Karya Ikonik Nasiruddin al-Tusi: Jejak Seorang Jenius dari Khorasan
Karya Ikonik Nasiruddin al-Tusi: Jejak Seorang Jenius dari Khorasan

Nasiruddin al-Tusi, yang nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hasan al-Tusi, adalah seorang ilmuwan besar abad ke-13 yang lahir pada tahun 1201 di kota Tus, Khorasan, di wilayah yang kini berada di timur laut Iran. Beliau dikenang sebagai salah satu sarjana paling berpengaruh dalam sejarah Islam, berperan sebagai ahli astronomi, matematika, filsuf, dan penulis beragam karya di berbagai bidang keilmuan. Dalam perjalanan hidupnya, dia turut menghadapi gejolak politik besar, termasuk invasi Mongol yang mempengaruhi wilayah-wilayah Islam.

Pendidikan dan Pembentukan Awal

Sejak kecil, al-Tusi tumbuh dalam keluarga Syiah dan memperoleh pendidikan agama yang ketat, terutama dalam mazhab Imam Dua Belas. Pendidikan ini membekalinya dengan pemahaman mendalam tentang ilmu agama dan teks-teks utama Syiah. Pada usia muda, al-Tusi kehilangan ayahnya, yang menjadikannya lebih bersemangat dalam mengejar pendidikan seperti yang diwasiatkan oleh ayahnya. Mengikuti tradisi para sarjana pada zamannya, ia pun berkelana ke berbagai pusat pembelajaran, seperti Nishapur dan Hamadan, untuk mempelajari ilmu-ilmu mendalam dari para cendekiawan terkenal.

Di Nishapur, al-Tusi mempelajari filsafat di bawah bimbingan Farid al-Din Damad dan ilmu matematika di bawah Muhammad Hasib. Selama perjalanan pendidikannya, ia juga bertemu dengan tokoh sufi legendaris, Attar Nishapur, yang kemudian wafat akibat penyerbuan pasukan Mongol. Pengalaman dan interaksi dengan tokoh-tokoh besar ini turut memengaruhi pemikirannya. Pada masa yang lebih lanjut, di Mosul, al-Tusi memperdalam ilmu matematika dan astronomi di bawah asuhan Kamaluddin bin Yunus.

Karir di Tengah Gejolak Politik

Era kehidupan al-Tusi diliputi oleh konflik besar akibat ekspansi Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan dan kemudian cucunya, Hulagu Khan. Ketika invasi Mongol mencapai wilayah Khorasan, al-Tusi terpaksa berpindah-pindah tempat untuk mencari perlindungan. Dalam masa kekacauan ini, ia diterima di bawah perlindungan Nizari Ismaili, kelompok Syiah yang memiliki benteng kuat di Alamut, Pegunungan Elburz. Di sana, al-Tusi menghasilkan banyak karya ilmiah dan mengembangkan gagasan-gagasan yang menjadi tonggak dalam bidang astronomi dan etika. Karyanya yang terkenal, Akhlaq-i Nasiri, sebuah risalah etika, disusun pada tahun 1232 sebagai penghormatan kepada Nasir ad-Din ‘Abd ar-Rahim, penguasa Ismailiyah saat itu.

Namun, hubungan ini tidak berlangsung selamanya. Pada tahun 1256, saat benteng Alamut diserang oleh pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan, al-Tusi menjadi tawanan. Banyak yang mengklaim bahwa al-Tusi membantu Hulagu dalam penaklukan tersebut, namun ada juga yang menyebut bahwa ia tak punya pilihan selain mengikuti arahan Mongol untuk bertahan hidup. Hulagu yang tertarik pada ilmu pengetahuan akhirnya mengangkatnya sebagai penasihat ilmiahnya dan memberinya kebebasan untuk berkarya.

Kontribusi dalam Astronomi dan Matematika

Di bawah patronase Hulagu, al-Tusi mendapat kesempatan untuk membangun observatorium di Maragheh, Azerbaijan. Observatorium ini menjadi pusat penelitian astronomi terbesar pada zamannya dan memiliki peralatan canggih, seperti kuadran tembaga sepanjang empat meter serta perpustakaan yang berisi buku-buku dari berbagai bidang ilmu. Al-Tusi dan timnya, yang termasuk astronom dari Cina, berhasil menyusun tabel gerakan planet yang sangat akurat yang dikenal sebagai Zij-i Ilkhani, sebuah karya penting yang berpengaruh dalam perkembangan astronomi.

Salah satu pencapaian terbesar al-Tusi dalam astronomi adalah pengembangan model baru gerakan bulan yang lebih akurat dibandingkan model Ptolemeus. Dalam modelnya, al-Tusi menggunakan konsep yang dikenal sebagai “pasangan Tusi,” sebuah teorema matematika yang memungkinkan gerakan linier dihasilkan dari kombinasi gerakan melingkar. Teorema ini kelak digunakan oleh Copernicus dalam model heliosentrisnya, yang menempatkan matahari sebagai pusat tata surya.

Sumbangsih dalam Logika dan Filsafat

Al-Tusi juga mencurahkan perhatian besar pada logika dan filsafat. Mengikuti tradisi Ibn Sina, ia menyusun berbagai karya penting yang berhubungan dengan logika, inferensi, dan metode deduktif. Salah satu karyanya yang berpengaruh, Tahrir al-Majisti, adalah komentar dan penyempurnaan dari Almagest karya Ptolemeus, yang memperkenalkan teknik trigonometri baru dan tabel sinus yang sangat akurat. Dalam bidang etika, al-Tusi menulis Awsaf al-Ashraf, yang membahas Sufisme filosofis dan menawarkan pandangan yang unik tentang kemuliaan dan kebajikan.

Selain itu, al-Tusi juga berkontribusi dalam matematika dengan memperkenalkan trigonometri sebagai cabang ilmu matematika independen, terlepas dari penggunaannya dalam astronomi. Karyanya dalam bidang ini mengatur dasar bagi sistem trigonometri bidang dan bola yang komprehensif, termasuk penjabaran lengkap dari enam kasus untuk segitiga siku-siku bola.

Warisan Abadi

Pengaruh al-Tusi meluas jauh melampaui zamannya dan terus hidup melalui murid-muridnya, termasuk Qutb al-Din al-Shirazi, yang kelak memberikan penjelasan matematis pertama tentang fenomena pelangi. Warisan intelektualnya menginspirasi kebangkitan ilmu pengetahuan Islam di wilayah Timur, serta membawa sumbangsih besar pada tradisi keilmuan dunia. Selama hidupnya, al-Tusi menulis lebih dari 165 karya dalam berbagai bidang seperti astronomi, matematika, logika, filsafat, etika, dan ilmu keagamaan, menjadikannya salah satu ilmuwan Islam paling berpengaruh dalam sejarah.

Nasiruddin al-Tusi wafat pada tahun 1274 di Baghdad, meninggalkan warisan yang menghiasi dunia ilmu pengetahuan dan menjadi teladan bagi banyak generasi setelahnya. Dengan dedikasinya yang mendalam terhadap pengetahuan, dia dikenang sebagai simbol pembelajaran dan intelektualitas yang tetap relevan hingga saat ini.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here