amin Siregar, HB Jassin: Jejak Karya Besar Sang Paus Sastra Indonesia, diakses dari https://seleb.tempo.co/read/1611015/hb-jassin-jejak-karya-besar-sang-paus-sastra-indonesia pada 15 Juni 2023.
ValidNews.id, Andesta Herli Wijaya, 2022, HB Jassin, Perawat Sastra Indonesia, diakses dari https://www.validnews.id/kultura/hb-jassin-perawat-sastra-indonesia pada 15 Juni 2023.
Tempo.co. 2021. Asal Usul Julukan Paus Sastra Indonesia Kepada HB Jassin. Diakses dari https://seleb.tempo.co/read/1441213/asal-usul-julukan-paus-sastra-indonesia-kepada-hb-jassin pada 22 Juni 2022.
Basyaib, Hamid. Geotime.id. 2022. H.B. Jassin Pahlawan Peradaban Indonesia. diakses dari https://geotimes.id/kolom/h-b-jassin-pahlawan-peradaban-indonesia/ pada 01 Juli 2023.