Malang, 5 Agustus 2024 – Setelah berdiri sejak tahun 2015, Kafe Pustaka yang telah menjadi tempat favorit bagi penikmat kopi dan pecinta literasi resmi menutup pintunya untuk terakhir kali pada Senin, 5 Agustus 2024. Penutupan ini tentu saja menimbulkan kesedihan mendalam di kalangan pengunjung setianya.

Dengan jargon “Kita buka dengan sukacita, kami pamit dengan bangga,” Kafe Pustaka menutup ceritanya dengan berbagai kenangan dan nostalgia. Acara penutupan yang berlangsung siang hari ini diwarnai dengan sambutan dan penampilan yang membuat suasana semakin syahdu.

Han Farhani, seorang musisi yang turut meramaikan perjalanan Kafe Pustaka selama bertahun-tahun, menampilkan dua lagu ciptaannya sebagai penghormatan terakhir. Lagu-lagu tersebut, yang diciptakan di Kafe Pustaka dan kental dengan nuansa sastra, semakin menambah kabut kesedihan yang mengiringi berakhirnya kisah kafe ini.

“Saya mau menceritakan tentang Kafe Pustaka, tapi rasanya ini terlalu banyak untuk dijelaskan,” ujar Han Farhani.

Acara ini juga dimeriahkan dengan sambutan dari Prof. Djoko Saryono, dosen Fakultas Sastra sekaligus inisiator berdirinya Kafe Pustaka. “Sore ini Kafe Pustaka sudah menyelesaikan tugasnya, paling tidak sudah banyak yang berhasil,” ujar Prof. Djoko dalam sambutannya.

Kafe Pustaka, yang dirancang sebagai oase literasi dan tidak dapat dinilai dengan hal-hal material, menutup lembaran terakhirnya bukan karena kegagalan atau peraturan kampus yang ketat, melainkan refleksi dari kerasnya kapitalisme yang tengah melanda.

Para pengunjung setia Kafe Pustaka turut membagikan cerita mereka, mengajak semua orang untuk bernostalgia. Mas Fikri, yang rutin mengadakan diskusi setiap Kamis malam dari 2018 hingga 2023, mengungkapkan kesedihannya. “Pastinya sangat sedih, karena apa yang kita upayakan sejak lama harus pupus. Kami dari lapak diskusi akan selalu mengenang Kafe Pustaka,” kata Mas Fikri.

Ahmad Mustakim, yang bukan mahasiswa Universitas Negeri Malang, juga memberikan pemaparannya. “Ruang diskusi bedah buku dan bincang penulis di Kafe Pustaka telah memberikan saya banyak pengalaman. Saya bisa bertemu langsung dengan penulis buku dan menambah wawasan serta pengalaman. Rasanya sangat sedih ketika mendengar Kafe Pustaka ini tutup.”

Ahmad Mustakim berharap bahwa Kafe Pustaka bisa berdiri lagi di masa depan, meskipun mungkin dengan nama atau konsep yang berbeda. “Semangat literasi tidak boleh pudar,” tambahnya.

Penutupan Kafe Pustaka menjadi momen refleksi bagi semua yang pernah merasakan kehangatan dan inspirasi di sana. Dengan segala kenangan dan semangat yang telah terbangun, para pengunjung berharap Kafe Pustaka dapat kembali hadir di masa mendatang, terus menyemai semangat literasi dan menciptakan lebih banyak kenangan indah.

Kafe Pustaka telah menyelesaikan tugasnya sebagai oase literasi selama sembilan tahun. Penutupan ini membawa banyak kesedihan dan kenangan bagi para pengunjung setia, namun semangat yang ditinggalkan akan terus hidup dalam setiap kenangan yang telah terukir. Harapannya, semangat literasi yang telah dibangun oleh Kafe Pustaka dapat terus berlanjut, entah dengan nama atau konsep yang berbeda di masa depan.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here