Senin (18/09/2023), sore hari di sepanjang pelataran jalan Kampung Cempluk mulai dipadati pengunjung yang antusias menghadiri Kampung Cempluk Festival (KCF) yang ke-13. Antusiasme tak hanya dirasakan oleh pengunjung, para pedagang kaki lima pun begitu semangat menggelar dagangannya pada stand-stand yang telah disediakan oleh panitia festival.
Mulai dari jajanan tradisional seperti getuk, lupis, dan rambut nenek hingga kuliner yang diadaptasi dari mancanegara seperti takoyaki dan toppoki pun bisa dijumpai di sini. Bahkan, ada kabar gembira bagi anak-anak hingga remaja bahwa di festival ini juga ada wahana bermain mulai dari rumah hantu, Permainan lempar gelang, hingga mewarnai karakter kartun.
“Selain banyak jajanan, juga ada penampilan pentas budaya di panggung utama. Pokoknya seru banget, deh!” ujar Sinta, salah satu pengunjung KCF.
Beralih dari stand-stand pedagang kaki lima, tepatnya di RT 04/RW 02 diselenggarakan Gelar Pentas Budaya di Panggung Bayangan. Meski hari belum sepenuhnya matang, tak mengurangi minat orang-orang untuk bertandang. Lapangan di depan panggung telah disesaki oleh pengunjung yang menanti-nantikan penampilan para talent yang beraksi sebentar lagi.
Acara Gelar Pentas Budaya dibuka dengan pekikan jargon “Diobong Ora Kobong, Disiram Ora teles” yang menjadi tema KCF tahun ini. Dikutip dari pepatah Jawa, jargon ini mengandung amanat bahwa seberat apa pun cobaan hidup, kita harus kuat dan tangguh menghadapinya.
Penampil pertama dalam acara ini adalah tari golek asmaradhana, dilanjutkan dengan tari semut, tari kontemporer tanah airku Indonesia, tari jaimasan, gerak ladu dan puisi, tari bujang ganong ponorogo, tari modern dance, tari among tani, tari gugur gunung, serta komsen (teater tari dan musik).
Sedangkan di sudut lain Panggung Bayangan, dilaksanakan pula acara sarasehan launching buku berjudul “Bhaksa: Pradesa” yang merupakan kolaborasi dari beberapa penulis. Tim intrans Publishing selaku penerbit buku Bhaksa: Pradesa, turut hadir dalam sarasehan launching buku ini bersama ke-27 penulis.
Buku ini secara umum mengulik tentang perjalanan budaya komunitas masyarakat Kampung Cempluk. Mereka begitu gigih memelihara dan gagasan untuk berkarya dalam memberdayakan kampungnya, sehingga kegiatan ini laksana “lentera” (cempluk) yang menyinari sekitarnya. Melalui buku ini pembaca dapat menyaksikan bagaimana sebuah kampung kecil di Indonesia mampu menjadi pusat kegiatan budaya yang penuh warna dan keragaman.
Tak hanya berlangsung dalam sehari, KCF dilaksanakan selama satu Minggu sejak 17-23 September 2023 mulai pukul 16.00 hingga 23.00 WIB. Dikulik dari akun media sosial instagram KCF #13, secara berurutan timeline acara festival ini dalam seminggu di antaranya Pawai, Cempluk Berbunyi, Cempluk Bergerak, Cempluk Berbicara, Cempluk Modern, Cempluk Duwe Gawe, Dan Cempluk Ambyar.
Melalui KCF, komunitas masyarakat setempat menaruh harapan besar acara ini mampu mengantarkan kampung kecil mereka mempertahankan akar budaya yang melekat di tengah gempuran budaya asing yang menghegemoni.
Kampung Cempluk Festival ke-13 ini bagi sebagian besar pengunjung bagaikan merayakan persahabatan, kebersamaan, dan semangat gotong royong yang dikemas secara sederhana sehingga menjadikan kampung ini begitu istimewa.
Akhir kata, sampai jumpa di KCF ke-13 dan nantikan Kampung Cempluk Festival berikutnya. Salam budaya bagi kita semua!
[…] salah satu panitia Festival Kampung Cempluk, menjelaskan bahwa festival ini rutin diadakan setiap tahun dengan tema yang selalu […]